Sakralnya Kekuatan Suci Penglukatan Mas Medewi

Penglukatan Mas Medewi merupakan salah satu mata air suci yang terletak di Banjar Tegal, Desa Adat Bebalang, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Penglukatan ini memiliki aturan sakral yang harus dipatuhi. Mari simak apa saja aturan tersebut.

Sep 14, 2024 - 11:11
Sep 14, 2024 - 14:07
Sakralnya Kekuatan Suci Penglukatan Mas Medewi
Penglukatan Mas Medewi (Sumber Photo : Koleksi Redaksi)

Penglukatan Mas Medewi terletak di Banjar Tegal, Desa Adat Bebalang, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Dari pertigaan yang berada pada ujung selatan Kota Bangli, tepatnya di Desa Adat Bebalang, anda ambil arah jalan ke arah timur. Sekitar 50 meter dari sana akan ada lagi pertigaan, disini anda ambil arah jalan ke selatan dimana ada gapura atau candi bentar yang cukup besar. Terus saja masuk ke selatan sekitar 100 meter, anda akan bertemu perempatan dimana ada gedung balai banjar dari Banjar Tegal. Ini berarti anda sudah tiba di Banjar Tegal yang merupakan lokasi penglukatan.

 

Dari perempatan ini anda ambil arah jalan ke selatan, yaitu ke Jalan Mas Medewi. Jalan ini cukup sempit dan melewati pemukiman penduduk Banjar Tegal yang padat. Kalau anda naik mobil, agak hati-hatilah melewati jalan ini. Sebab di jalan sempit ini mobil agak sulit untuk berpapasan, harus mencari bagian jalan yang agak lebar pada titik-titik tertentu yang memungkinkan agar mobil bisa berpapasan.


Dari jalan ini lurus saja sepanjang sekitar 200 meter sampai tiba di ujung pemukiman penduduk Banjar Tegal, nanti disana jalan akan berbelok ke kanan dan menurun. Jalan menjadi semakin sempit dan pemukiman penduduk tidak ada lagi. Kalau anda naik mobil ingatlah mengebel di tikungan ini dan hati-hatilah melewati jalan ini, sebab jalan sempit mobil tidak bisa berpapasan. Di sebelah kanan jalan merupakan tebing setinggi kira-kira 5 meter disertai rerimbunan pohon, di sebelah kiri jalan merupakan jurang sedalam kira-kira 5 meter. Jalan sempit ini tidak sampai 100 meter jauhnya dan anda akan tiba di tempat parkir dari Penglukatan Ma
s Medewi.

 

Papan Larangan Penglukatan Mas Medewi (Sumber Photo : Koleksi Redaksi)

 

Di Penglukatan Mas Medewi terdapat beberapa aturan yang tentunya wajib untuk kita ikuti dan tidak kita langgar. Aturan-aturan tersebut adalah sebagai berikut:

 

1. Kalau mandi atau melukat tidak boleh mengenakan busana sehelai benangpun.

Menurut Kelian Banjar Adat Tegal, jika aturan ini dilanggar maka akan mengakibatkan mata air suci Mas Medewi ini berhenti mengalirkan air. Jika ada yang mandi atau melukat masih mengenakan busana, walaupun hanya ditutupi selembar kain perca kecil saja, maka air suci di Penglukatan Mas Medewi ini akan berhenti mengalir dan harus diadakan upacara khusus agar air suci ini dapat mengalir kembali. Sehingga masyarakat setempat sangat ketat akan aturan ini.

Aturan niskala ini merupakan sebuah ujian spiritual, sebuah proses seleksi alam bagi siapa saja yang datang tangkil, sekaligus menjadi pagar niskala penjaga kesakralan parahyangan suci. Siapapun yang hendak mandi atau melukat di parahyangan suci yang sakral ini harus sanggup menempuh ujian spiritual ini, yaitu mandi atau melukat dengan bertelanjang bulat.

 

2. Kalau mandi atau melukat tidak boleh meletakkan pakaian di areal pathirtan/pancoran.

Artinya kita harus membuka dan meletakkan pakaian di seberang jembatan di atas sungai, kemudian berjalan sekitar 2,5 meter menuju areal pathirtan. Atau boleh juga membuka dan meletakkan pakaian di tengah jembatan tersebut.

 

3. Pantang untuk mengkomersialkan atau menjual air suci dari Pancoran Mas Medewi ini.

Masyarakat dipersilahkan untuk nunas tirtha disini untuk konsumsi sendiri sebanyak yang diperlukan. Tetapi tidak boleh untuk mengkomersialkan atau menjualnya. Selain itu tentunya juga berlaku tata-aturan ke pura yang umum berlaku, yaitu dilarang masuk ke pura dalam keadaan cuntaka, seperti sedang ada keluarga dekat yang meninggal dunia dan wanita yang sedang haid/datang bulan.

 

Wawancara dengan Kelian dan Prajuru Banjar Adat Tegal (Sumber Photo : Koleksi Redaksi)

 

Bila kita tangkil ke sebuah tempat suci tentunya semua aturan tempat suci tersebut wajib untuk kita ikuti dan tidak kita langgar. Di setiap parahyangan suci pastinya tidak lepas dari taksu dan kekuatan suci. Bila kita tidak mampu dengan rendah hati menghormati dan mengikuti aturan, taksu dan kekuatan suci sebuah pura, tentu lebih baik kita tidak datang saja kesana. Tanpa mengikuti sasana ini tentu pencapaian apapun dalam proses perjalanan spiritual tidak akan diperoleh. Yang terjadi malah sebuah kemunduran.