Mengulik tradisi Ngredag, desa adat peliatan
Tradisi Ngredag, atau tradisi ini juga biasa disebut dengan Ngunya Nyatur Desa merupakan suatu bagian dari upacara ritual yang rutin diadakan setiap tahunnya oleh Desa Peliatan, berdasarkan penuturan Bendesa Adat Peliatan, Bapak I Ketut Sandi. Dalam ritual ini, Tujuan dari diadakannya tradisi ini adalah untuk menetralisir hal-hal negatif atau menangkal hal-hal yang bersifat negatif
Tradisi Ngredag, atau tradisi ini juga biasa disebut dengan Ngunya Nyatur Desa merupakan suatu bagian dari upacara ritual yang rutin diadakan setiap tahunnya oleh Desa Peliatan, berdasarkan penuturan Bendesa Adat Peliatan, Bapak I Ketut Sandi. Dalam ritual ini, warga turun ke jalan mengusung puluhan barong dan Pratima.
“Tujuan dari diadakannya tradisi ini adalah untuk menetralisir hal-hal negatif atau menangkal hal-hal yang bersifat negatif. Sesuhunan Nguya Nyatur Desa ini ialah dimaksudkan untuk memohon kesejahteraan, dan keselamatan kepada alam beserta isinya. Karena kami warga desa peliatan memahami bahwa mulai dari perubahan musim kemarau ke musim hujan yang akan turun pada Sasih Keenam diyakini penuh dengan hal-hal negatif yang akan membawa hal-hal buruk jika tidak diantisipasi”, ujarnya.
Menurut kalender Bali, bulan keenam diyakini sangat keramat. Segala macam penyakit dan hama sedang mewabah. Itu ditandai dengan kehadiran hujan lebat. Termasuk lalat dan hama tanaman sedang berkembang biak.
Karena itulah, umat diingatkan untuk waspada dan senantiasa memperhatikan alam. Karena secara faktual, sasih keenam merupakan musim pancaroba, peralihan dari musim kemarau panjang menuju musim hujan.
Adapun prosesi dari tradisi ngredag atau upacara ritual Nguya Catur Desa adalah, pertama bagi masyarakat/pengebon/banjar/pura yang nyungsung pelawatan Ida Bhatara, pelawatan Barong, rangda dan sebagainya itulah yang ditedunkan atau diarak keliling desa, tetapi dengan upacara pertama yaitu upacara penedunan di masing-masing pura.
Prosesi kedua adalah Ida Bhatara diiring ke pura dalem. Tujuan dari melakukan iringan ke pura dalem adalah agar Ida sesuunan pelawatan barong dapat panugrahan dari Ida Bhatara dalem. Dan beliau beliau inilah yang nanti akan menetralisir di wilayah Desa Peliatan untuk menghalau hak-hal negative.
Maka dari itu upacara ini melakukan iringan keliling Desa, yang dimulai dengan dari arah Timur. Di arah timur adalah dilaksanakan Upcara yag disebut dengan pecaruan. Pecaruan yang sudah biasa dilaksanakan adalah pecaruan ayam putih.
Setelah selesai di ujung timur desa, dilanjutkan di desa selatan, ini dilaksanakan di ujung desa yaitu dengan upacara pecaruan ayam merah. Prosesnya sama sperti di ujung timur.
Setelah proses di ujung Selatan dilanjutkan dengan di ujung barat dengan proses yang sama namun dengan cara yang aggak beda yaitu upcara caru ayam yang bersifat putih siungan. Setelah proses selesai Kembali dilanjutkan di ujung utara. Namun denngan perbedaan upcara ayam hitam.
Kemudian dilanjutkan di catus pata desa, di pertengahan desa dilaksanakan caru ayam maca, lima ditambah dengan sableh babi kecil yang belum diiris dipakai untuk prosesi. Lalu, Nguyu Nyatur Desa diakhiri dengan kembali ke masing-masing pura.
Tradisi Ngredag (Sumber foto: Koleksi Redaksi)
Nah disebut ngredag ialah barisan pertama, yakni senjata. Setelah itu yang disebut ngredag, terdaat Kumpulan pemuda sebnayak 33 orang yang mekamkai kamen slop hitam, pakai kapuh poleng, dan tidak memakai baju serta memakai topi kukusan yang diberi tapak dara. Merekalah yang berada di barisan pertama dengan membawa kulkul.
Pertama pengawin setelah itu terdapat pasukan ngredag, dan setelah itu ada bleganjur, upacara, pemangku dan diikuti dengan sesuudan yang akan berkeliling desa.
Semenjak menjadi pengayah di desa, Tradisi ngredag memang sudah berjalan di tahun tahun sebelumnya. Fakta menarik dari upcara ritual ini adalah terdapat jeda sekian tahun dan kira-kira di tahun 2010 an kembali dilaksanakn lagi hingga saat ini. Jadi untuk itu, tradisi Ngredag memang sudah seotutnya di lestarikan oleh umat manusia.