Keindahan Rumah Adat Desa Pedawa: Perpaduan Harmoni Alam, Budaya, dan Kearifan Lokal yang Lestari

Rumah Adat Bandung Rangki di Desa Pedawa, Bali, adalah simbol harmonisasi antara alam, budaya, dan kearifan lokal yang telah dipertahankan oleh masyarakat Bali Aga selama ratusan tahun. Dengan arsitektur sederhana namun bermakna, rumah adat ini mencerminkan filosofi keseimbangan hidup, di mana ruang belakang digunakan untuk tidur dan pemujaan, sementara ruang depan untuk aktivitas sehari-hari. Pelestarian rumah adat ini dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat dengan menggunakan bahan alami dan dukungan dari pemerintah yang mengusulkan Desa Pedawa sebagai kawasan cagar budaya sejak 2018. Rumah ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai ruang untuk melaksanakan upacara adat, sehingga melestarikannya sangat penting untuk mempertahankan identitas budaya dan memperkenalkan warisan Bali Aga kepada dunia.

Aug 21, 2025 - 06:02
Aug 21, 2025 - 19:17
Keindahan Rumah Adat Desa Pedawa: Perpaduan Harmoni Alam, Budaya, dan Kearifan Lokal yang Lestari
Rumah Adat Desa Pedawa (Sumber: Koleksi Pribadi)

Rumah Adat Bandung Rangki adalah peninggalan leluhur masyarakat Desa Pedawa. Penduduk desa, terutama generasi tua seperti Bapak Wayan Surata dan para tetua adat lainnya, memainkan peran penting dalam menjaga kelestarian rumah adat ini. Rumah-rumah ini diwariskan secara turun-temurun dalam keluarga dan menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari masyarakat desa. Selain itu, pemerintah setempat juga telah mengusulkan rumah adat ini sebagai kawasan cagar budaya sejak tahun 2018 untuk memastikan pelestariannya tetap terjaga.

Rumah Adat Bandung Rangki memiliki arsitektur yang unik dan sederhana namun penuh makna. Bangunan ini berbentuk persegi dengan ukuran sekitar 4,5 meter x 4,5 meter, berdindingkan anyaman bambu atau bedeg yang tebal, serta lantai tanah liat. Atapnya terbuat dari bambu pilihan atau ilalang yang dirangkai sedemikian rupa sehingga tahan lama. Rumah ini memiliki satu ruangan multifungsi yang mencakup tempat tidur utama (pedeman gede) untuk orang tua, tempat tidur kecil (pedeman kicak) untuk anak-anak, dapur tradisional berbentuk tungku tanah liat, serta pelangkiran sebagai tempat pemujaan.

Rumah Adat Desa Pedawa (Sumber: Koleksi Pribadi)

Keunikan lain dari rumah adat ini adalah konsep ruangannya yang mencerminkan filosofi keseimbangan hidup. Bagian belakang rumah dianggap lebih sakral karena digunakan untuk tidur dan pemujaan, sedangkan bagian depan digunakan untuk aktivitas sehari-hari seperti memasak dan menyimpan air. Semua elemen di dalam rumah diatur tanpa sekat namun tetap fungsional.Keberadaan Rumah Adat Bandung Rangki sangat penting bagi masyarakat Desa Pedawa karena melambangkan identitas budaya mereka sebagai masyarakat Bali Aga. Rumah adat ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal tetapi juga sebagai ruang untuk melaksanakan berbagai upacara adat dan ritual keagamaan. Misalnya, dapur tradisional di dalam rumah sering digunakan untuk membuat gula aren sebagai bagian dari tradisi turun-temurun masyarakat setempat.

Selain itu, pelestarian rumah adat ini menjadi sangat penting di tengah modernisasi yang semakin mengancam keberadaan bangunan tradisional. Dengan melestarikan rumah adat mereka, masyarakat Desa Pedawa berupaya menjaga warisan leluhur agar dapat diwariskan kepada generasi mendatang sekaligus memperkenalkan kekayaan budaya mereka kepada dunia luar.

Rumah Adat Bandung Rangki terletak di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali. Desa Pedawa dikelilingi oleh perbukitan hijau dengan udara sejuk khas pegunungan. Lokasi desa yang terpencil membantu melindungi tradisi dan budaya Bali Aga dari pengaruh modernisasi berlebihan sehingga rumah-rumah adat seperti Bandung Rangki masih dapat ditemukan hingga saat ini.

Rumah Adat Bandung Rangki dipercaya telah ada sejak sebelum Kerajaan Majapahit masuk ke Bali atau sekitar ratusan tahun yang lalu. Usia rata-rata rumah adat ini lebih dari 50 tahun bahkan ada yang mencapai lebih dari 200 tahun. Meskipun banyak rumah adat mulai ditinggalkan oleh penghuninya karena alasan praktis, beberapa keluarga masih merawat dan menempati rumah-rumah ini sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur mereka.

Jineng Rumah Adat Desa Pedawa (Sumber: Koleksi Pribadi)

Pelestarian Rumah Adat Bandung Rangki dilakukan melalui berbagai cara. Masyarakat Desa Pedawa secara gotong royong memperbaiki bangunan menggunakan bahan-bahan alami seperti bambu dan tanah liat yang tersedia di sekitar desa. Mereka juga aktif mengedukasi generasi muda tentang pentingnya menjaga warisan budaya mereka agar tidak hilang ditelan zaman.Selain itu, pemerintah setempat memberikan dukungan dengan mengusulkan Desa Pedawa sebagai kawasan cagar budaya pada tahun 2018. Upaya ini bertujuan untuk melindungi keberadaan rumah adat dari ancaman modernisasi sekaligus menarik perhatian wisatawan yang ingin mengenal lebih dekat budaya Bali Aga. Wisatawan yang berkunjung ke desa ini dapat melihat langsung bagaimana masyarakat hidup dalam harmoni dengan alam dan tradisi mereka.

Rumah Adat Bandung Rangki juga mencerminkan kearifan lokal dalam penggunaan bahan-bahan bangunan alami yang ramah lingkungan sekaligus tahan lama. Misalnya, bambu khusus yang digunakan untuk dinding bedeg mampu bertahan hingga puluhan tahun karena dipilih dengan cermat oleh masyarakat setempat.Dalam kesimpulannya, Rumah Adat Bandung Rangki adalah simbol harmoni antara manusia dengan alam serta representasi kearifan lokal masyarakat Desa Pedawa. Keunikan arsitekturnya serta nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya menjadikan rumah adat ini sebagai salah satu warisan budaya tak ternilai dari Bali Aga. Dengan pelestarian yang terus dilakukan oleh masyarakat setempat bersama pemerintah daerah, Rumah Adat Bandung Rangki tetap menjadi bukti nyata kekayaan budaya Indonesia di tengah arus modernisasi global.