Garuda Sang Pelindung: Legenda Epik Penyelamatan Dewi Winata
Kelahiran Garuda menjadi cara dewi Winata terbebas dari perbudakan, karena garudalah yang berusaha menyelamatkan winata dari perbudakan yang dialami oleh Dewi Winata. Garuda harus menghadapi berbagai rintangan untuk mendapatkan tirta amerta, air suci yang bisa membebaskan Dewi Winata.
Di sebuah kerajaan yang makmur dan damai di Bali, hiduplah seorang wanita cantik bernama Winata. Winata merupakan salah satu dari beberapa putri Prajapati Daksa, ia memiliki kecantikan, kelembutan, dan kecerdasan yang dapat memikat banyak orang yang berada di sekelilingnya. Winata memiliki seorang kakak bernama Kadru, mereka berdua menikah dengan Resi Kasyapa. Setelah mereka melayani suami dengan sepenuh hati, sang Resi merasa puas lalu memberi mereka kesempatan untuk mengajukan satu permohonan. Kadru memohon agar ia dikaruniai ribuan putra berwujud naga yang gagah perkasa. Setelah mengetahui permohonan kakaknya yang menginginkan ribuan putra, Winata ikut memohon putra tetapi hanya berjumlah dua saja, yang diharapkan lebih kuat dan tersohor daripada para putra Kadru. Kasyapa pun mengabulkan permohonan mereka berdua, dan memberikan ribuan telur kepada Kadru, sedangkan untuk Winata hanya dua telur saja. Ia berpesan agar keduanya menjaga telur-telur tersebut dengan baik. Kemudian sang Resi meninggalkan mereka berdua untuk bertapa.
Putra Kadru yang menetas dari dalam telur (Sumber : Koleksi Pribadi)
Setelah lima ratus tahun berlalu, telur-telur yang dijaga Kadru akhirnya menetas, mengeluarkan ribuan naga dengan berbagai macam bentuk dan ukuran. Melihat kelahiran para putra Kadru, Winata merasa resah sebab telur yang dijaganya tidak kunjung menetas. Dengan perasaan yang tidak sabar, Winata memecahkan salah satu telur yang ia miliki. kemudian muncul sesosok putra yang memiliki wujud tidak sempurna keluar dari dalam telur tersebut, anak tersebut dinamai Aruna oleh Winata.
Aruna terbang ke atas langit (Sumber : Koleksi Pribadi)
Aruna merasa kesal sebab ditetaskan sebelum waktunya. Maka dari itu ia mengucap kutukan bahwa Winata akan menjadi budak Kadru. Aruna juga memberitahukan bahwa penyelamat ibunya dari perbudakan akan lahir melalui telur yang satu lagi. Setelah berkata demikian kepada winata, Aruna naik ke langit dan diangkat menjadi kusir kereta dewa surya. Pada suatu hari muncul Dewa Indra yang merupakan pemimpin para dewa, Dewa Indra memperoleh seekor kuda putih yang bernama Uccaihswara dari dalam Lautan Susu. Tak lama setelah itu, terjadi perbedaan pendapat antara Winata dan Kadru tentang warna ekor kuda yang menyebabkan perselisihan.
Perdebatan Antara Winata dan Kadru (Sumber : Koleksi Pribadi)
Menurut Kadru, warna ekor kuda tersebut adalah hitam, sedangkan Winata berkata bahwa warnanya putih. Mereka memutuskan untuk memastikan kebenaran pada hari berikutnya dan bertaruh bahwa barang siapa yang salah harus diperbudak oleh yang benar. Pada keesokan harinya, Kadru yang memenangkan taruhan. Kemenangan Kadru terdapat kecurangan di dalamnya, para Naga mengetahui bahwa ibu mereka akan kalah taruhan, sehingga untuk memenangkannya, mereka menyembur ekor kuda Uccaihsrawa agar menjadi hitam. Sehingga Winata mengalami kalah taruhan dan akan menjadi budak Kadru.
Kelahiran Seorang Garuda (Sumber : Koleksi Pribadi)
Setelah lama menanti, akhirnya putra Winata yang kedua menetas dan keluar dari dalam telurnya, ia bernama Garuda. Ia merasa sedih sebab tahu ibunya mengalami perbudakan. Ia pun memohon kepada Kadru agar ibunya dibebaskan. Kadru bersedia mengabulkan permohonan Garuda dengan syarat bahwa kebebasan Winata harus ditukar dengan tirta amerta, yang sedang disimpan di Kahyangan. Tanpa berfikir panjang, Garuda pun langsung berangkat ke Kahyangan. Sebelum berangkat, Winata berpesan kepada Garuda bahwa ia diizinkan untuk memangsa suku Nishada yang ditemui dalam perjalanan, tetapi tidak boleh memangsa seorang Brahmana. Singkat cerita, Garuda berhasil menunaikan tugasnya, dan setelah ia berhasil mengalahkan sejumlah Dewa dalam upayanya, Dewa Wisnu menjanjikan tirta amerta kepadanya dengan syarat Garuda harus menjadi wahana atau kendaraan sucinya. Ia pun memberikan kendi tirta amerta kepada Kadru sehingga Winata terbebas dari perbudakan.