"Lubdaka: Pemburu Menebus Dosa di Malam Siwa"
Lubdaka, seseorang yang diketahui sebagai pemburu yang telah membunuh banyak hewan untuk dijual hasil buruannya, berburu seperti biasanya ke hutan. Setelah tidak menemukan hasil sepanjang hari, beliau dihadapkan ancaman bahaya di dalma hutan pada malam hari. Di atas pohon tua di tengah hutan, saat malam Dewa Siwa bersamadhi, beliau menyesali semua dosa-dosa yang beliau lakukan. Setelah selamat, Lubdaka pulang kerumahnya dan hidup dengan tenang sampai akhir ajalnya, dimana roh beliau dibawa oleh Dewa Siwa ke surga.
Alkisah pada zaman dahulu kala hiduplah seorang pemburu Bernama Lubdaka dengan keluarganya. Lubdaka pada saat itu menjadikan berburu binatang ke hutan sebagai jalan utama untuk menafkahi keluarganya. Dia memanglah orang yang sudah membunuh banyak binatang untuk kemudian dijual. Pada suatu hari, Lubdaka hendak pergi ke hutan untuk mencari binatang buruan seperti biasanya.
Dengan berat hati, dia mengucapkan selamat tinggal kepada istri dan anak-anaknya dirumah.
Lubdaka Pergi Berburu (Source: Personal Collection)
Lubdaka pergi seorang diri ke dalam hutan hanya dengan berbekal alat untuk berburu dan keyakinan dalam dirinya untuk berjuang mencari nafkah untuk keluarganya.
Dengan wajah kesal, dia melanjutkan perjalanannya kedalam hutan.
Lubdaka Yang Khawatir (Source: Personal Collection)
Lambat laun, matahari mulai terbenam. Langit mulai memerah, pertanda sore telah tiba. Kekhawatiran Lubdaka semakin besar dan dia terus masuk ke dalam hutan hanya untuk mendapatkan seekor hewan buruan atau apapun hasil yang bisa dia dapatkan.
Namun karena kurangnya pencahayaan disekitarnya yang disebabkan oleh bulan mati, dia memutuskan untuk bermalam di hutan.
Lubdaka Duduk DIbawah Pohon Tua (Source: Personal Collection)
Insting dan indra Lubdaka sebagai pemburu mengatakan bahwa ada bahaya di sekitar yang mengintai dirinya. Dan benar saja, dibalik pepohonan dan rerumputan yang rimbun di sekitar telaga, terdapat seekor harimau yang mendekati tempat Lubdaka beristirahat.
Lubdaka Diatas Pohon Tua (Source: Personal Collection)
Rasa kekhawatiran Lubdaka meningkat Ketika malam semakin larut dan dia bisa merasakan matanya mulai terasa berat. Dia mulai mengantuk, dan dia menyadari, jika dia tertidur di atas cabang pohon, ada kemungkinan dia bisa terjatuh dari atas pohon dan berakhir sebagai mangsa harimau atau hewan buas lainnya.
Dedaunan Jatuh Di Atas Lingga (Source: Personal Collection)
Daun-daun tersebut terjatuh dari atas pohon ke arah tengah telaga. Di tengah-tengah telaga yang tenang, terdapat sebuah Lingga yang bercorak dan terbuat dari batu. Nampaknya, daun-daun yang berjatuhan tadi berkumpul di atas Lingga tersebut.
Perlahan, Lubdaka mulai meyeseali hal-hal yang telah dia perbuat. Sepanjang malam, dia merenung, bergadang dan menyesali semua dosa-dosa yang telah dia perbuat.
Lubdaka Menyesali Dosanya Saat Dewa Siwa Bersamadhi (Source: Personal Collection)
Pada saat roh Lubdaka yang sedang dalam perjalanan ke alam roh, ia dicegat oleh Pasukan Cikrabala yang datang hendak membawanya ke kawah Candragomuka yang berada di Neraka. Menurut mereka, Lubdaka telah berdosa karena telah banyak membunuh hewan dalam hidupnya.
Dewa Siwa Menghadang Pasukan Cikrabala Untuk Menjemput Lubdaka (Source: Personal Collection)
Dewa Siwa menerangkan bahwa pada hari Siwaratri, Lubdaka tanpa sadar telah melakukan perbuatan penebusan dosa dengan cara merenungi semua dosa-dosanya pada malam dimana Dewa Siwa sedang melakukan tapa Samadhi. Terlebih lagi, Lubdaka berubah setelah malam siwaratri tersebut.
Sejak saat itu, malam dimana Lubdaka bergadang duduk di atas pohon untuk menyesali dosa-dosanya dikenal sebagai malam Siwaratri, yang dirayakan setahun sekali, pada saat Purwaning Tilem Sasih Kapitu, atau bulan mati ketujuh sesuai kalender Hindu, dimana seluruh umat Hindu dapat duduk dan bergadang untuk merenungi semua perbuatan dan dosa yang telah diperbuat selama mereka hidup di dunia ini.