Bunga cempaka memegang makna yang sangat dalam bagi warga Desa Sibang Kaja. Pohon-pohonnya yang tumbuh subur tersebar di seluruh penjuru desa, mengisi udara pagi dengan aroma khas yang menenangkan dan menciptakan suasana yang damai. Keharuman bunga ini tak hanya membawa kedamaian, tetapi juga menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat setempat. Dalam tradisi Hindu Bali, bunga cempaka sering dijadikan bahan utama dalam pembuatan canang sari, persembahan suci yang melambangkan kemurnian dan ungkapan syukur kepada para dewa.
Selain peranannya dalam upacara keagamaan, bunga cempaka juga mencerminkan hubungan yang harmonis antara masyarakat desa dan alam sekitarnya. Warga desa merawat pohon-pohon ini dengan penuh perhatian, menjaga agar keindahannya tetap terpelihara untuk dinikmati oleh generasi mendatang. Tak heran jika keharuman bunga cempaka menjadi daya tarik yang memikat banyak wisatawan untuk datang dan merasakan pesona alami desa ini.
Di tengah Desa Sibang Kaja, berdiri Pura Puseh, sebuah tempat suci yang didedikasikan untuk Dewa Wisnu, pelindung alam semesta. Pura ini sangat dihormati oleh warga desa dan menjadi pusat berbagai upacara penting. Dikelilingi pohon-pohon cempaka yang lebat, Pura Puseh menciptakan suasana sakral yang menenangkan, membawa kedamaian bagi siapa saja yang datang.
Pura Puseh Desa Adat Sibang Kaja (Sumber : Koleksi Pribadi)
Arsitektur Pura Puseh sendiri begitu memikat, dengan gerbang besar yang dihiasi ukiran Bali yang indah dan ornamen penuh makna. Pura ini memancarkan kebesaran budaya lokal. Keharuman bunga cempaka yang mengisi udara sekitar pura menambah kekhusyukan setiap ritual yang berlangsung. Bagi para pengunjung, Pura Puseh lebih dari sekadar tempat ibadah ia menjadi tempat untuk refleksi dan meditasi, memberi ketenangan bagi jiwa.
Desa Sibang Kaja mencerminkan keseimbangan yang sempurna antara alam, manusia, dan tradisi. Masyarakat desa dengan penuh perhatian menjaga kelestarian lingkungan, merawat pohon-pohon cempaka dengan hati-hati, dan menerapkan praktik pertanian organik dalam kehidupan sehari-hari. Tradisi budaya pun terus hidup melalui berbagai kegiatan seni dan ritual keagamaan. Wisatawan yang berkunjung dapat ikut serta dalam berbagai kegiatan ini, seperti membuat canang sari, belajar menari Bali, atau mencoba masakan khas desa. Pengalaman-pengalaman ini tidak hanya mengenalkan budaya lokal, tetapi juga mempererat ikatan antara pengunjung dan warga desa.
Desa Sibang Kaja menunjukkan dedikasi yang luar biasa dalam melestarikan adat dan budaya lokal. Bendesa Adat Sibang Kaja menekankan pentingnya peran generasi muda dengan menyatakan, "Iraga sareng sami dados program yowana sane mawinan ngajegang adat miwah budaya." Pernyataan ini mencerminkan semangat kuat masyarakat desa untuk mengajak para pemuda berperan aktif dalam menjaga warisan tradisi yang telah diturunkan oleh leluhur. Tradisi ini tidak hanya menjadi identitas khas desa, tetapi juga simbol harmoni antara manusia dan alam.
Wawancara dengan Bendesa Adat Sibang Kaja (Sumber : Koleksi Pribadi)
Berbagai program yang dirancang khusus bagi generasi muda menjadi jembatan untuk menghubungkan nilai-nilai adat dengan dinamika kehidupan modern. Melalui kegiatan seperti pelatihan seni budaya, pembuatan persembahan, hingga aktivitas sosial, para pemuda diberi kesempatan untuk berkontribusi langsung dalam menjaga dan mengembangkan adat istiadat desa. Langkah ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa bangga terhadap warisan leluhur sekaligus memperkuat solidaritas dalam komunitas.
Upaya ini bertujuan tidak hanya untuk melestarikan tradisi, tetapi juga untuk memastikan Desa Sibang Kaja tetap menjadi contoh desa adat yang hidup dan relevan di tengah perubahan zaman. Dengan kerja sama antara generasi muda dan tokoh adat, masyarakat Desa Sibang Kaja optimistis bahwa tradisi luhur mereka akan tetap lestari dan dapat diwariskan kepada generasi mendatang, menciptakan harmoni yang abadi antara budaya, manusia, dan alam.