Ngerebeg Desa Tegallalang: Tradisi Sakral untuk Keharmonisan Bhuana Alit dan Bhuana Agung
Ngerebeg merupakan salah satu tradisi sakral yang masih dilestarikan oleh masyarakat Desa Tegallalang, Gianyar, Bali. Tradisi ini mencerminkan hubungan mendalam antara manusia, alam, dan roh-roh halus dalam kosmologi Hindu-Bali. Melalui prosesi Ngerebeg, masyarakat desa berupaya menjaga keseimbangan antara Bhuana Alit (alam mikro) dan Bhuana Agung (alam makro), sebuah konsep filosofi Hindu yang menekankan keharmonisan antara manusia dan alam semesta.
Ngerebeg berakar pada kepercayaan masyarakat Bali terhadap dunia sekala (nyata) dan niskala (gaib). Dalam tradisi ini, diyakini bahwa energi negatif dan roh-roh jahat bisa mengganggu keseimbangan alam dan kehidupan manusia. Oleh karena itu, ritual Ngerebeg dilakukan sebagai upaya untuk membersihkan desa dari pengaruh buruk tersebut dan memulihkan keharmonisan alam.
Tradisi Ngerebeg juga erat kaitannya dengan upacara di Pura Duur Bingin, pura besar di Desa Tegallalang. Biasanya, Ngerebeg dilaksanakan enam bulan sekali sesudah hari raya galungan, yang bertujuan memohon kesuburan dan kesejahteraan bagi seluruh desa. Tradisi ini diwariskan turun-temurun, dan tetap dijaga hingga sekarang sebagai bagian penting dari warisan leluhur.
Dalam konsep Hindu-Bali, Bhuana Alit adalah cerminan diri manusia sebagai bagian kecil dari alam semesta, sementara Bhuana Agung adalah alam semesta itu sendiri. Ngerebeg menjadi manifestasi fisik dan spiritual dari upaya masyarakat untuk menyelaraskan kedua dimensi ini. Melalui ritual ini, masyarakat desa percaya bahwa mereka bisa mengusir roh jahat, menetralkan energi negatif, dan menjaga kesucian alam.
Ritual Ngerebeg dimulai dengan pembuatan barong-barongan, yakni replika barong yang diarak keliling desa. Barong merupakan simbol pelindung dan kekuatan positif dalam mitologi Bali. Anak-anak dan remaja desa mengenakan pakaian dari dedaunan dan kadang dilukis menyerupai karakter mistis. Mereka mengusung barong-barongan sambil berkeliling desa untuk mengusir roh-roh jahat.
Barong-Barongan Mengelilingi Desa (Sumber: Foto Pribadi)
Prosesi Ngerebeg tidak hanya sebatas ritual adat, tetapi juga menjadi ajang untuk memperkuat kebersamaan masyarakat desa. Selama prosesi, seluruh warga terlibat dalam berbagai aktivitas, mulai dari menyiapkan perlengkapan hingga mengiringi prosesi dengan musik gamelan. Keriuhan yang dihasilkan diyakini mampu menghalau kekuatan negatif dan menjaga keseimbangan energi di desa.
Selain dimensi spiritual, Ngerebeg juga memiliki aspek sosial yang kuat, yakni menjaga kebersihan desa. Prosesi ini sering diiringi dengan kegiatan gotong royong membersihkan desa, baik dari sampah maupun dari energi negatif yang dipandang dapat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat.
Ngerebeg Menjaga Kebersihan Desa (Sumber: Foto Pribadi)
Kebersihan fisik dianggap sebagai cerminan dari kebersihan jiwa. Masyarakat percaya bahwa lingkungan yang bersih dan suci akan menarik energi positif dan menjauhkan desa dari malapetaka. Pembersihan ini tidak hanya dilakukan secara material, tetapi juga melalui doa-doa dan persembahan sesajen kepada para dewa.
Bagi masyarakat Tegallalang, Ngerebeg adalah simbol kekuatan spiritual dan kultural. Di tengah kemajuan zaman dan pengaruh modernitas, tradisi ini tetap bertahan sebagai pengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam semesta. Ngerebeg tidak hanya menjadi perayaan budaya, tetapi juga sarana pendidikan bagi generasi muda tentang nilai-nilai religius dan sosial.
Selain itu, tradisi Ngerebeg semakin dikenal oleh wisatawan dan menjadi daya tarik budaya di Bali. Wisatawan yang datang ke Tegallalang tidak hanya menikmati keindahan sawah berundak yang terkenal, tetapi juga dapat merasakan keunikan tradisi spiritual seperti Ngerebeg. Meski demikian, bagi masyarakat lokal, esensi Ngerebeg tetaplah sakral dan bukan semata-mata tontonan.