SangHyang Janger Maborboran : tarian sakral di desa Yangapi untuk mengusir wabah penyakit
Dalam kebudayaan Bali, seni dan keagamaan saling terkait erat, di mana peristiwa sering kali sulit dipisahkan dari aspek keagamaan. Masyarakat Bali memiliki beragam seni pertunjukan yang berakar pada agama dan budaya Hindu, yang telah menjadi ciri khas masyarakat Bali. Sebagian besar seni pertunjukan tradisional Bali berfungsi untuk upacara keagamaan, yang selalu diadakan pada waktu yang dianggap sakral dan tempat yang istimewa. Bahkan, ada seni pertunjukan yang hanya diselenggarakan ketika sebuah desa menghadapi wabah penyakit yaitu tarian SangHyang Jaran Maborboran.
Tari Sanghyang Janger Maborbor merupakan salah satu bentuk pertunjukan tradisional yang dipentaskan ketika sebuah desa dihadapkan pada wabah penyakit yang dapat menyerang manusia atau tanaman. Tarian ini juga terkait dengan upacara keagamaan di Pura Masceti dan pura lainnya di Desa Yangapi. Menariknya, di era globalisasi, Tari Sanghyang Janger Maborbor telah menjadi bagian dari hiburan dan tontonan bagi wisatawan. Penelitian dilakukan karena alasan ini, dengan tujuan untuk menggali nilai-nilai etika dan estetika yang terkandung dalam pertunjukan Tari Sanghyang Janger Maborbor.
Elemen-elemen pertunjukan Tari Sanghyang Janger Maborbor tidak berbeda jauh dari pertunjukan Janger secara umum. Tarian ini melibatkan sekelompok penari laki-laki (Kecak) dan sekelompok penari perempuan (Janger). Unsur-unsur yang membentuk Tari Sanghyang Janger Maborbor melibatkan gerak tari, lagu vokal (sekar rare), rias busana, musik, tempat pementasan (kalangan), dan lampu sebagai pencahayaan. Penari menggunakan tata rias dan busana adat Bali yang biasanya digunakan dalam upacara keagamaan oleh umat Hindu di Bali. Pementasan dilakukan di tempat terbuka yang disebut kalangan, dengan pembatasan keluar-masuk penari menggunakan selembar kain (langse). Lampu listrik digunakan sebagai pencahayaan, sementara sesajen atau banten memainkan peran penting dalam pertunjukan.
Pementasan Tarian SangHyang Janger Maborboran ( sumber foto : koleksi penulis )
Dilihat dari fungsinya, Tari Sanghyang Janger Maborbor memiliki beberapa fungsi bagi masyarakat pendukungnya, khususnya di Desa Yangapi dan masyarakat Bangli secara umum. Fungsi-fungsi tersebut mencakup aspek ritual, sosial, dan estetika. Ritual terkait dengan tarian ini dilakukan pada saat "odalan" di Pura Masceti dan pura lainnya di Desa Yangapi, berperan sebagai bentuk penolakan terhadap wabah, tarian kesuburan, serta sebagai upaya membayar kaul. Fungsi sosial melibatkan peran Tari Sanghyang Janger Maborbor dalam konteks sosial budaya dan sosial etika dalam agama. Secara keseluruhan, bentuk dan fungsinya membuat Tari Sanghyang Janger Maborbor menjadi satu kesatuan yang saling terhubung secara fungsional dan harmonis sebagai bentuk pertunjukan yang disebut Tari Sanghyang Janger Maborbor.
Tari Sanghyang Janger Maborbor bukan hanya sekadar pertunjukan seni belaka, tetapi juga mencerminkan kearifan lokal dan kebijaksanaan spiritual masyarakat Bali. Dalam pertunjukannya, tarian ini tidak hanya berfungsi sebagai bentuk ekspresi artistik, tetapi juga sebagai sarana penyampaian pesan moral dan nilai-nilai budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Terkait dengan aspek ritual, Tari Sanghyang Janger Maborbor menjadi sarana utama dalam upaya melibatkan komunitas dalam ritual keagamaan. Penolakan terhadap wabah dan upacara kesuburan menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Bali, dan tarian ini memberikan dimensi visual dan emosional yang kuat dalam pelaksanaan upacara tersebut. Dalam hal ini, tarian bukan hanya menjadi atraksi seni, tetapi juga simbol kekuatan spiritual dan kohesi sosial.
Pementasan Tarian SangHyang Janger Maborboran ( sumber foto : koleksi penulis )
Dalam konteks sosial, Tari Sanghyang Janger Maborbor menghasilkan kolaborasi antara para penari, musisi, dan penonton, menciptakan ikatan sosial yang kuat di tengah-tengah masyarakat. Penari laki-laki dan perempuan bekerja sama harmonis, menciptakan representasi visual dari kesatuan dan keseimbangan gender dalam kehidupan sehari-hari.
Fungsi estetika tarian ini juga patut diperhatikan, karena keindahan gerak, suara, dan tampilan visualnya tidak hanya menciptakan hiburan, tetapi juga meningkatkan apresiasi terhadap seni tradisional Bali. Dengan adaptasi global, Tari Sanghyang Janger Maborbor tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga menjadi jendela bagi dunia untuk memahami dan menghargai kekayaan budaya Bali.
Secara keseluruhan, Tari Sanghyang Janger Maborbor menjadi bukti hidup keberlanjutan dan relevansi seni tradisional dalam menghadapi tantangan zaman modern. Dengan melestarikan nilai-nilai kuno dan mengembangkan adaptasi kontemporer, tarian ini terus memberikan kontribusi yang berharga dalam memelihara dan memperkaya warisan budaya Bali.