Karnaparwa: Kisah Tragis dan Heroik Karna, Sang Putra Surya
Karnaparwa merupakan buku ke 8 dari seri Astadasaparwa dalam epos Mahabharata. Buku ini berfokus pada kisah tragis dan penuh aksi Karna, salah satu tokoh sentral perang Bharatayudha. Sepeninggal Drona, panglima perang Korawa, Karna diangkat sebagai penggantinya. Bagaimanakah akhir dari kisah hidup Karna?
Karna adalah putra Kunti, namun karena lahir di luar pernikahan, ia dibuang saat bayi dan diadopsi oleh seorang kusir. Meskipun memiliki bakat luar biasa, Karna menghadapi diskriminasi karena statusnya. Demi menjaga nama baik negaranya, Kunti yang melahirkan sebelum menikah terpaksa membuang "Putra Surya" yang ia beri nama Karna di sungai Aswa dalam sebuah keranjang.
Kelahiran Karna (Sumber : Koleksi pribadi)
Karena tidak mengetahui asal-usulnya, Karna bersumpah untuk tidak pernah mengalahkan seorang kesatria dalam perang. Sumpah inilah yang akan menjadi dilema baginya di masa depan.
Saat para Korawa dan Pandawa unjuk kebolehan saat menginjak dewasa, munculah sesosok ksatria gagah perkasa yang mengaku bernama Karna. Ia menantang Arjuna yang disebut sebagai ksatria terbaik oleh Drona. Namun Krepa mengatakan bahwa Karna harus mengetahui kastanya, agar tidak sembarangan menantang seseorang yang tidak setara. Setelah menyaksikan perlakuan tersebut, Duryodana membela Karna, kemudian mengangkatnya menjadi raja di Kerajaan Anga. Semenjak saat itu, Duryodana bersahabat dengan Karna. Setelah gugurnya guru besar Korawa, Drona, Karna yang memiliki kemampuan dan kekuatan luar biasa secara resmi ditunjuk sebagai panglima perang baru. Dengan kepiawaiannya dalam memanah dan pengetahuan tentang strategi perang, Karna menjadi ancaman serius bagi Pandawa.
Karna melawan Arjuna (Sumber : Koleksi Pribadi)
Pertarungan antara Karna dan Arjuna menjadi puncak dari perang Kurukshetra. Keduanya adalah sahabat masa kecil yang kini menjadi musuh di medan perang. Perang Kurukshetra menjadi ajang bagi keduanya untuk membuktikan siapa yang terkuat. Sejak awal perang, kedua kesatria ini telah beberapa kali berhadapan, namun belum ada yang berhasil mengalahkan yang lain. Setiap pertemuan mereka selalu diwarnai oleh pertempuran yang sengit dan menegangkan. Perang Bharatayudha semakin sengit dan menelan banyak korban jiwa. Kematian Abimanyu, putra Arjuna, dan Gatotkaca, putra Bima, membuat kedua kesatria Pandawa ini sangat marah dan bertekad membalas dendam. Mereka melancarkan serangan habis-habisan terhadap pasukan Korawa.
Salah satu momen paling krusial dalam perang adalah saat roda kereta Karna terperosok ke dalam lubang. Karna tidak peduli, ia pun membaca mantra untuk mengerahkan kesaktiannya mengimbangi Pasupati. Namun, kutukan kedua juga menjadi kenyataan. Karna tiba-tiba lupa terhadap semua ilmu yang pernah ia pelajari dari Parasurama. Ini adalah peluang emas bagi Arjuna untuk mengalahkan musuhnya yang selama ini dianggap sebanding dengan dirinya.
Perenungan Arjuna (Sumber: Koleksi pribadi)
Akhirnya, Arjuna berhasil melumpuhkan Karna dengan panahnya. Kematian Karna menjadi akhir dari seorang kesatria yang luar biasa, namun juga menjadi simbol berakhirnya sebuah era.