Karnaparwa: Kisah Tragis dan Heroik Karna, Sang Putra Surya

Karnaparwa merupakan buku ke 8 dari seri Astadasaparwa dalam epos Mahabharata. Buku ini berfokus pada kisah tragis dan penuh aksi Karna, salah satu tokoh sentral perang Bharatayudha. Sepeninggal Drona, panglima perang Korawa, Karna diangkat sebagai penggantinya. Bagaimanakah akhir dari kisah hidup Karna?

Dec 25, 2025 - 15:00
Nov 20, 2024 - 18:35
Karnaparwa: Kisah Tragis dan Heroik Karna, Sang Putra Surya
Raja Angga Krna yang Perkasa (sumber : koleksi pribadi)

Karna adalah putra Kunti, namun karena lahir di luar pernikahan, ia dibuang saat bayi dan diadopsi oleh seorang kusir. Meskipun memiliki bakat luar biasa, Karna menghadapi diskriminasi karena statusnya. Demi menjaga nama baik negaranya, Kunti yang melahirkan sebelum menikah terpaksa membuang "Putra Surya" yang ia beri nama Karna di sungai Aswa dalam sebuah keranjang. Bayi itu kemudian terbawa arus sampai akhirnya ditemukan oleh Adirata yang bekerja sebagai kusir kereta di Kerajaan Kuru. Adirata dengan gembira menjadikan bayi tersebut sebagai anaknya. Karena sejak lahir sudah memakai pakaian perang lengkap dengan anting-anting dan kalung pemberian Surya, maka bayi itu pun diberi nama Basusena. 

Kelahiran Karna (Source : Bing Image Creator)

Kelahiran Karna (Sumber : Koleksi pribadi) 

Karena tidak mengetahui asal-usulnya, Karna bersumpah untuk tidak pernah mengalahkan seorang kesatria dalam perang. Sumpah inilah yang akan menjadi dilema baginya di masa depan. Adirata pun mendaftarkan karna ke dalam perguruan Resi Drona yang saat itu sedang mendidik para Pandawa dan Korawa, pangeran dari kalangan Dinasti KuruDrona menolak karna karena ia hanya sudi mengajar kaum kesatria saja. Akhirnya Karna memutuskan untuk mencari guru lain  bernama Bagawan Parasurama.

Saat para Korawa dan Pandawa unjuk kebolehan saat menginjak dewasa, munculah sesosok ksatria gagah perkasa yang mengaku bernama Karna. Ia menantang Arjuna yang disebut sebagai ksatria terbaik oleh Drona. Namun Krepa mengatakan bahwa Karna harus mengetahui kastanya, agar tidak sembarangan menantang seseorang yang tidak setara. Setelah menyaksikan perlakuan tersebut, Duryodana membela Karna, kemudian mengangkatnya menjadi raja di Kerajaan Anga. Semenjak saat itu, Duryodana bersahabat dengan Karna. Setelah gugurnya guru besar Korawa, Drona, Karna yang memiliki kemampuan dan kekuatan luar biasa secara resmi ditunjuk sebagai panglima perang baru. Dengan kepiawaiannya dalam memanah dan pengetahuan tentang strategi perang, Karna menjadi ancaman serius bagi Pandawa.

Karna vs Arjuna (Source : Bing Image Creator)

Karna melawan Arjuna (Sumber : Koleksi Pribadi)

Pertarungan antara Karna dan Arjuna menjadi puncak dari perang Kurukshetra. Keduanya adalah sahabat masa kecil yang kini menjadi musuh di medan perang. Perang Kurukshetra menjadi ajang bagi keduanya untuk membuktikan siapa yang terkuat. Sejak awal perang, kedua kesatria ini telah beberapa kali berhadapan, namun belum ada yang berhasil mengalahkan yang lain. Setiap pertemuan mereka selalu diwarnai oleh pertempuran yang sengit dan menegangkan. Perang Bharatayudha semakin sengit dan menelan banyak korban jiwa. Kematian Abimanyu, putra Arjuna, dan Gatotkaca, putra Bima, membuat kedua kesatria Pandawa ini sangat marah dan bertekad membalas dendam. Mereka melancarkan serangan habis-habisan terhadap pasukan Korawa. Dalam puncak amarahnya, Bima mencari Dursasana. Dengan kekuatan besarnya, Bima berhasil membunuh Dursasana dan menepati sumpahnya untuk meminum darahnya sebagai balas dendam atas penghinaan yang pernah dilakukan Dursasana terhadap Draupadi. Setelah pertarungan yang panjang dan melelahkan, Bima akhirnya berhasil mengalahkan Dursasana. Dengan penuh amarah, Bima membelah dada Dursasana dan meminum darahnya, memenuhi sumpah yang telah diucapkannya.

Salah satu momen paling krusial dalam perang adalah saat roda kereta Karna terperosok ke dalam lubang. Karna tidak peduli, ia pun membaca mantra untuk mengerahkan kesaktiannya mengimbangi Pasupati. Namun, kutukan kedua juga menjadi kenyataan. Karna tiba-tiba lupa terhadap semua ilmu yang pernah ia pelajari dari Parasurama. Ini adalah peluang emas bagi Arjuna untuk mengalahkan musuhnya yang selama ini dianggap sebanding dengan dirinya. Melihat keadaannya yang sulit, Karna meminta Arjuna untuk menahan diri sementara ia turun untuk mendorong keretanya agar kembali berjalan normal. Pada saat itulah Kresna mendesak agar Arjuna segera membunuh Karna karena ini adalah kesempatan terbaik. Arjuna ragu-ragu karena saat itu Karna sedang lengah dan berada di bawah. Dalam keadaan terdesak, Karna mengingat ibunya, Kunti, dan memohon agar Arjuna tidak membunuhnya. Ia mengungkapkan identitasnya sebagai saudara kandung Arjuna, namun Arjuna tetap melanjutkan serangannya. Arjuna merasa terikat oleh sumpahnya untuk membunuh Karna dan Kresna mengingatkan Arjuna bahwa Karna sebelumnya juga berlaku curang karena ikut mengeroyok Abimanyu sampai mati pada hari ketiga belas. Tidak bisa mengabaikan perintah gurunya, Krishna.  Arjuna pun melepaskan panah Pasupati yang melesat mengenai leher Karna. Karna pun tewas seketika.

Perenungan Arjuna (Sumber: Koleksi pribadi)

Akhirnya, Arjuna berhasil melumpuhkan Karna dengan panahnya. Kematian Karna menjadi akhir dari seorang kesatria yang luar biasa, namun juga menjadi simbol berakhirnya sebuah era. Kematian Karna membawa kesedihan mendalam bagi banyak pihak. Sebelum meninggal, Karna merasakan penyesalan yang mendalam. Ia menyesali keputusan-keputusan yang telah diambilnya dan merindukan kasih sayang keluarga. Sedangkan dari sisi Arjuna, meskipun Arjuna adalah musuh bebuyutan Karna, ia juga merasakan kesedihan. Ia menyadari bahwa Karna adalah saudara tirinya dan bahwa mereka telah terjebak dalam konflik yang tak terelakkan. Kematian Karna membuatnya merenungkan tentang arti persaudaraan dan perang.

Files