Nasi Angkeb: Warisan Rasa dan Kesucian dalam Upacara Adat Karangasem
Nasi Angkeb adalah kuliner tradisional yang tidak sekadar memenuhi kebutuhan pangan, melainkan juga menjadi bagian penting dari praktik budaya dan upacara adat. Di wilayah timur Bali ini, Nasi Angkeb hadir sebagai simbol kesederhanaan, kesucian, dan penghormatan pada leluhur. Ciri khasnya terletak pada cara pengolahan dan peranannya yang erat dalam berbagai ritual masyarakat Karangasem.
Karangasem dikenal dengan tradisi agraris yang kuat serta masyarakatnya yang menjunjung tinggi Tri Hita Karana, yaitu keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan. Dalam konteks itu, Nasi Angkeb memiliki makna simbolis sebagai wujud kebersamaan dan kekokohan hidup.
Istilah angkeb berarti “ditekan” atau “dipadatkan.” Cara ini mencerminkan filosofi masyarakat Karangasem yaitu meski sederhana, kehidupan harus dihayati dengan keteguhan hati. Nasi Angkeb sering dijadikan bagian dari banten (sesajen), terutama saat upacara pitra yadnya.
Di Karangasem, Nasi Angkeb dibuat dari beras lokal yang ditanam di lereng Gunung Agung. Prosesnya dimulai dengan mengukus beras hingga setengah matang, lalu mencampurnya dengan parutan kelapa muda dan sedikit garam laut khas Amed. Setelah dikukus kembali hingga matang, nasi dipadatkan dalam wadah bambu atau cetakan kayu tradisional.
Proses pembuatan Nasi Angkeb (Sumber: Koleksi Pribadi)
Dalam ngaben di Karangasem, Nasi Angkeb umumnya dipersembahkan sebagai bagian dari banten makinsan ring geni. Banten ini diletakkan di dekat pembakaran bade atau lembu yang menjadi wadah jenazah, berfungsi sebagai simbol penyucian sekaligus bekal spiritual bagi roh.
Selain itu, Nasi Angkeb juga ditempatkan bersama lauk sederhana seperti lawar kelapa atau ikan dalam susunan banten. Kehadirannya menegaskan bahwa persembahan tidak harus mewah, melainkan tulus dan sarat makna.
Karangasem memiliki ciri khas tersendiri dalam menggunakan Nasi Angkeb pada ngaben. Di beberapa desa, keluarga yang melaksanakan upacara menyiapkan Nasi Angkeb dalam jumlah banyak untuk dibagikan kepada kerabat dan warga banjar yang turut membantu. Hal ini mencerminkan nilai gotong royong dan kerukunan yang melekat pada masyarakat setempat.
Selain itu, bentuk Nasi Angkeb yang dihasilkan di Karangasem sering dibuat lebih tebal dengan ukuran lebih besar dibandingkan daerah lain di Bali. Hal ini melambangkan keteguhan hati keluarga dalam menjalani prosesi pelepasan arwah.
Nasi Angkeb sebagai Banten dalam Upacara Ngaben (Sumber: Koleksi Pribadi)
Nasi Angkeb dalam upacara ngaben di Karangasem adalah simbol penting dari ketulusan persembahan, kesabaran, dan kekuatan keluarga dalam melepas arwah leluhur. Proses pembuatannya yang sederhana, namun penuh makna, menjadikan hidangan ini lebih dari sekadar nasi. Nasi Angkeb berperan sebagai bagian integral dari banten makinsan ring geni, sekaligus wujud doa dan penghormatan yang mengiringi perjalanan roh menuju penyucian.