Pura Kedatuan Raksa Sidhi: Tempat Penglukatan di Jatiluwih, Tabanan

Melukat, sebagai ritual spiritual umat Hindu di Pulau Bali merupakan upacara yang mengusung tujuan untuk membersihkan jiwa dan pikiran, diwariskan dengan penuh kehormatan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Tempat paling sering dipilih untuk melukat adalah mata air alami yang dianggap suci, seperti yang terdapat di Pura Kedatuan Raksa Sidhi ini.

May 5, 2024 - 05:51
Dec 16, 2023 - 15:31
Pura Kedatuan Raksa Sidhi: Tempat Penglukatan di Jatiluwih, Tabanan
Bagian Beji dari Pura Kedatuan Raksa Sidhi (Sumber Photo: Koleksi Penulis)

Umat Hindu, terutama di Pulau Bali, tentu sudah tidak asing lagi dengan upacara melukat. Melukat adalah sebuah ritual yang bertujuan untuk membersihkan jiwa dan pikiran manusia secara spiritual. Kata "melukat" berasal dari kata "sulukat," yang terdiri dari "su" yang berarti baik, dan "lukat" yang berarti penyucian. Tradisi ini telah diwariskan turun-temurun di kalangan umat Hindu hingga saat ini, dengan tujuan menghilangkan pengaruh negatif atau klesa yang mungkin ada dalam diri manusia. Secara umum, melukat biasanya dilakukan di mata air alami yang dianggap suci oleh masyarakat sekitar. Sebagai contoh, tempat yang akan dibahas dalam artikel yaitu Pura Kedatuan Raksa Sidhi.

Pura Kedatuan Raksa Sidhi terletak di Banjar Soka Kawan, Desa Senganan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Akses ke pura ini cukup mudah karena berdekatan dengan objek wisata Jatiluwih, yang dapat dicapai dalam waktu sekitar 1 jam dari Kota Denpasar dan 35 menit dari Kota Tabanan. Pura ini masih tergolong baru karena upacara ngenteg linggihnya baru dilakukan pada tanggal 13 Februari 2023.

Sejarah Pura ini dimulai pada tahun 1990-an ketika masyarakat setempat dan orang-orang yang melakukan meditasi di Puncak Kedaton sering melihat cahaya dari kejauhan. Setelah ditelusuri lebih lanjut, cahaya tersebut ditemukan berasal dari Beji Kedatuan. Oleh sebab itu, awalnya Beji ini dikenal sebagai Beji Sinar. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak pemedek yang datang untuk melakukan penglukatan. Hal tersebut dikarenakan sumber dari mata air yang ada di penglukatan ini diyakini berasal dari Gunung Sanghyang. Akhirnya, informasi tentang pura ini semakin tersebar luas, dan setelah melalui proses pemugaran yang cukup panjang, terbentuklah Pura Kedatuan Raksa Sidhi yang dapat kita lihat saat ini.

Secara umum, area Pura ini dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu bagian Beji yang digunakan untuk penglukatan, dan bagian Pura yang digunakan untuk kegiatan persembahyangan baik sebelum atau sesudah melaksanakan penglukatan. Sebelum melaksanakan persembahyangan dan penglukatan di Pura ini, pemedek diwajibkan untuk melakukan matur piuning terlebih dahulu di Dukuh, yakni tempat berstananya Ida Dukuh Sakti dengan tujuan memohon izin untuk melakukan aktivitas di sekitar area tersebut. Setelahnya, pemedek dapat turun ke bagian Beji untuk menjalani penglukatan.

Menurut informasi yang disampaikan oleh Mangku Gede selaku kepala mangku di Pura Kedatuan Raksa Sidhi, terdapat lebih dari 10 Pancoran di Beji Kedatuan ini. Pancoran-pancoran yang perlu dilalui untuk menjalani penglukatan adalah sebagai berikut.

Penglukatan Sang Hyang Wisnu Suci (Sumber Photo: Koleksi Penulis)

  1. Pancoran Ida Dukuh Sakti: Pancoran ini terletak di belakang dukuh yang merupakan pancoran pertama yang harus dilalui. Pancoran ini disebut sebagai Panglukatan Pikiran Inguh atau Stress karena diyakini dapat mengurangi beban pikiran setelah menjalani penglukatan di pancoran ini.
  2. Pancoran Sang Hyang Pewenang Tapa: Pancoran ini disebut sebagai Panglukatan Nunas Perti Sentana karena dalam penglukatan ini, pemedek dapat memohon keturunan kepada Sang Hyang Pewenang Tapa Ibu Pertiwi.
  3. Kelebutan Bunda Kanjeng Ratu: Pada pancoran ini, para pemedek dapat memohon kharisma atau wibawa sehingga disebut sebagai Panglukatan Nunas Kharisma atau Wibawa.
  4. Kelebutan Ratu Niang Sakti: Pada pancoran ini, para pemedek dapat memohon kesembuhan, pengobatan atau jengu sehingga disebut sebagai Panglukatan Nunas Usadha.
  5. Penglukatan Buddha: Pada pancoran ini, para pemedek dapat memohon kebijaksanaan sehingga disebut sebagai Panglukatan Nunas Kawicakasanaan utawi Tathagata.
  6. Pengluktaan Sang Hyang Semara: Pada pancoran ini, para pemedek dapat memohon jodoh sehingga disebut sebagai Panglukatan Nunas Pengasihan.
  7. Penglukatan Dewi Gangga: Pada pancoran ini, para pemedek dapat memohon petunjuk spiritual.
  8. Penglukatan Brahma Pada pancoran ini, para pemedek dapat memohon petunjuk pengesengan.
  9. Penglukatan Leluhur: Pada pancoran ini, para pemedek dapat memohon pengampunan dari leluhur sehingga disebut sebagai Panglukatan Tebas Gering utawi Kutukan.
  10. Penglukatan Ratu Biang Mas Melanting: Pada pancoran ini, para pemedek dapat memohon kelancaran dalam pekerjaan dan juga rejeki.
  11. Penglukatan Sang Hyang Wisnu Suci: Penglukatan ini merupakan penglukatan paling indah dari seluruh Penglukatan Beji Kedatuan. ini karena pada pancorannya Patung Dewa Wisnu  yang dikelilingi pahatan seni arsitektur naga berkepala tiga. para pemedek dapat memohon perlindungan sehingga disebut sebagai Panglukatan Sarwa Satru.
  12. Penglukatan Siwa Nilakanta Pada pancoran ini, para pemedek dapat memohon penghilangan racun.
  13. Penglukatan Betari Danu Pada pancoran ini, para pemedek dapat memohon terkait dengan pertanian.
  14. Penglukatan Sang Hyang Aji Saraswati: Di atas pancoran ini terdapat patung Dewi Saraswati yang sangat memukau di mana dalam penglukatan ini para pemedek dapat memohon pengetahuan sehingga disebut sebagai Panglukatan Landep Ing Jnana.
  15. Penglukatan Hyang Wismaya: Pada bagian atas pancoran ini terdapat patung Tualen, yang merupakan tokoh dalam tradisi pewayangan Bali yang terkenal gemar dalam memberikan petuah bijak. Dalam penglukatan ini, para pemedek memiliki kesempatan untuk memohon kesidhian.

Terakhir, terdapat Penglukatan Sang Hyang Siwa Metung dan juga Penglukatan I Sastra Tunggal Utama. Setelah menyelesaikan upacara penglukatan, pemedek dapat mengganti pakaian di tempat khusus yang telah disediakan. Setelah itu, mereka dapat melanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu naik ke bagian pura untuk melaksanakan persembahyangan.

Bagian Pura Kedatuan Raksa Sidhi (Sumber Photo: Koleksi Penulis)

Di pura ini, terdapat beberapa bangunan suci seperti Gedong Siwa, Padma, Lingga Yoni, Pelinggih Buddha, dan Pelinggih Pepelik. Selain itu, ada sebuah Gedong Suci yang berfungsi sebagai tempat pertemuan, ida pedanda nganteb, dan sejenisnya. Setelah melaksanakan upacara penglukatan, para pemedek melakukan persembahyangan dengan maksud untuk melaksanakan matur suksma atau mengungkapkan terima kasih karena telah diberikan izin untuk melakukan penglukatan dan menerima berkah di pura ini.

Pemedek dapat mengunjungi Pura Kedatuan Raksa Sidhi pada hari-hari suci seperti Purnama, Tilem, Kajeng Kliwon, dan Banyu Pinaruh. Karena, hari-hari ini dianggap sebagai waktu yang baik untuk menjalani upacara penglukatan sebagai bagian dari proses pembersihan diri. Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan salah satunya adalah banten yakni tiga buah pejati, canang, dan juga sarana pendukung lainnya seperti pakaian ganti. Penting untuk dicatat bahwa perjalanan ke Pura ini tidak sekadar perjalanan fisik, melainkan juga suatu perjalanan spiritual yang mendalam dan bermakna.