Penglukatan Beji Dalam Sapat: Tiga Pancoran Suci dari Alam serta Perlindungan Naga Raja
Penglukatan Beji Dalam Sapat dengan tiga pancoran sucinya dan simbol Naga Raja merupakan tempat yang kaya akan nilai spiritual dan budaya. Melalui ritual penglukatan yang dilakukan di sini, masyarakat tidak hanya mencari pembersihan spiritual tetapi juga berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan serta menjaga keseimbangan dalam kehidupan mereka. Keberadaan pura dan penglukatan ini menjadi penting baik bagi masyarakat lokal maupun bagi wisatawan yang ingin memahami lebih dalam tentang tradisi dan budaya Bali.
Penglukatan di Beji Dalam Sapat berada di pinggiran sungai dan dikelilingi oleh hutan tropis yang masih alami. Untuk mencapai Pura Beji Dalam Sapat, pengunjung harus melewati puluhan anak tangga yang menurun dari Pura Dalem dan Pura Prajapati. Perjalanan ini memberikan pengalaman yang menyegarkan, dengan keindahan alam yang asri di sekelilingnya. Terdapat tiga pancoran yang bersumber dari mata air alami, dan keindahan alam sekitar serta gemericik air sungai menambah kesan damai dan menenangkan. Pura ini juga berada di titik pertemuan dua sungai atau Campuhan dari arah timur dan utara, yang mengalir secara alami tanpa campur tangan manusia.
Pura Beji Dalem Sapat (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Sebelum melakukan prosesi penglukatan, para pemedek terlebih dahulu mengaturkan canang atau sesajen sebagai bentuk persembahyangan di jaba Pura Beji Dalam Sapat. Proses penglukatan dilakukan melalui dua tahap: pertama di campuhan kedua sungai, kemudian dilanjutkan ke pancoran di Beji Dalam Sapat. Namun, jika aliran sungai cukup deras, pemedek dapat langsung melukat di Beji Dalam Sapat.
Di area pura juga terdapat patung Dewi Sri, yang merupakan simbol kesuburan, kemakmuran, dan rezeki dalam kepercayaan Hindu. Patung ini melambangkan penghormatan masyarakat terhadap Dewi Sri sebagai dewi pertanian, yang memberikan kesejahteraan bagi para petani. Kehadiran patung ini mengingatkan para pemedek akan pentingnya menjaga hubungan harmonis dengan alam dan menghargai sumber daya yang diberikan.
Penglukatan Beji Dalem Sapat (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Di Pura Beji Dalam Sapat, pengunjung akan menemukan tiga pancoran suci yang merupakan bagian integral dari ritual penglukatan. Setiap pancoran tidak hanya berfungsi sebagai sumber air suci, tetapi juga memiliki makna spiritual yang dalam, mencerminkan proses penyucian dan permohonan kepada Tuhan. Pancoran-pancoran ini menjadi simbol harapan bagi para pemedek untuk mendapatkan perlindungan, kesehatan, dan bimbingan dalam kehidupan sehari-hari.
- Pancoran Pertama: Digunakan untuk membersihkan diri dari energi negatif dan memohon perlindungan. Para pemedek melakukan ritual di sini untuk menyucikan diri sebelum melanjutkan ke pancoran berikutnya.
- Pancoran Kedua: Di sini, pemedek memohon kesehatan dan kesejahteraan. Ritual ini bertujuan untuk mendatangkan energi positif dan menghilangkan segala bentuk penyakit atau gangguan.
- Pancoran Ketiga: Pancoran terakhir ini digunakan untuk memohon petunjuk spiritual dan kebijaksanaan. Pemedek berharap mendapatkan inspirasi dan bimbingan dalam menjalani kehidupan sehari-hari
Penglukatan di Beji Dalam Sapat juga terkait dengan simbolisme Naga Raja. Air suci mengalir dari celah-celah batu yang berasal dari alam, sebelum sampai ke Beji Dalam Sapat terdapat Pura Dalem dan Pura Prajapati. Air suci tersebut dialirkan ke Beji Dalam Sapat sehingga membentuk tiga pancoran yang dijaga oleh tiga ekor naga. Naga-naga ini melambangkan penjaga tempat penglukatan dan pembersihan diri. Dalam mitologi Hindu, tiga naga tersebut disimbolkan dengan Sang Hyang Ananta Boga (Brahma), Sang Hyang Naga Basuki (Wisnu), dan Sang Hyang Naga Raksaka (Iswara).
Prasasti Pura Dalem Sapat (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Kisah dari mitologi tiga naga menggambarkan peran penting Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Iswara dalam menciptakan keseimbangan alam. Dalam cerita ini, Dewa Brahma menjelma menjadi Naga Ananta Boga dan masuk ke dalam tanah, berfungsi untuk menyuburkan tanah agar menjadi gembur. Selanjutnya, Dewa Wisnu menjelma sebagai Naga Basuki, di mana kepala Naga Basuki menjadi laut dan ekornya menjadi gunung. Kepala Naga Basuki berfungsi menggerakkan air laut hingga menguap menjadi awan, yang kemudian menurunkan hujan. Sementara itu, Dewa Iswara menjelma menjadi Naga Tatsaka, naga bersayap yang terbang ke angkasa. Dengan mengibaskan sayapnya, Naga Tatsaka menciptakan desiran angin yang menyejukkan makhluk hidup di bumi. Gunung berfungsi sebagai tempat penyimpanan air hujan yang kemudian dialirkan ke danau, mata air, dan sungai. Setelah aliran ini sampai di tempat-tempat tersebut, manusia dan makhluk hidup lainnya dapat memanfaatkan air tersebut untuk kehidupan. Ketiga naga ini merupakan penjelmaan dari Dewa Tri Murti yang bertugas menyeimbangkan kembali alam semesta dan kehidupan di bumi.
Pura Dalem dan Pura Prajapati Sapat (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Pura Dalem dan Pura Prajapati di Sapat memiliki peran penting dalam konteks spiritual dan budaya masyarakat setempat. Pura Dalem berfungsi sebagai tempat pemujaan bagi para dewa yang terkait dengan kematian dan dunia spiritual, sering digunakan untuk melaksanakan upacara pemujaan bagi arwah leluhur dan ritual yang berkaitan dengan siklus kehidupan, termasuk upacara ngaben (cremation). Keberadaan Pura Dalem menegaskan keyakinan masyarakat akan pentingnya menghormati leluhur dan menjaga hubungan dengan dunia spiritual. Sementara itu, Pura Prajapati didedikasikan untuk memuja Dewa Prajapati, dewa pencipta dan pengatur alam semesta, yang menjadi simbol kesuburan dan kehidupan. Ritual-ritual di Pura Prajapati berkaitan dengan permohonan untuk kelimpahan hasil panen dan perlindungan terhadap bencana alam. Kedua pura ini, bersama dengan Pura Beji Dalam Sapat, membentuk kompleks spiritual yang saling melengkapi, menciptakan ruang bagi masyarakat untuk beribadah, melakukan ritual, dan menjaga tradisi budaya mereka.
Pura Beji Dalam Sapat tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial bagi masyarakat sekitar. Ritual-ritual yang dilakukan di pura ini sering kali melibatkan partisipasi aktif dari warga desa, sehingga memperkuat ikatan sosial dan komunitas. Selain itu, pura ini juga menjadi tujuan wisata spiritual bagi para pengunjung yang ingin merasakan kedamaian dan kesejukan alam sekitar. Dengan demikian, Pura Beji Dalam Sapat merupakan tempat yang kaya akan nilai spiritual, budaya, dan sosial, memberikan kontribusi penting bagi kehidupan masyarakat setempat serta menjadi tujuan bagi mereka yang mencari pengalaman spiritual yang mendalam.