Melacak Jejak Sejarah Leluhur di Pura Luhur Pucak Bukit Rangda
Pura Luhur Pucak Bukit Rangda adalah salah satu tempat suci di Bali yang memadukan keindahan alam dengan atmosfer sakral yang kuat. Terletak di puncak bukit, pura ini memancarkan energi mistis dan menawarkan panorama alam yang menakjubkan. Keberadaannya menjadi simbol pentingnya menjaga warisan budaya dan spiritual Bali bagi generasi mendatang.

Pura Luhur Pucak Bukit Rangda merupakan salah satu pura suci yang terletak di ketinggian, berada di perbatasan Desa Lalanglinggah dan Desa Mundeh, Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan, Bali. Letaknya yang berada di puncak bukit pada ketinggian sekitar 200 meter di atas permukaan laut menambah aura mistis dan sakral dari pura ini. Untuk menuju Pura Luhur Pucak Bukit Rangda, pengunjung harus menempuh perjalanan yang cukup panjang dan melalui medan yang terjal dan menantang. Namun, keindahan dan kedamaian yang dirasakan setibanya di pura ini sepadan dengan usaha yang dikeluarkan.
Nama Bukit Rangda berasal dari kata buket yang berarti bukit dan rangdu atau rangda, yang berarti roh atau kekuatan gaib. Dengan demikian, nama Bukit Rangda memiliki arti sebagai bukit yang dihuni atau dijaga oleh kekuatan gaib yang besar. Bukit ini diyakini oleh masyarakat setempat menyimpan kekuatan spiritual yang dapat melindungi umat manusia. Oleh sebab itu, Pura Luhur Pucak Bukit Rangda tidak hanya menjadi tempat pemujaan, tetapi juga menjadi simbol perlindungan bagi masyarakat sekitar.
Pura Luhur Pucak Bukit Rangda (Sumber Foto: Koleksi Redaksi)
Pura ini memiliki sejarah panjang yang terekam dalam Lontar Purana Jagat Bangsul, yang mencatat banyak gunung sakral di Bali, termasuk Bukit Rangda. Menurut cerita, Bukit Rangda diberkati oleh Sang Hyang Pasupati, seorang dewa penting dalam kepercayaan Hindu Bali, yang menetapkan tempat ini sebagai Kahyangan Hyang Ludra. Ini menjadikan Pura Luhur Pucak Bukit Rangda sebagai salah satu pura yang sangat dihormati dan dianggap sakral oleh masyarakat Bali.
Menurut sumber sejarah dan kepercayaan setempat, Bukit Rangda telah menjadi tempat pemujaan sejak tahun 111 atau 189 Masehi. Pada zaman itu, bukit ini menjadi pusat kegiatan spiritual karena masyarakat percaya bahwa pohon-pohon besar yang tumbuh di sini, seperti pohon kepuh, adalah tempat bersemayamnya roh-roh penjaga yang sakti. Tradisi ini diteruskan oleh generasi demi generasi hingga saat ini, di mana Pura Luhur Pucak Bukit Rangda masih menjadi tempat pemujaan dan perlindungan spiritual.
Pada abad ke-14, sekitar tahun 1315 hingga 1395 Masehi, seorang tokoh suci yang dikenal dengan nama Dukuh Mayaspuri menetap di Bukit Rangda bersama beberapa pengikutnya. Tokoh-tokoh yang mengikuti Dukuh Mayaspuri adalah tokoh-tokoh spiritual penting seperti I Mucaling, Ratu Ngurah Tangekeb Langit, I Ratu Wayan Teba, I Made Jelawung, I Nyoman Pengadangan, I Ketut Petung, dan Ni Luh Rai Darani. Mereka adalah tokoh-tokoh spiritual yang memiliki kemampuan khusus dalam hal gaib dan penguasaan energi spiritual. Kehadiran mereka di bukit ini semakin memperkuat kedudukan Bukit Rangda sebagai tempat suci yang memiliki kekuatan mistis yang besar.
Cerita berlanjut dengan konflik spiritual antara I Mucaling dan Rsi Markandeya, seorang resi yang dikenal bijaksana dan memiliki kekuatan spiritual yang sangat ampuh. I Mucaling, yang merasa berhak atas wilayah Bukit Rangda, berusaha menguasai kawasan tersebut dengan melakukan pengeluhan, sebuah tindakan spiritual untuk menghancurkan kekuatan di wilayah tersebut. Namun, Rsi Markandeya berhasil menghentikan tindakan I Mucaling dengan cara menyiramkan air suci atau tirta di sekitar bukit. Air suci ini dipercaya membawa energi positif dan kekuatan perlindungan yang melindungi Bukit Rangda dari niat jahat.
Setelah insiden tersebut, I Mucaling akhirnya memilih untuk meninggalkan Bukit Rangda dan menetap di daerah lain. Ia pindah ke Jungut Batu di Nusa Penida. Meskipun demikian, pengaruh dan kekuatan Rsi Markandeya tetap terasa hingga saat ini. Beliau mendirikan Kahyangan Bhatar Ludra di Puncak Bukit Rangda sebagai simbol kekuatan perlindungan spiritual yang tak tergoyahkan. Pada masa selanjutnya, sekitar tahun 1340 hingga 1418 Masehi, Pura Luhur Pucak Bukit Rangda semakin berkembang menjadi salah satu tempat pemujaan yang sangat penting di Bali.
Pura Luhur Pucak Bukit Rangda (Sumber Foto: Koleksi Redaksi)
Pura Luhur Pucak Bukit Rangda tidak hanya menawarkan nilai spiritual, tetapi juga keindahan alam yang memukau. Dari ketinggian bukit, pengunjung dapat menyaksikan pemngan yang luar biasa, dengan panorama hutan yang menghijau, perbukitan, dan jurang-jurang terjal yang menambah kesan alami dan sakral dari tempat ini. Suasana di sekitar pura juga sangat sejuk.
Dari puncak Bukit Rangda, pengunjung bisa menikmati pemandangan Pantai Yeh Bakung di kejauhan. Pemandangan ini memberikan suasana yang sangat menenangkan, seakan-akan mengajak pengunjung untuk beristirahat sejenak dari kesibukan dunia luar. Suasana sekitar yang masih alami dan jauh dari hiruk-pikuk kota menambah kedamaian yang dirasakan di pura ini.
Perjalanan menuju pura memang membutuhkan usaha yang cukup besar karena harus melewati jalan setapak dan medan yang cukup terjal. Rute menuju pura melintasi beberapa desa, seperti Bangkilas Jaran, Penataran, dan lain-lain. Pengunjung yang datang dari kota Denpasar harus menempuh perjalanan sekitar 62km untuk mencapai pura ini. Namun, semua perjuangan ini sepadan dengan pengalaman spiritual dan pemngan yang didapatkan setibanya di pura.
Untuk mengunjungi Pura Luhur Pucak Bukit Rangda, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar perjalanan lebih nyaman dan bermakna. Pertama, persiapkan diri secara fisik, karena medan menuju pura ini cukup menantang dan memerlukan stamina yang baik. Pastikan membawa air minum yang cukup.
Karena Pura Luhur Pucak Bukit Rangda adalah tempat suci, penting untuk menghormati adat dan norma yang berlaku. Pengunjung diharapkan mengenakan pakaian sopan dan mengikuti tata cara beribadah di pura. Jaga kebersihan dan hindari perbuatan yang dapat merusak lingkungan atau dianggap tidak sopan oleh masyarakat setempat.
Keberadaan pohon-pohon besar seperti pohon kepuh di sekitar pura menambah aura sakral dari tempat ini. Pura Luhur Pucak Bukit Rangda adalah bukti nyata bagaimana kepercayaan, alam, dan spiritualitas berpadu dalam harmoni, menciptakan tempat yang tidak hanya indah, tetapi juga bermakna bagi siapa saja yang mengunjunginya.
Pura Luhur Pucak Bukit Rangda adalah salah satu keajaiban spiritual di Bali yang menawarkan keindahan alam sekaligus nuansa sakral yang mendalam. Terletak di puncak bukit, pura ini memancarkan energi mistis yang dihormati oleh masyarakat setempat, dengan panorama alam yang memukau. Keberadaannya mengingatkan kita akan pentingnya menjaga warisan budaya dan spiritual Bali.