Pura Dang Kahyangan Mertasari: Keagungan Meru Tumpang Tiga di Tepi Selat Bali

Pura Dang Kahyangan Mertasari merupakan salah satu pura bersejarah yang terletak di Kabupaten Jembrana, Bali. Pura megah ini berdiri kokoh di tepi Selat Bali, Keunikan pura ini terletak pada sistem pengelolaannya yang melibatkan empat desa yakni Desa Batuagung, Dauhwaru, Pendem, dan Mertasari, menciptakan harmoni sosial yang luar biasa dalam pelestarian warisan budaya Bali.

May 3, 2025 - 19:00
Nov 13, 2024 - 07:42
Pura Dang Kahyangan Mertasari: Keagungan Meru Tumpang Tiga di Tepi Selat Bali
Pura Dang Kahyangan Mertasari (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Di tengah aroma dupa dan bunga kamboja yang semerbak, berdiri Pura Dang Kahyangan Mertasari, sebuah simbol keagungan dan tempat suci yang dibanggakan oleh masyarakat Jembrana, Bali. Tidak hanya menjadi saksi perjalanan sejarah, pura ini juga menjadi pusat harmoni spiritual dan budaya yang menyatukan empat desa yang mengelilinginya, yaitu Batuagung, Dauhwaru, Pendem, dan Mertasari. Keunikan Pura Dang Kahyangan Mertasari terletak pada sistem pengelolaannya yang unik, yaitu melalui kerjasama harmonis dari empat desa. Sistem ini menggambarkan filosofi kehidupan Menyama Braya yang berarti persaudaraan dan gotong royong, nilai yang dipegang teguh oleh masyarakat Bali.

Setiap desa memainkan peran yang sangat penting dalam menjaga keutuhan dan kesucian pura ini. Seperti tenunan kain endek Bali yang indah, desa-desa ini berkontribusi dengan tugas dan tanggung jawab yang berbeda namun seirama dalam mempertahankan dan merawat pura yang mereka anggap sebagai warisan leluhur yang sakral. Dari membersihkan lingkungan pura, menjaga keutuhan bangunan, hingga mengorganisir upacara besar, semuanya dikerjakan bersama dengan penuh dedikasi.

Pura Dang Kahyangan Mertasari (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Setiap ritual di Pura Dang Kahyangan Mertasari menjadi momen yang penuh makna, di mana nilai-nilai tradisi dan spiritualitas masih terjaga kuat. Upacara-upacara ini diadakan secara berkala dan melibatkan partisipasi aktif seluruh masyarakat dari keempat desa, menciptakan pemandangan spektakuler yang kaya akan budaya dan simbolisme. Partisipasi aktif masyarakat dari desa Batuagung, Dauhwaru, Pendem, dan Mertasari sangat menonjol dalam setiap ritual. Kehadiran mereka di pura bukan hanya sebagai pengunjung yang menyaksikan prosesi, melainkan sebagai penjaga dan penerus adat yang mereka pelihara dengan sepenuh hati. Masing-masing individu, dari anak-anak hingga orang tua, mengambil peran yang sesuai dalam ritual, baik sebagai pembawa sesajen, pemimpin doa, hingga penabuh gamelan tradisional. Setiap tindakan mereka merupakan wujud penghormatan terhadap leluhur dan komitmen untuk menjaga kesinambungan tradisi yang ada.

Selama prosesi, ornamen tradisional Bali dan persembahan yang rumit ditata dengan indah, memberikan nuansa magis yang menyatu dengan keindahan arsitektur Meru Tumpang Tiga. Setiap ritual yang dilaksanakan mengandung doa-doa yang dipanjatkan kepada leluhur dan dewa-dewa, memohon perlindungan, berkah, serta kesejahteraan bagi seluruh umat. Kehadiran masyarakat dalam ritual-ritual ini bukan hanya memperkuat ikatan sosial antarwarga, tetapi juga menjaga dan melestarikan warisan budaya yang berharga. Prosesi-prosesi ini mencerminkan dedikasi dan cinta mereka terhadap tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Dengan setiap upacara, mereka menghidupkan kembali nilai-nilai luhur dan semangat gotong royong yang menjadi dasar dari kehidupan komunitas mereka. Melalui partisipasi aktif dan kesetiaan terhadap tradisi, masyarakat Pura Dang Kahyangan Mertasari terus memperkokoh identitas budaya dan spiritual mereka di tengah arus modernisasi.

Pura Dang Kahyangan Mertasari (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Pura Dang Kahyangan Mertasari memiliki ciri khas arsitektur Meru Tumpang Tiga, yakni struktur bertingkat tiga yang tak hanya indah, tetapi juga sarat makna. Tiga tingkatan ini menggambarkan tiga dunia dalam kepercayaan Hindu Bali: Bhur (alam bawah), Bwah (alam tengah), dan Swah (alam atas), yang masing-masing melambangkan dimensi yang berbeda dalam perjalanan spiritual umat. Setiap tingkat dihiasi dengan ukiran khas Bali yang kaya akan simbol dan makna spiritual, menambah keagungan dan aura sakral dari bangunan ini. Meru Tumpang Tiga bukan hanya sekadar struktur arsitektural, tetapi juga menjadi lambang kesakralan yang diyakini sebagai penghubung antara manusia, leluhur, dan alam semesta. Keunikan arsitektur ini tidak hanya memukau secara estetika, tetapi juga memberikan pemahaman mendalam tentang filosofi dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Hindu Bali. Keindahan dan makna yang terkandung dalam Meru Tumpang Tiga mengajak setiap orang yang mengunjungi pura ini untuk merasakan dan menghargai kedalaman spiritual yang tercermin dalam setiap detail bangunan

Struktur bertingkat ini memang memukau secara visual, namun lebih dari itu, ia mengandung filosofi mendalam yang merefleksikan perjalanan batin manusia. Tingkatan-tingkatan Meru ini menunjukkan jalan spiritual dari alam bawah menuju alam atas, seiring dengan upaya manusia mencapai keseimbangan antara dunia fisik dan spiritual. Bagi umat Hindu Bali, meraih harmoni dengan alam sekitar dan Sang Hyang Widhi adalah esensi hidup, dan arsitektur ini mengajarkan pentingnya menghormati segala ciptaan. Setiap tingkat dari Meru mengandung pesan bahwa perjalanan menuju kesadaran spiritual yang lebih tinggi hanya dapat dicapai dengan menghormati hubungan antara manusia, alam, dan kekuatan ilahi yang menaungi kehidupan mereka. Dengan setiap tingkatan, umat diajak untuk merenungkan dan menghormati keseimbangan hidup, menjadikan Pura Dang Kahyangan Mertasari sebagai pusat spiritual dan budaya yang penting bagi masyarakat Bali.

Wantilan Pura Dang Kahyangan Mertasari (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Semangat gotong royong yang ditunjukkan oleh warga keempat desa ini adalah cerminan nilai luhur Menyama Braya yang menjadi dasar filosofi hidup masyarakat Bali. Mulai dari kegiatan membersihkan pura, membuat sesajen, hingga mempersiapkan upacara besar, semuanya dilakukan dengan kebersamaan dan rasa hormat yang tulus terhadap leluhur. Keberadaan Pura Dang Kahyangan Mertasari bukan hanya sekadar tempat pemujaan, melainkan juga menjadi pusat pelestarian budaya yang diwariskan secara turun-temurun. Di tengah arus modernisasi, pura ini berdiri kokoh sebagai simbol persatuan dan pengingat bagi generasi mendatang untuk tetap menjaga kearifan lokal serta menghormati leluhur.

Pura Dang Kahyangan Mertasari tidak hanya memukau dengan keagungan arsitektur Meru Tumpang Tiga yang megah, tetapi juga menjadi cerminan nilai-nilai luhur yang dihidupkan melalui kerjasama dan persatuan antar desa. Tempat ini menjadi contoh nyata bagaimana budaya dan spiritualitas Bali tetap terjaga meskipun menghadapi perubahan zaman. Sebagai situs yang mengandung nilai sejarah dan budaya yang tinggi, Pura Dang Kahyangan Mertasari memberikan inspirasi bagi masyarakat setempat dan generasi muda untuk terus melestarikan warisan nenek moyang mereka.