Asal Usul Pura Penataran Pande di Besakih: Bhisama Mpu Siwa Saguna sebagai Pedoman Bakti Warga Pande

Pura Penataran Pande bukan hanya sekadar tempat pemujaan, tetapi simbol pengabdian abadi warga Pande yang menghubungkan mereka dengan warisan spiritual di Pura Besakih. Melalui bhisama ini, warga Pande didorong untuk mendalami jati diri mereka dan menunaikan bakti kepada leluhur agar kesejahteraan, harmoni, dan kemakmuran tetap terjaga di Pulau Bali. Bhisama Mpu Siwa Saguna menjadi fondasi spiritual yang mendalam bagi warga Pande dalam menjaga hubungan mereka dengan Pura Besakih, terutama Pura Penataran Pande.

Feb 23, 2025 - 09:07
Feb 23, 2025 - 09:08
Asal Usul Pura Penataran Pande di Besakih: Bhisama Mpu Siwa Saguna sebagai Pedoman Bakti Warga Pande
Utama Mandala Pura Penataran Pande (Sumber: Koleksi Pribadi)
Asal Usul Pura Penataran Pande di Besakih: Bhisama Mpu Siwa Saguna sebagai Pedoman Bakti Warga Pande
Asal Usul Pura Penataran Pande di Besakih: Bhisama Mpu Siwa Saguna sebagai Pedoman Bakti Warga Pande
Asal Usul Pura Penataran Pande di Besakih: Bhisama Mpu Siwa Saguna sebagai Pedoman Bakti Warga Pande

Pura Penataran Pande di Besakih merupakan salah satu pura penting bagi warga Pande di Bali, yang menjadi tempat suci untuk menyembah leluhur dan menjaga hubungan spiritual dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Keberadaan pura ini tidak lepas dari sejarah panjang dan pesan leluhur yang termaktub dalam bhisama Mpu Siwa Saguna. Bhisama ini menjadi pedoman yang mengikat warga Pande untuk terus menjalankan bakti di Pura Besakih, khususnya di Pura Penataran Pande.

Bhisama pertama yang diberikan oleh Mpu Siwa Saguna kepada Brahmana Dwala di Pura Bukit Indrakila adalah pengingat untuk warga Pande agar senantiasa menyembah di Pura Besakih dan Pura Penataran Pande. Bhisama ini berbunyi:

"Mangke hiyun ira turun ing Besaki. Didine ane Penataran Pande. Kita aywa lupa bakti ring kawitan ring Besakih."

Artinya, Mpu Siwa Saguna berpesan kepada Brahmana Dwala untuk senantiasa sujud dan bakti di Pura Besakih. Bhisama ini kemudian menjadi pedoman bagi warga Pande untuk terus menjaga hubungan spiritual dengan leluhur yang berstana di Pura Penataran Pande, Besakih. Menurut bhisama, jika warga Pande lupa akan bakti ini, mereka akan mengalami kekurangan, meskipun secara materi mereka sukses.

Utama Mandala Pura Penataran Pande (Sumber: Koleksi Pribadi)

Gelar Abhiseka Ida Bhatara di Pura Penataran Pande

Dalam naskah Raja Purana Pura Besakih dan Babad Dalem Tarukan, dijelaskan bahwa nama abhiseka Ida Bhatara di Pura Penataran Pande di Besakih adalah Ida Ratu Bagus Pande. Gelar ini menunjukkan keterkaitan erat Pura Penataran Pande dengan Pura Penataran Agung di Besakih. Dalam Raja Purana Pura Besakih, terdapat tata cara khusus dalam perjalanan Ida Bhatara, termasuk perjalanan ritual setiap 10 tahun ke Klotok, setiap 5 tahun ke Yeh Sah, dan setiap 4 tahun ke Tegal Suci. Perjalanan ini menegaskan peran penting Pura Penataran Pande dalam rangkaian ritual besar di Pura Besakih.

Panduan Bakti dari Babad Dalem Tarukan

Dalam Babad Dalem Tarukan, yang telah dikonfirmasi otentisitasnya oleh Pengurus Pusat Para Gotra Sentana Dalem Tarukan, disebutkan pula bahwa warga Pande harus menegakkan pamancangah (prasasti) sebagai bukti keturunan Dalem Gelgel dengan melakukan upacara ke Pura Besakih. Dalam bhisama tersebut, disebutkan bahwa dalam melakukan bakti di Pura Penataran Pande, warga Pande harus menggunakan benang tri datu, daksina arta, peripih emas, serta kelengkapan sesajen lainnya. Penggunaan sarana ini menjadi simbol pengabdian warga Pande untuk menjaga hubungan suci dengan leluhur.

Utama Mandala Pura Penataran Pande (Sumber: Koleksi Pribadi)

Keterkaitan Warga Pande dan Warga Pasek di Besakih

Peneliti Prancis, Jean Francois Guerpmonprez, dalam disertasinya "Les Pande De Bali" (1987), menyatakan bahwa tidak ada warga di Bali yang memiliki tempat pemujaan leluhur yang sejelas warga Pande di Pura Besakih. Menurut Guerpmonprez, warga Pande juga aktif menyebarluaskan naskah-naskah leluhur yang menjadi landasan silsilah mereka, serupa dengan warga Pasek yang juga memiliki keterkaitan kuat dengan Pura Besakih. Pernyataan ini diperkuat dalam naskah Raja Purana Pura Pasar Agung, yang menyebutkan bahwa warga Pande dan Pasek memiliki peran penting dalam menjaga dan memuliakan pura di Besakih.

Dalam Raja Purana Pura Pasar Agung, juga disebutkan bahwa pelanggaran terhadap ajaran Dewa dan pengabaian terhadap kahyangan akan membawa malapetaka bagi Bali. Kewajiban warga Pande dan Pasek untuk memelihara tempat suci ini menjadi tanggung jawab turun-temurun, yang menjaga kelangsungan harmoni alam dan spiritual Bali.