Pura Taman Sari: Pura Peninggalan Sejarah Bali Kuno
Desa Pejeng yang terletak di Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali, merupakan desa yang kaya akan nilai sejarah. Desa Pejeng dikenal sebagai desa purba atau desa kuno. Sebagai pura kerajaan di Bali Kuno, tentunya Pura Penataran Sasih tidak bisa berdiri sendiri. Terdapat beberapa pura yang juga berada di satu kawasan dengan Pura Penataran Sasih, salah satunya yaitu Pura Taman Sari atau Pura Amerta Sari.

Pura Taman Sari atau Amerta Sari memiliki peran penting dalam mendukung kegiatan ritual dan ekonomi kerajaan. Sebagai tempat yang berfokus pada penyediaan perlengkapan upacara, pura ini juga menjadi pusat pengelolaan kebutuhan sehari-hari kerajaan, termasuk urusan dapur. Dengan suasana yang asri dan penuh ketenangan, Pura Taman Sari mencerminkan harmoni antara tradisi, spiritualitas, dan kesejahteraan yang menjadi dasar kehidupan masyarakat Bali.
Bangunan di Pura Taman Sari (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Pura Taman Sari lebih dari sekadar tempat ibadah atau pusat pengelolaan ekonomi, tetapi juga merupakan simbol dari keseimbangan yang ada dalam kehidupan masyarakat Bali. Sebagai bagian integral dari kehidupan kerajaan, pura ini mengingatkan bahwa spiritualitas dan ekonomi tidak dapat dipisahkan, dan keduanya harus berjalan beriringan untuk menciptakan kedamaian dan kemakmuran yang abadi. Keberadaannya dalam kompleks Pura Penataran Sasih menegaskan betapa pentingnya peran tempat-tempat suci dalam menjaga keseimbangan dan keharmonisan dalam segala aspek kehidupan kerajaan Bali.
Bale Pesamuan di Pura Taman Sari (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Adapun pelinggih dan bangunan yang memiliki fungsinya masing-masing. Pelinggih dan bangunan lain yang ada di Pura Taman Sari di antaranya:
1. Pelinggih Bhatara Iswara. Pelinggih ini adalah tempat suci yang digunakan untuk memuja Dewa Iswara, salah satu manifestasi dari Dewa Siwa dalam agama Hindu. Iswara sering diasosiasikan dengan arah timur, sehingga pelinggih ini biasanya ditempatkan di bagian timur pura.
2. Gedong. Gedong adalah bangunan tertutup yang digunakan untuk menyimpan pratima (arca atau simbol suci Dewa-Dewi) dan benda-benda sakral lainnya.
3. Piyasan. Piyasan adalah bangunan terbuka yang digunakan untuk menyusun persembahan atau sesajen sebelum upacara keagamaan dilaksanakan.
4. Panggungan. Panggungan berfungsi sebagai tempat persembahan sementara atau lokasi untuk meletakkan perlengkapan upacara.
5. Pelinggih Arca. Tempat suci yang digunakan untuk menempatkan arca atau simbol Dewa-Dewi tertentu.
6. Pesamuan. Pesamuan adalah salah satu bangunan di pura yang berfungsi sebagai tempat meletakkan banten pebangkit saat odalan.