Desa Adat Mengwi yang Religius, Berbudaya, Berkarisma, dan Tidak Pernah Tidur

Desa Adat Mengwi, sebuah desa adat yang terletak di Kabupaten Badung, Bali, merupakan sebuah tempat yang penuh dengan pesona. Desa ini dikenal karena kekayaan budayanya yang kental, kehidupan religius yang kuat, serta karismanya yang memikat. Desa Adat Mengwi juga terkenal dengan kegiatan yang berlangsung sepanjang hari, sehingga tidak pernah tidur. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi keunikan dan daya tarik dari Desa Adat Mengwi yang membuatnya begitu istimewa.

Nov 19, 2025 - 00:04
Nov 18, 2025 - 21:34
Desa Adat Mengwi yang Religius, Berbudaya, Berkarisma, dan Tidak Pernah Tidur
Patung Arca Lingga Bhima Shakti di Desa Adat Mengwi (Sumber: Koleksi Penulis)

Desa Adat Mengwi merupakan salah satu desa adat yang terletak di Kabupaten Badung, Bali. Desa adat ini sangat dikenal karena lokasinya berada dan berkaitan erat dengan pusat Kerajaan Mengwi. Sejarah berdirinya Kerajaan Mengwi diawali oleh pertikaian antara raja terakhir Kerajaan Gelgel yaitu I Gusti Agung Maruti melawan I Gusti Ngurah Jambe di Cedok Andoga. I Gusti Ngurah Jambe adalah ipar dari I Gusti Agung Maruti, tetapi memihak kepada keponakannya, yaitu Dalem Jambe yang juga memiliki hak untuk menjadi raja. Dalam pertikaian ini, I Gusti Agung Maruti dan I Gusti Ngurah Jambe wafat. Putra dan putri dari I Gusti Agung Maruti kemudian mengungsi ke Desa Jimbaran. Mereka bernama I Gusti Agung Putu Agung, I Gusti Agung Made Agung, dan I Gusti Agung Ratih. Setelah itu, I Gusti Agung Putu Agung dan I Gusti Agung Made Agung menjadi penguasa di Desa Jimbaran dan mendirikan Kerajaan Mengwi dan Pura Taman Ayun. Tahta pertama diberikan kepada I Gusti Agung Made Agung, sedangkan I Gusti Agung Putu Agung memilih menjadi seorang petapa (yang selanjutnya mendirikan Kerajaan Kuramas). Pada masa pemerintahan Kerajaan Mengwi dibentuklah sebuah desa adat yang sekarang dikenal sebagai Desa Adat Mengwi. Kewenangan yang diberikan oleh Raja Mengwi kepada Desa Adat Mengwi adalah untuk mengelola kegiatan masyarakat desa dalam kegiatan upacara agama Hindu Bali, adat dan seni budaya masyarakat di pusat Kerajaan Mengwi.

Eksistensi peran Desa Adat Mengwi sejak pemerintahan Kerajaan Mengwi masih berjalan hingga saat ini. Kepemimpinan Kelihan Desa Adat Mengwi di masyarakat desa dalam kegiatan upacara agama Hindu Bali, kegiatan adat, dan seni budayanya berjalan harmonis dengan kepemimpinan Kepala Desa Mengwi dari pemerintahan sipil. Desa Adat Mengwi yang sekarang dipimpin oleh Ida Bagus Oka sebagai Kelihan Desa memimpin 13 banjar adat, yaitu Banjar Gambang, Banjar Batu, Banjar Pandean, Banjar Pande, Banjar Munggu, Banjar Serangan, Banjar Pregae, Banjar Lebah Pangkung, Banjar Pengiasan, Banjar Alangkajeng, Banjar Delod Bale Agung, Banjar Ganter (termasuk Dinas Abiantuwung Tabanan), dan Banjar Bajera (termasuk Dinas Belayu Marga-Tabanan). Sedangkan, pemerintahan sipil Desa Mengwi yang dipimpin oleh I Nyoman Swarjana, S.E. sebagai Perbekel Desa Mengwi memimpin 11 banjar dinas, yaitu Banjar Gambang, Banjar Batu, Banjar Pandean, Banjar Pande, Banjar Munggu, Banjar Serangan, Banjar Pregae, Banjar Lebah Pangkung, Banjar Pengiasan, Banjar Alangkajeng, dan Banjar Delod Bale Agung.

Seperti di desa adat lainnya yang ada di Provinsi Bali, Desa Adat Mengwi yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu Bali juga memiliki Pura Kahyangan Tiga sebagai tempat masyarakat adat melaksanakan pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam Manifestasi Tri Keagungan-Nya, yaitu Pura Desa sebagai tempat pemujaan Keagungan Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai Pencipta Alam Semesta beserta segala isinya, Pura Puseh sebagai tempat pemujaan Keagungan Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai Pemelihara Alam Semesta beserta segala isinya, dan Pura Dalem sebagai tempat pemujaan Keagungan Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai Pelebur Alam Semesta beserta segala isinya. Selain Pura Kahyangan Tiga tersebut, Desa Adat Mengwi juga sebagai pengempon Pura Taman Ayun yang berada di sebelah Timur Laut Catus Pata Puri Kerajaan Mengwi. Pura Taman Ayun merupakan sebuah pura yang indah dan megah yang dikelilingi oleh kolam taman bunga besar yang dibangun saat kejayaan pemerintahan Kerajaan Mengwi.

Pura Taman Ayun (Sumber: Koleksi Penulis)

  

Pulau Bali yang terkenal dengan sebutan pulau seribu puranya, salah satunya adalah karena adanya Pura Taman Ayun yang sudah sangat terkenal sebagai destinasi wisata, di mana setiap hari selalu dikunjungi oleh turis yang berasal dari mancanegara maupun domestik. Keberadaan Pura Taman Ayun sebagai peninggalan Kerajaan Mengwi tentu saja merupakan aset yang sangat berharga yang dimiliki oleh Desa Adat Mengwi. Selain Pura Taman Ayun, Desa Adat Mengwi juga memiliki ikon wisata Patung Arca Lingga Bhima Shakti yang berdiri megah di Taman Bencingah Puri Ageng Mengwi. Ikon Patung Arca Lingga Bhima Shakti ini dibangun untuk menggambarkan sejarah kebesaran dan kejayaan Kerajaan Mengwi pada masanya. Keberadaan Museum Ogoh-ogoh dan Museum Yadnya yang juga dimiliki oleh Desa Adat Mengwi telah menambah koleksi objek tujuan wisata turis mancanegara dan domestik yang berkunjung. Dengan adanya objek wisata Pura Taman Ayun, Taman Bencingah Puri Ageng Mengwi, Museum Ogoh-ogoh, dan Museum Yadnya yang dimiliki dan dikelola oleh Desa Adat Mengwi tentu saja hal ini berdampak langsung bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat Desa Adat Mengwi.

 

Pasar Tradisional Desa Adat Mengwi (Sumber: Koleksi Penulis)

  

Selain dari sektor pariwisata, pertumbuhan ekonomi masyarakat Desa Adat Mengwi juga dihasilkan dari sektor UMKM masyarakat desa. Sebagian dari masyarakat Desa Adat Mengwi telah memiliki keterampilan seni yang telah diwariskan secara turun temurun sejak berdirinya Kerajaan Mengwi. Salah satunya adalah sebagai pengrajin tedung (kerajinan payung upacara agama). Sampai saat ini kerajinan tedung menjadi salah satu penggerak ekonomi yang dimiliki oleh masyarakat Desa Adat Mengwi. Selain itu, dengan tingginya kebutuhan unggas jenis bebek/itik dan telur bebek untuk sarana upacara agama Hindu Bali, sebagian masyarakat Desa Adat Mengwi juga memiliki keterampilan dalam usaha penetasan telur bebek dan pembuatan telur asin. Keterampilan usaha ini juga telah diwariskan secara turun temurun hingga sekarang. Selanjutnya, kemajuan ekonomi yang dicapai oleh masyarakat Desa Adat Mengwi juga dilengkapi dan bersumber dari keberadaan Pasar Desa Adat Mengwi yang beroperasi 24 jam setiap hari. Terjadinya kegiatan ekonomi pasar 24 jam setiap hari disebabkan oleh Pasar Desa Adat Mengwi menjadi pusat perkulakan para pedagang pasar, kegiatan ini mulai dari: 

  • Pukul 23.00 – 05.00 WITA merupakan beroperasinya perkulakan/transaksi antara pedagang dari desa yang membawa hasil pertanian dengan pedagang pasar yang akan membawanya ke pasar di Denpasar, Kuta, Nusa Dua dan pasar lainnya.
  • Pukul 05.00 – 12.00 WITA merupakan beroperasinya perkulakan/transaksi antara para pedagang Pasar Desa Adat Mengwi dengan masyarakat desa/pedagang kecil.
  • Pukul 12.00 – 23.00 WITA merupakan beroperasinya perkulakan/transaksi antara para petani bunga/janur dari desa dengan para pedagang bunga/canangsari dan juga beroperasinya pasar kuliner (pasar senggol) yang menjajakan berbagai macam masakan/makanan dan minuman.

Desa Adat Mengwi memiliki potensi dan aktivitas yang sangat kaya. Jika Anda berkesempatan untuk menghabiskan 24 jam di desa ini, Anda akan melihat serta merasakan keberagaman budaya, karisma, dan aktivitas yang tak pernah berhenti. Desa ini terasa begitu religius, menghadirkan suasana yang penuh kesibukan seolah-olah tidak ada istirahat yang dibutuhkan.

  

Penuh dengan kehidupan sepanjang waktu, Desa Adat Mengwi menjadi destinasi yang menarik dengan daya tariknya yang berbeda. Dari nuansa religius hingga kegiatan sehari-hari masyarakatnya, desa ini memberikan pengalaman yang mendalam bagi siapa pun yang ingin meresapi kehidupan dan kekayaan tradisional Bali.