Saat Air Menari di Jimbaran: Janger Siat Yeh Sanggar Kalingga

Di tanah Bali yang kaya akan tradisi, setiap gerak dan alunan musik bukan sekadar hiburan, melainkan cermin kehidupan serta doa yang diwariskan dari generasi ke generasi. Salah satu wujudnya tampak dalam Tari Janger Melampahan “Siat Yeh” garapan Sanggar Seni Kalingga, Jimbaran, yang menghadirkan riuh semangat pergaulan muda-mudi sekaligus menghadirkan makna sakral dari tradisi Siat Yeh.

Dec 5, 2025 - 06:05
Dec 5, 2025 - 09:06
Saat Air Menari di Jimbaran: Janger Siat Yeh Sanggar Kalingga
Tari Janger (Sumber Foto : izin khusus dari @gungg.ade)

Tari Janger Melampahan Siat Yeh merupakan sebuah karya pertunjukan yang dihadirkan oleh Sanggar Seni Kalingga, Jimbaran. Tarian ini lahir dari perpaduan antara janger, tari pergaulan khas Bali, dengan tradisi Siat Yeh yang menjadi ritual turun-temurun masyarakat Jimbaran. Dalam garapan ini, air tidak hanya dimaknai sebagai sumber kehidupan, tetapi juga sebagai simbol keseimbangan dan energi yang diwujudkan melalui gerak tubuh, syair vokal, serta irama gamelan.

Tari ini tidak hanya menampilkan keindahan gerak, tetapi juga menghadirkan suasana kebersamaan yang menjadi ciri khas janger. Setiap lenggok, nyanyian, dan tabuhan gamelan berpadu harmonis, membuat penonton seolah ikut hanyut dalam riuh semangat tradisi Siat Yeh yang hidup kembali di atas panggung.

Alunan Selendang Tarian Janger (Sumber Foto : izin khusus dari @gungg.ade)

Para penari yang membawakannya adalah generasi muda dari Sanggar Seni Kalingga. Dengan penuh semangat, mereka menampilkan tarian yang bukan hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media pelestarian budaya.Pementasan Janger Siat Yeh berlangsung di panggung terbuka dengan latar dekorasi khas Bali, lengkap dengan gamelan yang menjadi pengiring utama. Suasana pertunjukan ini semakin bermakna karena berakar pada kenyataan sehari-hari masyarakat Jimbaran, yang setiap usai Hari Nyepi menggelar tradisi Siat Yeh berupa saling siram air dengan penuh keriuhan dan tawa. 

Tradisi Siat Yeh (Sumber Foto : izin khusus dari @gungg.ade)

Dalam bahasa Bali, siat berarti perang dan yeh berarti air, sehingga Siat Yeh dapat diartikan sebagai “perang air”. Tradisi ini biasanya dilaksanakan pada hari Ngembak Geni, sehari setelah Nyepi, ketika muda-mudi desa turun ke jalan untuk saling menyiram air. Riuh tawa dan percikan air yang membasahi tubuh mereka bukan hanya permainan, melainkan simbol penyucian diri, pengusir hal-hal buruk, serta penghormatan pada air sebagai sumber kehidupan.

Pertunjukan ini menghadirkan suasana yang seolah membawa penonton kembali ke jalanan Jimbaran saat tradisi Siat Yeh digelar. Selendang putih yang berayun, formasi penari yang teratur, dan tabuhan gamelan yang dinamis menggambarkan sifat air, embut sekaligus kuat, tenang namun bergejolak. Vokal penari yang bersahut-sahutan semakin menegaskan nuansa kebersamaan dan semangat riuh yang biasanya hadir dalam perang air masyarakat.

Tari Janger beserta Tabuhan Gamelan (Sumber Foto : izin khusus dari @gungg.ade)

Momen ini ditampilkan saat masyarakat merayakan tradisi, menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari Jimbaran, bukan hanya tontonan semata. Dengan begitu, pementasan Janger Siat Yeh tidak sekadar menghibur, tetapi juga meneguhkan identitas Jimbaran sebagai desa yang mampu merawat tradisi dan menghidupkannya kembali dalam bentuk seni. Cara ini memperlihatkan bahwa seni tari bisa menjadi jembatan antara ritual sakral dan hiburan, antara warisan leluhur dan kreativitas generasi penerus. Kehadirannya menunjukkan bahwa sebuah tradisi tidak pernah kehilangan makna ketika dirawat dengan penuh cinta. Justru melalui panggung seni, pesan leluhur dapat menjangkau lebih banyak orang dan tetap hidup lintas generasi.