Seni Dulang Ukir Bali : Kerajinan yang Mampu Mengangkat Taraf Ekonomi Warga
Provinsi Bali merupakan salah satu wilayah yang memiliki sektor industri kecil kreatif yang terus berkembang, banyak produk dari industri kreatif dihasilkan oleh tangan-tangan orang Bali yang bertalenta. Terlebih lagi karena mayoritas penduduk Pulau Dewata ini merupakan penganut agama Hindu, sehingga banyak bermunculan usaha-usaha kecil yang memproduksi alat-alat kelengkapan untuk untuk menggelar persembahyangan seperti dulang yang digunakan untuk menaruh sesajen atau banten.
Dulang memiliki peran penting sebagai alat kelengkapan upacara Agama Hindu di Bali, yang berfungsi sebagai alas banten atau gebogan. Dulang merupakan nampan yang berbentuk lingkaran serta permukaannya yang datar, dan biasanya berbibir pada tepinya. Selain itu dulang juga banyak memiliki piilihan model, motif dan juga bentuk. Akan tetapi yang menjadi daya tarik dari dulang itu tersendiri adalah terdapat ukiran yang indah disertai dengan pewarnaannya yang elok sehingga membuat dulang tersebut tampak lebih menarik.
Di salah satu daerah khususnya di tanah Pulau Dewata ini terdapat salah satu Desa yang dikenal sebagai sentra dulang ukir Bali berbahan fiber-resin, nama Desa tersebut ialah Desa Bresela, Kecamatan Payangan, Gianyar. Kerajinan yang mampu mengangkat taraf ekonomi warga ini sudah dirintis semenjak tahun 1970-an sebagai salah satu kerajinan kayu. Prebekel Desa Bresela I Wayan Dirka mengatakan bahwa sebelum menggunakan bahan fiber dan juga resin, kerajinan dulang berbahan kayu adalah asal muasalnya. Kerajinan kayu ini bertahan hingga periode 2000-an.
Dulang Sebagai Alas Banten atau Gebogan (Sumber Photo : Taksu Dulang Bali)
Kerajinan dulang yang dibuat masyarakat pada kala itu cenderung menggunakan bahan dari kayu, bambu, rotan, atau kuningan. Namun, seiring berjalannya waktu dulang dengan berbahan ukiran kayu mengalami penurunan permintaan dan akhirnya stagnan. Kondisi tersebut menyebabkan pendapatan sejumlah perajin menurun secara drastis. Melihat perekonomian masyarakat Desa Bresela yang semakin menurun, akhirnya memicu seorang perajin bernama Ngakan Made Swastana untuk bergerak memperbaiki kondisi tersebut.
Ngakan Made Swastana awal mula berkreasi dengan membuat sarana upacara dengan menggunakan gypsum. Akan tetepi, masih belum berhasil untuk memenuhi standar ketahanan. Karena, bahan gypsum cenderung mudah pecah atau cepat rusak yang menyebabkan tidak layak untuk digunakan dalam jangka waktu lama. Selain itu juga, cat prada (emas) juga tidak mau menempel dengan baik. Seiring berjalannya waktu Ngakan Made Swastana akhirnya berinisiatif dengan kreasinya lagi untuk membuat kerajinan dulang dengan bahan fiber, karena dulang yang terbuat dari bahan fiber selain ongkos produksinya yang murah, dari sisi lama produksi dan berat kerajinannya juga lebih singkat dan lumayan ringan.
Seni Dulang Ukir (Sumber Photo : Taksu Dulang Bali)
Semenjak kerajinan dulang fiber ini di produksi, minat konsumen pun semakin meningkat dibandingkan dengan dulang yang berbahan kayu. Sehingga menyebabkan dulang berbahan fiber ini merupakan terobosan baru yang mulai digencarkan sekitar tahun 2003 hingga sekarang dan terus berkembang. Hingga akhirnya Dulang yang berbahan fiber menjadi sumber mata pencaharian utama warga desa tersebut. Sekitar 90 hingga 100 Kepala Keluarga di Desa Bresela menekuni kerajinan dulang fiber ini
Menurut Made Swastana, dalam pembuatan satu set atau satu buah kerajinan dulang berbahan fiber hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Proses produksinya diawali dengan proses cetak, dimana bahan-bahan dasar yang digunakan seperti resin, talek, katalis, dicampur lalu diaduk selama 2 menit. Selanjutnya adonan dituangkan diatas karet (cetakan yang dibuat khusus oleh perajin berbentuk produk yang akan dibuat). Setelah dioleskan secara rata, hasil cetakan ditunggu kurang lebih selama 15 menit hingga betul-betul kering. Untuk bagian perekat digunakan bahan baku yang disebut met. Hasil cetakan yang telah kering selanjutnya dihaluskan menggunakan kertas ampelas serta didempul sebelum masuk ke proses akhir atau finishing.
Proses Pembuatan Dulang (Sumber Photo : Taksu Dulang Bali)
Perajin dulang berbahan fiber lainnya, I Wayan Yadnya Putra, menjelaskan proses akhir yakni seluruh bagian dulang diberi cat dasar merah, biasanya menggunakan cat pasko. Setelah cat dasar berwarna merah kering, selanjutnya dicat dengan warna emas (prada) sesuai dengan desain dan permintaan dari konsumen, lalu semua produk yang sudah melalui proses akhir kemudian dikeringkan dengan sinar matahari atau menggunakan oven bila tidak ada sinar Matahari.
Menurut salah satu perajin sekaligus pengusaha dulang ukir-resin di Desa Bresela, IA Pradnya Dewi, hasil produksi dulang ukir tersebut sudah dipasarkan hingga ke luar negri. Dua pasar internasional utamanya adalah Eropa dan Australia. Dulang berbentuk lingkaran datar kemudian ditopang satu penyangga sehingga menyerupai meja bundar satu tiang. Tampilan dulang yang seperti ini cocok di mata orang asing untuk digunakan sebagai media memajang buah untuk pesta, hotel, dan lainnya.