Pura Silayukti: Karya Agung Mpu Kuturan di Bali
Peran yang sangat penting dari Mpu Kuturan bagi umat Hindu di Bali tergambar melalui keahliannya dalam merancang dan membangun pura. Sosok Mpu Kuturan juga terkait erat dengan Pura Luhur Silayukti di Padangbai, yang bukan hanya diakui sebagai tempat bersemedi, tetapi juga sebagai tempat mencapai moksha bagi Mpu Kuturan.
Pura Silayukti (Sumber: Koleksi Pribadi)
Pura Silayukti merupakan salah satu Pura Dang Kahyangan di Bali. Pura ini terletak di sebuah bukit bagian timur Desa Padangbai. Pura ini dipercaya sebagai parahyangan Ida Batara Mpu Kuturan, seorang tokoh yang sangat berjasa dalam menata kehidupan sosial religius masyarakat Bali sekitar abad ke-11 Masehi. Kata Silayukti berasal dari kata “sila” yang artinya dasar dan “yukti” berarti benar jika digabungkan menjadi dasar dari kebenaran, sehingga bagi anda yang bersembahyang di tempat suci ini, benar-benar memegang teguh kebenaran, sesuai dengan ajaran agama.
Pura Silayukti terletak di Desa Padangbai Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Pura ini didirikan diatas tanah dan menjorok kelaut menghadap keselatan, disebelah utara berdiri gunung luhur, kemudian di sebelah barat Teluk Padangbai atau Pelabuhan Padangbai Untuk mencapai pura itu sudah mudah, karena jalan menuju halaman pura sudah bagus. Pura Silayukti terletak pada ketinggian sekitar 50meter dari permukaan laut.
Pujawali ataupun odalan di Pura Silayukti setiap 6 bulan sekali (setiap 210 hari), sesuai penanggalan dalam kalender Bali bertepatan dengan Buda Kliwon wuku Pahang. Pada saat pujawali atau piodalan di Pura Silayukti, banyak umat Hindu yang berdatangan untuk melakukan persembahyangan, karena minimnya tempat parkir kendaraan, terkadang para pemedek harus memanfaatkan parkiran dermaga Padang Bai untuk parkir mobil dan berjalan kaki menuju pura.
Panca Tirta (Sumber: Koleksi Pribadi)
Keberadaan Pura Silayukti erat hubungannya dengan keberadaan Mpu Kuturan yang mampu menata kehidupan Bali terutama dalam kepercayaan beragama, karena awalnya pulau Bali ini terdapat banyak sekte dengan berbagai kepercayaan sehingga rawan terjadinya konflik, untuk itulah beliau ditugaskan untuk menatanya sehingga dikenal dengan adanya desa pakraman yang memiliki pura kahyangan Tiga. Beliau berdedikasi pada perkembangan Hindu yang mengajarkan cara mendirikan tempat pemujaan seperti Kahyangan Jagat dan Kahyangan Tiga di Desa Pakraman di Bali.
Sepanjang hidup, Beliau menjalani Sukla Brahmacari atau tidak menikah dan tidak memiliki keturunan. Mpu Kuturan, memiliki keyakinan penuh adanya hukum karma karena setiap perbuatan baik maka akan membuahkan hasil yang baik, begitu juga sebaliknya. Mpu Kuturan bukanlah nama sebuah tokoh, melainkan nama dari jabatan. Sosok Mpu Kuturan yang terkenal masyhur di Bali adalah Mpu Rajakerta, Semua umat dianggapnya sebagai saudara, diberikan gelar Pandita ahli atau Brahmanasista dalam pustaka Manawa Dharmasastra.
Mpu Rajakerta sendiri pada awalnya adalah seorang ksatria yang menjabat sebagai senapati Kuturan pada pemerintahan Guna Prya Dharma Patni (adik prabu Airlangga) dan Udayana Warmadewa beliau bertugas sebagai Ketua Majelis Pekira Kiran Ijro Makabehan yang merupakan dewan penasehat dari seluruh senapati, Pandita Dangacarya dan Dangupadyaya. Ini akan menjadi kesempatan yang sangat baik, sehingga beliau bisa menyelami dan mengikatkan pengabdianya kepada masyarakat Bali. Setelah tidak menjabat lagi sebagai senapati Kuturan, maka beliau menjadi Bhagawanta Kerajaan Bali sehingga diberi gelar Mpu Kuturan, ditugaskan di Padang (sekarang Padang Bai) disinilah sang mpu membuat pesraman, sekarang dikenal dengan Pura Silayukti.
Tujuan Mpu Kuturan mengajarkan pemujaan Tuhan sebagai Dewa Tri Murti adalah untuk menguatkan umat dalam melakukan upaya Utpati, Stithi dan Pralina. Utpati artinya giat menciptakan sesuatu yang sepatutnya diciptakan. Stithi artinya dengan sungguh-sungguh memelihara dan melindungi sesuatu yang seyogianya dipelihara dan dilindungi. Masyarakyat padangbai sangat bakti dan beruntung akan kehadiran beliau.
Pelinggih Pura Silayukti (Sumber: Koleksi Pribadi)
Pura Silayukti ini memiliki 4 areal persembahyangan yaitu ada Pura Tanjung Sari, Pura Telaga Mas, Pura Silayukti, dan Pura Payogaan. Pura Tanjung Sari jaraknya dengan pura silayukti sekitar 100 meter. Pura Tanjung Sari merupakan tempat suci untuk memuja Mpu Beradah, adik Mpu Kuturan. Ketika Mpu Beradah datang ke silayukti menemui Mpu Kuturan, Mpu Beradah beristirahat pura tersebut. Pura inilah yang dinamakan dengan Pura Tanjung Sari.
Pura Telaga Mas ini merupakan suatu altar dan di atas altar itu terdapat dua pelinggih yaitu sebuah gedong dan sebuah bebaturan. Letaknya di sebelah utara pura silayukti sekitar 20 meter jaraknya. Konon letak pura itu dahulu adalah bekas taman tempat permandian Mpu Kuturan.
Keberadaan pura payogan ini mulai diketahui secara umum sejak tahun 2005 silam. Semula pura tersebut memang relatif jarang ada yang mengetahui, karena lokasinya yang berada di hulu dan relatif tersembunyi. Namun, belakangan ini cukup banyak pamedek yang tangkil untuk bersembahyang. Pura ini dipercaya sebagai tempat meditasi mpu kuturan. Keberadaan pura ini tidak hanya memperkaya kompleks Pura Luhur Silayukti secara arsitektural, tetapi juga membawa sejarah dan makna khusus sebagai tempat yang terkait dengan aktivitas spiritual Mpu Kuturan.
Dengan demikian, artikel ini tidak hanya berfungsi sebagai sumber informasi tentang destinasi religius di Bali, tetapi juga sebagai jendela yang membuka wawasan tentang kompleksitas dan kedalaman nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam warisan budaya Bali, di mana peran Mpu Kuturan memberikan landasan kokoh bagi kehidupan keagamaan yang berkelanjutan.