Pura Tirta Dawa Gunung Kawi Sebatu: Pura yang kaya dengan mata air suci
Pura Tirta Dawa Gunung Kawi Sebatu, yang terletak di banjar Sebatu, desa Sebatu, kecamatan Tegallalang, kabupaten Gianyar, Pura yang dikenal akan keindahan, keasrian, ketenangan, dan mempunyai mata air suci yang mengalir yang dipercaya membawa kedamaian
Kolam ikan yang berisi koi besar (Sumber: Koleksi Pribadi)
Kota terdekat dengan Gunung Kawi Sebatu adalah Ubud. Pura ini berjarak 20 menit berkendara dari Ubud dan terletak di Timur Laut kota dan terletak di desa kecil Sebatu. Cara terbaik untuk mencapai Pura Gunung Kawi Sebatu adalah mengikuti jalan utama keluar Ubud menuju Danau Batur. Jika Anda datang dari Ubud maka Anda mendekati Gunung Kawi Sebatu dari jalan kecil berkelok-kelok yang berasal dari Jalan Raya Tegallalang. Sangat mudah untuk menemukannya karena kuil ini memiliki papan petunjuk yang jelas. Dikelilingi oleh kegiatan seni dan pariwisata yang cukup ramai. Pura ini kaya sekali dengan air diantaranya sumber air yang mengalir, kolam air, dan mata air yang disucikan,semuanya ditata secara sangat artistik untuk memulyakan anugrah Sang Hyang Widi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Wisnu.
Tempat Pelukatan (Sumber: Koleksi Pribadi)
Memasuki area pura, kita akan takjub dengan megahnya bangunan pura dan tatanannya. Tak berbeda jauh dari pura lainnya, Pura Tirta Dawa Gunung Kawi Sebatu ini menganut sistem Tri Mandala, yang dimana komplek pura ini dibagi menjadi 3 bagian mulai dari jaba pura, jaba tengah dan jeroan.
Pada area pekarangan atau jaba pura terdapat sebuah wantilan yaitu sebuah paviliun besar yang biasanya digunakan untuk berkumpul orang banyak lalu ada juga perantenan atau dapur serta sebuah Pelinggih Ngaskara Kajang. Selain itu terdapat juga kolam dengan pancuran air sebagai tempat melukat yang disebut dengan Genah Panglukatan yang disampingnya terdapat Pelinggih Batara Gangga, kolam ini diperuntukkan bagi siapa saja yang ingin melaksanakan kegiatan melukat atau membersihkan diri.
Jeroan Pura Tirta Dawa Gunung Kawi (Sumber: Koleksi Pribadi)
Ketika memasuki jaba tengah kita akan melihat sebuah Bale Patok di tengah-tengah, Bale Paselang di sebelah kiri sedangkan Bale Agung ada di sebelah kanan, dan menuju ke bagian kiri jaba tengah ada sebuah kolam dengan pancuran air yang ditengahnya terdapat pelinggih yang konon katanya tidak boleh menyentuh air dan memasuki area tersebut karena air dan pelinggih itu disucikan oleh warga disana, yang hanya bisa masuk kesana hanya pemangku dan pendeta saja
Pada sisi kanan jaba tengah akan kita temukan Taksu, Pangastawan Tirta, Gedong Tarub, Pelinggih Gunung Sari, Pelinggih Batara Gunung Lebah, Pelinggih Batara Gunung Agung, Menjangan Saluang serta berbagai macam bale. Beranjak masuk pada bagian jeroan yaitu tempat yang sangat sakral untuk umat Hindu bersembahyang, disana kita akan melihat tempat sesajen, Paruman, Tepasana, Pengastulan Karang Jro Mangku Brata, Pelinggih Batara Gunung Kawi, Meru Ratu Gunung Lebah, Meru Ratu Gunung Agung, Menjangan Seluang, Padmasana Pelinggih Batara Wisnu, Pangastulan Saking Karang Bukti dan Pangastulan Karang Liguh.
Pelinggih mata air suci yang disakralkan (Sumber: Koleksi Pribadi)
Selain sekedar berwisata dan ikut bersembahyang atau melukat, kita juga bisa melihat sebuah kolam ikan koi dengan ukuran sangat besar pada area pekarangan pura ini, yang di dalamnya terdapat ribuan ekor ikan koi yang dikeramatkan umat Hindu. Sejarah pura ini sering dikait-kaitkan dengan kedatangannya Rsi Markandya. Menurut cerita rakyat bahwa Rsi Markandya beryoga diatas batu, kemudian batu yang diduduki atau dipakai untuk beryoga oleh blau itulah yang dinamakan tirta dawaa gunung kawi, dengan konteks Bahasa bali yaitu bliau meklase batu atau beralasan batu nah lama kelaman dari kata klase batu mejadilah kata Desa Sebatu