Pesona Alam dan Warisan Budaya Desa Adat Pangsan
Desa Adat Pangsan merupakan salah satu desa adat yang terletak di Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Bali. Desa Adat Pangsan memukau dengan keindahan alam, warisan budaya, dan tradisi yang kaya. Desa Adat Pangsan juga memiliki sejarah yang tertulis dalam Prasasti Lempengan Tembaga yang diterdapat di Pura Penataran Agung, terdapat juga keberagaman upacara adat untuk menggambarkan kekayaan budaya desa ini. Pura-pura yang menjunjung tinggi nilai spiritual dan tradisi seperti Upacara Ngenar, Dahe Teruna, dan Nyerahane Saye turut memperkaya pengalaman wisatawan. Selain itu, Desa Wisata Pangsan memajukan keindahan alam Bali, dengan sawah luas dan komoditas pertanian yang mempesona.
Bali, sering disebut sebagai pulau dewata atau pulau seribu pura, memang dikenal sebagai surga pariwisata dengan keindahan alam, pura-pura megah, dan warisan budayanya yang kaya. Salah satu desa yang menggambarkan kekayaan tersebut adalah Desa Adat Pangsan, yang menjadi perwakilan autentik Bali dengan segala keragaman adat istiadat, tradisi, dan budaya yang dimilikinya.
Desa Pangsan, yang terletak di Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Bali, memiliki ciri khas dengan dua sistem banjar, yaitu banjar adat dan banjar dinas. Banjar adat merupakan lembaga tradisional yang memiliki otonomi sendiri, berperan aktif dalam pembangunan fisik dan non-fisik desa. Lima banjar adat seperti Banjar Adat Sekar Mukti, Banjar Adat Pundung, Banjar Adat Kasianan, Banjar Adat Tengah, dan Banjar Adat Dalem menjadi pilar utama kehidupan masyarakat desa ini. Selain itu, terdapat juga empat banjar dinas, seperti Banjar Dinas Sekarmurti, Banjar Dinas Pundung, Banjar Dinas Kasianan, dan Banjar Dinas Pangsan, yang turut berkontribusi dalam pengelolaan kegiatan desa.
Pura Penataran Agung Desa Adat Pangsan (Sumber: Koleksi Penulis)
Desa Adat Pangsan memiliki catatan sejarah yang terpatri dalam Prasasti Lempengan Tembaga dari abad ke-XII. Prasasti ini ditemukan di Pura Penataran Agung Pangsan dan menceritakan tentang Paruman Nunung, sebuah upacara kerajaan pada masa Raja Jaya Pangus. Upacara ini tidak hanya melibatkan unsur keprajuritan tetapi juga membahas pajak, pemberian hadiah, dan pengesahan hasilnya di Desa Pangsan. Nama "PANGSAN" sendiri merujuk pada kata "Pengesahan" dan "Depang San," mengacu pada lembaran kelima prasasti yang tersisa di tempat ini.
Desa Adat Pangsan menonjolkan keberagaman kehidupan religiusnya melalui tiga pura yang memainkan peran sentral. Pura Desa, sebagai tempat berstananya Dewa Brahma, Pura Puseh, yang didedikasikan untuk Dewa Wisnu, dan Pura Dalem, tempat pemujaan roh-leluhur dan Dewa Siwa. Kehadiran ketiga pura ini mencerminkan kekayaan budaya dan spiritualitas masyarakat Pangsan yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Tradisi Lampad Desa Adat Pangsan (Sumber: Koleksi Penulis)
Desa Adat Pangsan juga mempertahankan tradisi dan upacara unik yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Beberapa di antaranya meliputi, Upacara Ngenar, Upacara pembuatan bubur yang dilakukan oleh anak-anak usia 9-10 tahun di Pura Puseh Pingit, 15 hari sebelum Galungan. Upacara Dahe Teruna, Pembuatan makanan tradisional yang melibatkan laki-laki dan perempuan untuk upacara Lampadan. Tradisi Nyerahane Saye, Proses serah terima embantu kelian yang melibatkan upacara "Malang" di Pura Puseh Pingit. Tradisi Urak, Upacara di Pura Pucak Manik dan Pempatan Desa yang melibatkan setiap keluarga dengan serah terima simbolik menggunakan bumbu.
Desa Adat Pangsan menjadi bukti hidupnya warisan budaya Bali yang kaya dan autentik. Dengan pesona alam dan keberagaman budayanya, Desa Pangsan hadir sebagai destinasi yang menawarkan pengalaman wisata yang mendalam dan berkesan bagi setiap pengunjungnya.
Pemandangan Sawah Desa Adat Pangsan (Sumber: Koleksi Penulis)
Desa Wisata Pangsan, selain menjadi tempat tinggal bagi masyarakat, juga bertransformasi menjadi area wisata yang memukau. Pemandangan sawah yang luas, dikelilingi oleh tanaman palawija, bunga, dan buah-buahan, memperkaya pengalaman para wisatawan. Perjalanan melalui area Desa Wisata Pangsan memungkinkan pengunjung untuk menyaksikan kehidupan sehari-hari petani dengan tanaman komoditas seperti jagung, kacang tanah, kacang kedelai, dan padi.
Desa Adat Pangsan menjadi saksi hidup atas keindahan Bali yang tak hanya terpancar dari pesona alamnya, tetapi juga dari kekayaan budaya dan tradisi yang terjaga dengan baik. Dengan warisan sejarah, keberagaman upacara adat, dan keindahan Desa Wisata Pangsan, Desa Adat Pangsan bukan hanya destinasi wisata biasa, melainkan kisah hidup penuh warna yang mencerminkan keajaiban alam dan kearifan lokal. Setiap langkah di Desa Pangsan adalah sebuah petualangan yang membawa wisatawan pada penemuan tak terlupakan akan keindahan alam dan kearifan lokal yang terpatri erat dalam tradisi masyarakatnya.