Desa Sidetapa: Perjalanan ke Akar Budaya Bali Aga yang Terpatri
Desa Sidetapa, dikenal sebagai Desa Bali Aga, merentang di puncak bukit Bali sebagai persembahan hidup untuk kekayaan budaya yang telah terpelihara dengan megah. Rumah adat Bale Gajah Tumpang Salu menjadi saksi bisu tradisi leluhur, dengan konsep Tri Mandala yang membawa tamu dalam perjalanan spiritual. Keunikan anyaman bambu, sebuah seni turun temurun, menjadi hiasan fungsional yang memukau, menandai dedikasi yang tak terputus dari satu generasi ke generasi berikutnya. Desa ini, dengan pure-pure seperti Bale Agung dan Puseh Pejana, mempertahankan keautentikan Bali Aga, menciptakan narasi yang melibatkan pengunjung dalam keindahan dan kearifan yang tak terlupakan.
Di puncak bukit yang memeluk Bali dengan lembut, terhampar sebuah permata bersejarah yang menyimpan keindahan dan keunikan tak terhingga. Desa Sidetapa, yang diteguhkan sebagai desa tua atau Bali Aga oleh pemerintah setempat pada tahun 2017, memancarkan pesona warisan leluhur yang dijaga dengan penuh kecermatan.
Salah satu ciri khas yang menjadikan Desa Sidetapa unik adalah rumah adat Bale Gajah Tumpang Salu. Nama yang merangkai arti, di mana "Bale" merujuk pada rumah, "Gajah" menjadi simbol dengan bangunan berkaki empat, "Tumpang" menandakan tingkat, dan "Salu" melambangkan tiga. Konsep ini menghasilkan sebuah bangunan dengan struktur yang tak hanya kokoh secara fisik, tetapi juga sarat dengan makna filosofis yang mendalam.
Desa ini menghidupkan konsep Tri Mandala dalam rumah adatnya, menciptakan tiga ruangan dengan fungsi yang berbeda. Nista mandala, bukan hanya sebuah ruang luar, melainkan panggung terbuka yang indah untuk menerima tamu dengan hangat. Madya Mandala sebagai ruang tengah, dipenuhi dengan perabotan yang memberikan sentuhan hangat pada atmosfer rumah. Sementara itu, Utama Mandala menjadi tempat pemujaan dan tempat tidur, merangkum spiritualitas dan keseharian dalam satu kesatuan harmonis.
Rumah adat yang berdiri megah ini merentang dengan dasar yang disusun dari kayu, seng, batu, dan tanah. Dengan bangunan yang berani menghadap membelakangi jalan, tidak sekadar sebagai arsitektur, namun sebagai pertahanan strategis yang melibatkan pemikiran matang untuk melindungi pemilik rumah dari potensi ancaman dari musuh.
Tidak hanya menggugah dengan adat dan tradisi, Desa Sidetapa juga memelihara warisan anyaman bambu. Keterampilan ini bukan hanya sekedar keterampilan, melainkan seni yang terus diwariskan dari generasi ke generasi. Melalui tangan-tangan yang mahir, bambu diubah menjadi karya seni fungsional yang memukau.
Desa ini juga menyajikan keindahan alam yang memukau, terutama dengan kehadiran air terjun Mapah. Di sini, tidak hanya mata akan dimanjakan oleh pemandangan yang menakjubkan, tetapi jiwa juga akan dihanyutkan oleh ketenangan dan kedamaian yang tiada tara.
Desa Sidetapa juga menyuguhkan keunikan dalam penataan pura. Tidak seperti daerah Bali lainnya, desa ini tak mengenal pure Tri Kahyangan. Sebaliknya, terdapat pura-pura yang memiliki peran masing-masing. Pura Bale Agung sebagai pusat spiritual, Pura Puseh Pejana yang memancarkan keanggunan, dan Pura Rambut Tunggang yang menghadirkan kesakralan dengan keindahan arsitekturnya.
Desa Sidetapa bukan hanya destinasi wisata biasa. Ia adalah perjumpaan harmonis antara keindahan alam dan kekayaan budaya, tempat di mana sejarah dan masa kini bertaut dalam untaian waktu yang tak terputus. Saat melangkah di desa ini, Anda bukan hanya sekadar mengunjungi, tetapi meresapi kehidupan dalam keindahan dan kearifan yang terpatri di setiap batu, tiap anyaman bambu, dan dalam helaian aliran air terjun Mapah yang menenangkan. Desa Sidetapa: Tempat di mana Bali berkumpul dengan sejarah, dan alam berkisah dalam keharmonisan yang tak terlupakan.