Pura Blanjong dan Prasasti Blanjong : Bukti Kemenangan Sri Kesari Warmadewa
Bali dengan seribu pura dan sejarahnya akan selalu menjadi keberagaman yang menjadikan pulau ini istimewa. Salah satunya, yaitu Pura Blanjong. Pura yang terletak di kawasan Sanur ini menyimpan sejarah yang sangat menarik untuk dibahas. Dengan terdapatnya bukti sejarah berupa Prasasti Blanjong, hal ini menunjukkan keberadaan keduanya sangat penting untuk dilestarikan kepada generasi mendatang. Jangan lewatkan kesempatan untuk mengenal Pura Blanjong dan Prasasti Blanjong ini lebih dalam.
Bali merupakan pulau yang sangat terkenal akan keindahannya, baik dari segi alam, budaya, hingga adat istiadatnya. Dengan segala macam keindahannya tersebut, membuat Bali dikenal oleh banyak orang dari berbagai belahan dunia. Selain itu, Bali juga dikenal karena keindahan akan banyaknya pura yang tersebar di seluruh penjuru pulaunya, oleh karena itu pulau ini dikenal sebagai pulau seribu pura. Hal ini pula disebabkan karena mayoritas penduduk di Bali merupakan penganut agama Hindu. Dengan banyaknya pura di Bali tidak terlepas dari beragam sejarah dibaliknya. Salah satunya adalah Pura Blanjong.
Pura Blanjong merupakan salah satu pura Dang Kahyangan di Bali. Pura Dang Kahyangan dapat diartikan sebagai tempat suci (pura) yang dibangun atas dasar penghormatan kepada Sang Maharsi yang dikelompokkan berdasarkan sejarah yang juga sebagai tempat pemujaan dimasa kerajaan di Bali. Struktur Pura Blanjong terdiri dari satu halaman (mandala), yaitu utama mandala. Pura Blanjong terletak di Desa Sanur Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar. Pura ini sangat mudah untuk dijumpai karena terletak di pinggir jalan raya, tepatnya di Jalan Danau Poso, dan juga bersebelahan dengan hunian dari penduduk disekitarnya.
Hampir setiap pura di Bali memiliki sejarah yang tidak hanya berkaitan dengan agama hindu di Bali, tetapi juga berkaitan dengan sejarah Bali secara umum. Seperti halnya Pura Blanjong yang juga memiliki sejarah dibaliknya. Nama Blanjong dari pura ini berasal dari kata ‘belahan’ yang berarti pecahan dan ‘ngenjung’ yang berarti kapal nelayan. Penduduk setempat percaya bahwa terdapat sebuah pecahan kapal Belanda yang terdampar di pesisir Sanur, sehingga peristiwa tersebut dikenang dengan cara membangun Pura Blanjong ini.
Sama seperti pura yang lainnya, di Pura Blanjong ini juga terdapat beberapa pelinggih yang memiliki fungsi berbeda-beda. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan bersama Made Sudiana, selaku juru pemelihara Pura Blanjong dan Prasasti Blanjong, menyebutkan terdapat beberapa pelinggih. Pertama, terdapat Prasasti Blanjong, yang merupakan salah satu prasasti tertua yang terdapat di Bali. Terdapat Pelinggih Sapta Patala, yang dimana terdapat Pelinggih Nandini dan Arca Gajah. Kemudian, di bagian tengah terdapat Pelinggih Jro Luh, yang dimana tersimpan banyak artefak-artefak Lingga Yoni peninggalan jaman dahulu. Di bagian pojok timur laut pura ini, terdapat Pelinggih Lingga Yoni yang dilambangkan sebagai Padmasana dan simbol pemujaan Siwa-Buddha. Di pura ini, tidak terdapat Padmasana karena pura ini berdiri sebelum adanya pengaruh dari Dang Hyang Nirartha ke Bali. Lebih tepatnya pada tahun 913 Masehi, ajaran agama Hindu belum masuk ke Bali, sehingga tidak ada konsep Padmasana di bagian pojok timur laut pura ini, dan diganti dengan adanya Pelinggih Lingga Yoni.
Pelinggih Lingga Yoni (Sumber Foto : Koleksi Pribadi)
Pelinggih lainnya yang terdapat di Pura Blanjong ini terletak di sebelah utara, dimana terdapat Gedong yang merupakan gedong Pelinggih Ida Batara Dalem Blanjong yang beristana di pura Blanjong. Kemudian, di depan Gedong terdapat Bale Penyimpanan, sebagai tempat untuk meletakkan wastra-wastra untuk pelinggih-pelinggih yang terdapat disini. Selanjutnya, terdapat Pelinggih Ratu Ida Batara Lingsir, tetapi di dalamnya terdapat Arca Ganesha, sehingga pelinggih ini juga sering disebut dengan Pelinggih Ida Batara Lantang Idung. Dan terakhir, terdapat Pelinggih Ida Ratu Tuan atau sesuwunan saat mesolah di pura ini. Mengenai upacara piodalan yang terjadi di pura ini, jatuh pada hari Soma Pahing Wuku Langkir.
Selain sebagai tempat suci, Pura Blanjong juga menjadi salah satu destinasi wisata bagi wisatawan yang sedang mengunjungi daerah Sanur. Lokasinya yang dekat dengan Pantai Sanur, menjadikan Pura ini menjadi objek wisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan baik pada hari biasa maupun hari libur. Selain itu, di sebelah Pura Blanjong terdapat Cagar Budaya Prasasti Blanjong yang juga menjadi destinasi wisata yang menarik bagi wisatawan yang ingin menyelami warisan budaya Bali yang kaya. Cagar budaya ini diresmikan pada 15 April 2019 oleh Walikota Denpasar saat itu, yaitu Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra. Di dalam cagar budaya ini terdapat satu prasasti, yaitu Prasasti Blanjong. Sehingga, Prasasti Blanjong ini ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya.
Prasasti Blanjong merupakan bukti sejarah yang otentik tentang awal keberadaan kerajaan Bali Kuno. Prasasti ini berangka tahun Candra Sangkala 835 Saka dan pertama kali menyebut nama Raja Adipatih Sri Kesari Warmadewa, yang merupakan cikal bakal dinasti Warmadewa di Bali. Prasasti ini merupakan tugu peringatan kemenangan (Jaya Sthamba) yang diraih oleh Sri Kesari Warmadewa atas musuh-musuhnya di Gurun dan Swal. Konon, kapal Belanda yang terdampar di pesisir Sanur menjadi wujud tugu kemenangan Sri Kesari Warmadewa.
Prasasti Blanjong (Sumber Foto : Koleksi Pribadi)
Prasasti Blanjong berbentuk pilar silindris dengan ketinggian 177 cm dengan garis tengah 62 cm. Di bagian atas (kepala) prasasti ini terdapat mahkota yang berwujud bunga Teratai. Prasasti Blanjong ini menggunakan dua bahasa dan dua aksara. Pada sisi pertama ditulis dengan huruf nagari menggunakan bahasa Bali Kuno dan sisi lainnya ditulis dengan huruf Kawi dalam bahasa Sansekerta. Dalam prasasti ini tertulis “Pada tahun 835 Saka bukan Phalguna, seorang Raja yang mempunyai kekuasaan di seluruh penjuru dunia berstana di Keraton Sanghadwala, bernama Sri Kesari telah mengalahkan musuh-musuhnya di Gurun dan di Swal. Inilah yang harus diketahui sampai kemudian hari”. Dikarenakan usia prasasti ini yang sudah tua, sehingga dalam pemeliharannya sempat mengalami beberapa kali pemugaran. Hingga akhirnya, prasasti ini disimpan dan ditempatkan di dalam lemari kaca.
Ditetapkannya Prasasti Blanjong sebagai Benda Cagar Budaya peringkat kota oleh Pemerintah Kota Denpasar, hal ini menunjukkan kepedulian Pemerintah Kota Denpasar terhadap pelestarian warisan cagar budaya yang ada di kota Denpasar. Penetapan prasasti ini sebagai cagar budaya terlampir melalui surat Keputusan Nomor 188.45/825/HK/2019 tanggal 15 April 2019. Dengan hal ini, prasasti Blanjong menjadi tolak ukur peradaban yang dapat memperkuat segala lini pembangunan baik di kota Denpasar maupun Bali.
Terakhir, Pura Blanjong dan Prasasti Blanjong merupakan salah satu peninggalan yang menjadi bukti sejarah akan adanya kisah mengenai kemenangan Sri Kesari Warmadewa. Walaupun, kedua hal ini sudah terjaga dan tersimpan dengan baik, baik Pura Blanjong dan Prasasti Blanjong harus tetap untuk dijaga dan dilestarikan agar dapat terus dikenang dan dikenal oleh masyarakat umum dari waktu ke waktu. Dengan demikian, Pura Blanjong dan Prasasti Blanjong perlu untuk terus diperhatikan dan dikenalkan secara lebih luas agar kedua bukti sejarah ini dapat terus eksis dan tidak lekang dimakan waktu.