Mengungkap Pesona Desa Bongkasa dan Kisah Ki Dalang Tangsub
Desa Bongkasa, desa yang menyimpan banyak potensi yang sangat menarik untuk di kunjungi serta memiliki kisah sejarah yang menarik untuk di bahas.
Desa Bongkasa merupakan salah satu desa dari 18 desa yang berada di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung. Secara geografis, Desa Bongkasa merupakan daerah dataran tinggi yang bergelombang sekitar 230 meter di atas permukaan laut. Desa Bongkasa juga merupakan desa wisata yang letaknya strategis bersebelahan dengan ubud dan hanya di pisahkan oleh sungai Ayung tak heran jika desa ini juga banyak dikunjungi oleh turis.
Desa Bongkasa adalah sebuah kawasan yang awalnya terdiri dari 13 Banjar Dinas dan 3 Desa Adat, dengan populasi mencapai 7.627 jiwa dan luas wilayah 6,3 km². Dengan jumlah penduduk yang begitu besar, masyarakat dari Banjar Karangdakem I, Banjar Karangdalem II, dan Banjar Tegalkuning menyuarakan aspirasi mereka. Melalui musyawarah di ketiga banjar, mereka berhasil mencapai kesepakatan yang mengubah wajah Desa Bongkasa. Dalam prosesnya, Desa Dinas kemudian terbagi menjadi dua: Desa Bongkasa dengan 10 Banjar Dinas, dan Desa hasil pemekaran dengan 3 Banjar Dinas.
Melihat dari Desa hasil pemekaran ini terdiri dari 3 banjar yang ketiganya mengandung makna yang sama yaitu: Banjar Karangdalem I, Banjar Karangdalem II dan Banjar Tegalkuning yaitu karang dan tegal yang bermakna tanah yang merupakan ciptaan Tuhan Yang Mahasa Esa dan merupakan bagian dari panca maha bhuta yaitu Pertiwi. Inilah sebabnya, melalui musyawarah yang matang, desa baru ini kemudian diberi nama "DESA BONGKASA PERTIWI".
Plang selamat datang Desa Bongkasa Pertiwi (Sumber Foto : Koleksi Redaksi)
Di balik indahnya Desa wisata Bongkasa sekarang yang banyak di kunjungi oleh turis, terdapat sejarah panjang dan menarik dari desa ini. Konon dahulu kala daerah ini merupakan hutan belantara dan semak – semak yang tanahnya berpalung – palung di sebelah barat sungai Ayung, dimana pada masa itu tanah yang berada di sebelah barat sungai Ayung tersebut merupakan daerah kekuasaan Raja Mengwi. Diutuslah orang kepercayaan dari Raja Mengwi yang bernama I Gede Geredegan dan I Made Tanggu untuk merabas hutan yang berada di sebelah barat sungai Ayung tersebut. Tak lama kemudian terdengarlah berita mengenai Istri atau Rabi dari Raja Mengwi mengalami sakit keras. Kabar berita itu langsung tersebar kesegala penjuru hingga sampai kedaerah Manuaba di Gianyar, yang kala itu berita tersebut didengar oleh orang tua dari Jero Ketut Tangsub, dan segera Jero Ketut Tangsub di utus oleh orang tuanya untuk berangkat ke Puri Mengwi untuk memberikan pertolongan untuk Istri dari Raja Mengwi.
Sesampainya di jaba Puri Mengwi, Jero Ketut Tangsub lalu menghampiri pedagang rujak yang berjualan dibawah pohon beringin dan bertanya mengenai bayaran yang akan di dapat oleh orang yang pergi keluar masuk Puri tersebut. Merasa pertanyaan dari Jero Ketut Tangsub tersebut seperti mengejek, di laporkannyalah hal tersebut kepada pada para Patih di Puri Mengwi. Setelah mendengar laporan tersebut semua Patih menjadi murka dan ingin membunuh Jero Ketut Tangsub, terdengarlah keributan tersebut oleh Raja Mengwi lalu dipanggilah Jero Ketut Tangsub untuk menghadap Raja Mengwi dan di suruh untuk mengobati Istri Raja Mengwi yang sedang sakit sampai sembuh. Jikalau Jero Ketut Tangsub tidak bisa melakukannya maka akan segera di bunuh.
Dengan kekuatan batin yang dimiliki Jero Ketut Tangsub Istri Raja Mengwi berhasil sembuh. Atas kesembuhan Istri Raja Mengwi, maka Jero Ketut Tangsub diberi secutak tanah seluas 10 hektar yang terletak di timur laut dari Puri Mengwi. Lalu Jero Ketut Tangsub berpamitan kepada sang Raja guna mencari tanah yang dijanjikan sang Raja. Raja Mengwi memerintahkan I Gede Geredegan dan istrinya untuk mengikuti dan selalu mendampingi Jero Ketut Tangsub dalam keberangkatannya menuju kearah timur, dalam perjalannya Jero Ketut Tangsub sambil memgang sehelai daun lontar. Setibanya di daerah ketinggian Jero Ketut tangsub memandangi kearah timur dan melihat suatu pertanda seberkas sinar merah terbias dari langit hingga ketanah yang merupakan suatu sinar merah keemasan yang penuh dengan hawa kesucian yang dirasakan oleh Jero Ketut Tangsub dan I Gede Gredegan.
Sinar merah keemasan di Desa Bongkasa (Sumber Foto : Koleksi Redaksi)
Disanalah Jero Ketut Tangsub duduk beristirahat dengan memegang gendek yang dibawanya sambil membuat geguritan pupuh ginada yang disurat pada sehelai daun lontar yang telah dibawanya. setelah membuat beberapa bait geguritan Jero Ketut Tangsub langsung menuju tempat yang terdapat sinar merah keemasan, sambil mengupas ciri – ciri sinar yang dilihatnya, sehingga ciri – ciri tersebut diartikan Rangde Langit yaitu sinar merah keputih – putihan yang muncul dari langit, yang mana dalam bahasa bali memiliki arti Bang Angkasa. Dan lama kelamaan orang – orang mengatakannya menjadi Bongkasa, dimana yang sekarang kita kenal sebagai Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Dengan kesuburan tanahnya dan keamanan yang sangat menjanjikan.
Tidak hanya memiliki nilai sejarah yang kuat, Desa Bongkasa juga menyimpan sejumlah potensi wisata yang menakjubkan. Contohnya di Banjar Karang Dalem l menawarkan pemandangan sawah subak yang memukau, sementara Banjar Karang Dalem ll terkenal dengan kerajinan peraknya. Sedangkan Banjar Tegal Kuning memikat wisatawan dengan arung jeram di sungai Ayung yang mengalir di sekitarnya. Meskipun rumah-rumah di desa ini tersebar di antara hamparan sawah, hal ini justru menambah pesona keindahan alam sekitar. Selain potensi wisatanya, Desa Bongkasa juga potensi alam yang sangat baik. Diantaranya ada sungai dan lahan pertanian yang hijau, oleh karena itu sebagian besar masyarakat Desa Bongkasa bekerja pada sektor pertanian dan pariwisata.
Salah satu tempat wisata yang ada di Desa Bongkasa (Sumber Foto : Koleksi Redaksi)
Di bidang Pertanian, Desa Bongkasa memiliki berbagai macam potensi alam mulai dari berbagai jenis sayuran serta buah – buahan seperti jamur, padi, jagung, ketela pohon, kelapa, mangga, pisang, dan durian. Sedangkan di bidang Pariwisata Desa Bongkasa ini memiliki banyak sekali aktivitas wisata seperti arung jeram, wahana All Terrain Vechicle (ATV), ayunan dari atas bukit atau yang dikenal dengan Swing, dan wisata agronya. Desa Bongkasa tidak hanya menjadi saksi sejarah, tetapi juga menjadi penjaga keaslian seni budaya Bali dan keindahan alamnya yang masih terjaga hingga saat ini.