Desa Wisata Penarungan : Taman Beji Paluh di Antara Sungai dan Subak

Di balik hamparan persawahan Desa Penarungan, Badung, mengalir sebuah kisah yang hidup tentang hubungan manusia, air, dan keyakinan yang terjaga lintas generasi. Taman Beji Paluh hadir bukan sekadar sebagai sumber mata air, melainkan ruang suci tempat ritual penyucian, doa, dan ingatan kolektif masyarakat bertemu. Gemericik air, lanskap agraris, serta keheningan yang menyelimuti kawasan beji menciptakan suasana teduh yang sarat makna spiritual. Kisah kisah yang dituturkan para pengelingsir tentang pengorbanan dan keseimbangan alam memperkuat makna tempat ini. Mengunjungi Desa Penarungan berarti menyusuri sebuah narasi hidup, di mana air membentuk ruang, ritual membentuk identitas, dan tradisi terus mengalir dalam keseharian masyarakat.

Dec 31, 2025 - 23:59
Dec 30, 2025 - 12:14
Desa Wisata Penarungan : Taman Beji Paluh di Antara Sungai dan Subak
Taman Beji Paluh (Sumber : Koleksi Pribadi)

Desa Penarungan merupakan wilayah pedesaan di Kabupaten Badung yang memperlihatkan keterkaitan erat antara alam, sistem pertanian tradisional, dan praktik religius masyarakat Bali. Bentang alam desa ini mencerminkan hubungan harmonis antara kehidupan agraris dan nilai nilai adat yang dijaga secara turun temurun. Suasana pedesaan yang tenang menjadi ciri utama Penarungan, sekaligus menegaskan keberlanjutan relasi antara manusia dan lingkungan.

Secara letak geografis, Desa Penarungan berada pada jalur yang menghubungkan beberapa kawasan penting di Bali bagian tengah, termasuk wilayah Mengwi, Sangeh, dan Ubud. Posisi ini menjadikan Penarungan berada dalam lintasan aktivitas tanpa kehilangan karakter tradisional desanya. Sistem subak tetap berfungsi sebagai pengatur irigasi sekaligus pranata sosial yang mengikat warga dalam kerja kolektif.

Pemandangan Persawahan & Joginng Track di Desa Wisata Penarungan (Sumber : Koleksi Pribadi)

Salah satu kawasan penting di Desa Penarungan adalah Taman Beji Paluh, sebuah area suci yang berkaitan dengan keberadaan mata air alami. Beji ini dipahami bukan hanya sebagai sumber air fisik, tetapi juga sebagai ruang spiritual yang bermakna dalam kehidupan religius masyarakat. Sejak lama, mata air tersebut dimanfaatkan dalam konteks ritual dan pengelukatan.

Pada awalnya, mata air di Taman Beji Paluh mengalir melalui lima pancuran yang dikenal sebagai Pancoran Lima atau Tirta Sudamala. Pancuran ini digunakan sebagai sarana pengelukatan untuk pembersihan diri dari unsur dasamala. Dalam praktiknya, air tersebut juga dipercaya berperan dalam penyembuhan non medis maupun medis tertentu, seperti gangguan pada mata dan kulit.

Pancoran Lima yang Terletak di Taman Beji (Sumber : Koleksi Pribadi)

Dalam perkembangannya, dibangun Pancoran Solas yang memanfaatkan sumber air yang sama. Penambahan pancuran ini memberikan kemudahan bagi masyarakat yang lebih luas dalam melakukan prosesi pengelukatan. Pancoran Solas digunakan untuk memohon kerahayuan kepada Dewa Wisnu, dengan tujuan spiritual yang berbeda beda pada setiap pemedek.

Pancoran Solas yang Terletak di Taman Beji (Sumber : Koleksi Pribadi)

Taman Beji Paluh juga terkait dengan cerita yang diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi. Dalam tuturan para pengelingsir, kawasan ini dahulu merupakan bagian dari sistem sungai yang terhubung dengan Tukad Yeh Penet dan Bebengan. Aliran air tersebut berperan penting dalam mendukung pengairan persawahan di wilayah sekitarnya.

Ketika Subak Desa Kapal membutuhkan tambahan aliran air, masyarakat berupaya mengarahkan mata air dari Desa Penarungan. Upaya ini dilakukan melalui pembangunan urugan sebagai pembatas aliran, yang dimulai dari wilayah Banjar Abing atau Banjar Dauh Peken saat ini. Namun, urugan tersebut berulang kali mengalami kerusakan.

Menurut cerita yang berkembang, sebuah peristiwa pengorbanan kemudian terjadi. Seorang pangliman pengatur air dilaporkan terjatuh dan meninggal dunia di sekitar urugan, setelah itu urugan tidak lagi mengalami kerusakan. Bekas jebolan urugan membuat tanah menjadi tidak rata atau mepaluh paluh, yang kemudian menjadi asal penamaan Taman Beji Paluh.

Selain kawasan beji, Desa Penarungan juga memiliki jalur jogging track sepanjang kurang lebih 1,4 kilometer. Jalur ini menyusuri persawahan dan tepian sungai dengan memanfaatkan struktur alam yang sudah ada. Keberadaannya tidak mengubah fungsi utama lahan pertanian.

Desa Penarungan juga dilalui aliran sungai yang dimanfaatkan sebagai trek rafting berkarakter tenang. Dikenal sebagai Lazy River, jalur ini menawarkan pengalaman menyusuri sungai sambil menikmati lanskap alam sekitar. Karakter alirannya yang tidak deras membedakannya dari jalur rafting pada umumnya.

Start Point Wahana Lazy River (Sumber : Koleksi Pribadi)

Secara keseluruhan, Desa Penarungan memperlihatkan bagaimana lanskap alam, sistem pertanian, dan praktik religius membentuk satu kesatuan ruang hidup. Mata air, persawahan, sungai, dan aktivitas masyarakat saling terhubung dalam struktur sosial budaya yang terus dipertahankan hingga kini.