Luhur Batukaru, Pura Padma Bhuwana Tempat Pemujaan Dewa Mahadewa
Sejarah dan keindahan Pura Luhur Batukaru yang dipercayai oleh masyarakat sebagai tempat berstananya Dewa Mahadewa. Pura ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi tempat meditasi yang sering digunakan untuk mencapai kedamaian jiwa dan mencari keseimbangan dalam hidup.
Pura Luhur Batukaru terletak dibagian barat Pulau Bali, tepatnya di lereng Gunung Batukaru di desa Wongaya Gede, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan.
Pura Luhur Batukaru, yang didirikan oleh Mpu Kuturan pada abad ke-11. Pura Luhur Batukaru adalah sebuah tempat ibadah yang didedikasikan untuk memuja Dewa Mahadewa. Karena untuk memuliakan Tuhan yang bertanggung jawab atas pertumbuhan. Oleh karena itu, Pura Luhur Batukaru disebut sebagai tempat penghormatan kepada Tuhan sebagai Ratu Hyang Tumuwuh, yang merupakan sebutan untuk Tuhan sebagai pencipta pertumbuhan. Tuhan dianggap sebagai sumber yang menghubungkan air dan tanah, sehingga menciptakan kekuatan yang mendukung pertumbuhan tumbuh-tumbuhan. Tumbuhan ini akan berkembang dengan baik, dengan daun hijau yang mengandung klorofil sebagai zat yang penting untuk kelangsungan hidup. Pemujaan kepada Tuhan di Pura Luhur Batukaru seharusnya menjadi sarana untuk memperkuat aspek spiritual dan membangkitkan semangat dalam menjaga kesuburan tanah dan sumber-sumber air dengan sungguh-sungguh.
Dalam kitab Babad Buleleng, pada tahun 1605 Masehi diceritakan bahwa Kerajaan Buleleng yang dipimpin oleh Raja yang bernama Ki Gusti Ngurah Panji Sakti ingin memperluas wilayahnya ke daerah Tabanan. Pada saat Ki Panji Sakti menuju ke Tabanan bertemu dengan daerah Batukaru yang merupakan daerah Kerajaan Tabanan. Ki Panji Sakti memerintahkan prajuritnya untuk merusak Pura Luhur Batukaru, tiba-tiba datanglah ribuan tawon ganas menyerang dan menyengat mereka. Tawon yang sangat ganas menyerang dengan hebat Ki Panji Sakti dan pasukannya, sehingga akhirnya Ki Panji Sakti dan pasukannya terpaksa mengundurkan diri dan menghentikan rencana mereka untuk menyerang kerajaan Tabanan. Akibat dari perbuatan Ki Panji Sakti dan pasukannya ini, bangunan suci Pura Luhur Batukaru mengalami kerusakan yang parah dan hanya tersisa reruntuhannya saja.
Kemudian pada tahun 1959 Pura Luhur Batukaru mendapat perbaikan dan pada tahun 1977 secara bertahap pemerintah memberikan perhatian untuk pembangunan pura sehingga kondisi Pura Luhur Batukaru semakin membaik. Pura Luhur Batukaru ini selain terdapat bangunan utama, di sebelah timurnya juga terdapat sumber mata air yang terdiri atas dua bagian yaitu bagian yang berlokasi di dalam pura (jeroan) yang dipergunakan khusus untuk memohon air suci (tirtha) untuk keperluan upacara dan bagian yang kedua adalah untuk kepentingan mandi dan cuci muka sebagai pembersihan diri sebelum melakukan persembahyangan.
Danau di Pura Luhur Batukaru (Sumber : Koleksi Pribadi)
Di sekitaran Pura Luhur Batukaru terdapat danau yang disekitarnya terdapat air mancur yang dipercaya oleh masyarakat sekitar bahwa air yang keluar dari pancuran tersebut adalah air suci. Air ini diyakini dapat digunakan untuk membersihkan tubuh dan jiwa seseorang sebelum melakukan berdoa kepada Tuhan. Dan bersembahyang pada mata air Pelinggih merupakan tanda penyucian rohani dan jasmani (skala dan niskala) sehingga ketika melakukan pemujaan seseorang dapat melaksanakan ibadah yang suci dan bersih, baik lahir maupun batin. Suasana yang asri, kicauan burung yang merdu, suara alam, serta merasakan ketenangan dan kedamaian di sekitar kawasan Pura Luhur Batukaru.
Upacara Piodaran di Pura Luhur Batukaru ini dilaksanakan setiap 210 hari sekali, pada hari Kamis Wuku Dungulan (kalender Bali), satu hari setelah Galungan. Ciri khas Pura Luhur Batukaru adalah upacara hanya dipimpin oleh Pemangku yang disebut Jero Kubayan dan tidak pernah dipimpin oleh seorang Pendeta atau Pedanda.
Bagi yang ingin melakukan persembahyangan ke Pura Luhur Batukaru disarankan terlebih dahulu untuk melakukan persembahyangan di Pura Jero Taksu yang letaknya sedikit jauh dari Pura Luhur Batukaru. Tujuan sembahyang di Pura Jero Taksu adalah untuk memohon kesuksesan dan jauh dari rintangan pada saat proses persembahyang yang akan berlangsung nantinya di Pura Luhur Batukaru. Para wisatawan yang berkunjung ke Pura Luhur Batukaru diwajibkan mengguakan pakaian yang sopan untuk menjaga kesucian pura.
Pura Luhur Batukaru merupakan bagian dari sembilan pura yang disebut Pura Padma Bhuwana yang tersebar di sembilan penjuru Pulau Bali. Pura Padma Bhuwana melambangkan penghormatan kepada Tuhan yang meliputi seluruh sudut alam semesta. Di seluruh penjuru alam semesta ini, tidak ada yang terlepas dari kehadiran Tuhan. Konsep ini tercermin dalam sembilan pura yang tersebar di Pulau Bali, yang menggambarkan keberadaan Tuhan dalam berbagai aspek alam semesta tersebut.