Legenda Pura Pucak Bukit Sari yang Memberikan Rasa Ketentraman Jiwa
Pulau Bali adalah surga bagi pecinta keindahan spiritual. Dikenal dengan sebutan "Pulau Seribu Pura," Bali menyimpan beragam pura yang memikat hati pengunjung dengan arsitektur yang memukau dan atmosfer yang memanjakan jiwa. Setiap pura memiliki cerita dan keunikan tersendiri, mencerminkan kekayaan budaya dan kepercayaan masyarakat Bali. Salah satunya ialah Pura Luhur Pucak Bukit Sari.
Pura Luhur Pucak Bukit Sari terletak di Desa Pakraman Pacung, Kec, Baturiti, Kab. Tabanan, Bali. Tabanan adalah salah satu Kabupaten yang memiliki banyak tempat untuk ber-tirta yatra. Salah satu Pura yang patut dimasukkan dalam daftar tujuan ialah Pura Luhur Pucak Bukit Sari Pacung. Pura yang merupakan Pura Kahyangan Jagat tersebut berada pada dataran tinggi yang berada di Bali sehingga dapat menambah kesan spiritual yang mampu membuat siapa pun yang tangkil atau datang ke Pura tersebut, langsung merasakan ketentraman jiwa. Selain itu pura ini juga sebagai tempat pasupati tapakan barong di Bali. Tidak begitu sulit untuk menemukan lokasi Pura Luhur Pucak Bukit Sari, karena bisa dibilang letak Pura ini cukup strategis, yakni berada pada tepi jalan sebelah timur jalur Utama Denpasar – Singaraja.
Kelian Pura Pucak Bukit Sari, I Made Sunada, menyampaikan bahwa Sejarah berdirinya Pura tersebut dijelaskan berdasarkan purana atau babad saja. Karena tidak adanya ditemukan prasasti yang menjelaskan tentang keberadaan Pura Pucak Bukit Sari ini. Purana atau Babad tersebut diberikan ketika perjalanan Arya Sentong dengan Ratu Sakti untuk datang ke Bali dari Nusa Penida. Setibanya di tanah Bali, keduanya menuju ke Pucak Sangkur, dan setelah tiba di tempat ini mereka melakukan yoga samadhi. Pada saat yoga terdengar sebuah Sabda “Hai engkau anak ku berdua, aku adalah Bhatara Hyang Semeru, aku juga disebut dengan Bhatara Hyang Siwa Pasupati, aku juga berstana di Candi Pura Purusada di Desa Kapal, stanaku yang lain adalah di Khayangan Jati Batur, di tempat engkau melakukan Yoga Samadhi juga aku berstana (Pucak Sangkur), sekarang aku titahkan engkau berdua lanjutkan perjalanan suci ini, tempuhlah perjalanan ke arah seletan, carilah yang Namanya Bukit Sari karena di bukit ini dimasa lampau aku juga yang menciptakan, pada Bukit Sari itulah nantinya aku juga berkeinginan untuk berstana, demikian titahku kepada kalian berdua”.
Setelah mendengar sabda tersebut, kedua orang itu segera berangkat menuju arah selatan dan tibalah di Bukit Sari (wilayah Pacung sekarang). Setelah berdiskusi dengan Masyarakat Pacung, akhirnya tercapai kesepakatan dan segera membangun parahyangan. Seiring berjalannya waktu, Masyarakat mulai merabas tumbuh-tumbuhan di Bukit Sari dan memohon petunjuk kehadapan Ida Shang Hyang Widhi Wasa. Kemudian terdengarlah sebuah sabda lagi “Hai engkau sekalian yang berkumpul di tempat ini, demikian juga di tempat ini bangunlah stana lingga Hyang Bhatara Pucak Sangkur, Bukit Jati, Prasada Kapal, Alas Sangeh. Akulah (Sanghyang Siwa Pasupati) yang berstana pada kahyangan yang engkau buat ini”. Setelah mendengar sabda demikian, barulah dilanjutkan dengan membuat parhyangan Hyang Bhatara, tidak diceritakan lamanya pengerjaan pura tersebut, namun disebutkan parhyangan yang dibuat itu telah rampung dikerjakan dan barulah dilanjutkan dengan prosesi upacara pecaruan dan dewa yadnya pada isaka 1432 atau 1510 Masehi. Dengan itu tempat suci yang baru selesai disucikan diberikan nama Pura Bukit Sari sesuai dengan nama bukit tersebut yang terletak di Desa Pacung, sebagai tempat memuja kebesaran Tuhan Yang Maha Kuasa dalam prabhawanya sebagai Shangyang Siwa Pasupati.
Pasupati Tapakan Barong (Sumber Photo : Koleksi Redaksi)
Hal yang sama disampaikan oleh Sekretaris Pura Pucak Bukit Sari, yaitu I Made Wayan Dana. Menurutnya ada beberapa tapakan yang secara berkala datang untuk tangkil ke Pura tersebut untuk melakukan pasupati di Pura tersebut. Konon juga katanya Pura tersebut sebagai tempat untuk pasupati tapakan barong di Bali, yang dimana hal tersebut didapatkan dari sabda Shanghyang Siwa Pasupati yang berbunyi, “Hai engkau masyarakat Pacung, parhyangan ini sebagai tempat untuk memohon pasupati barong dimana tatkala aku memberikan pribasi suci (pemberi pasupati) aku bergelar Bhatara Gede Sakti Ngawa Rat. Aku (Sanghyang Siwa Pasupati) berhak memberikan pengurip-urip/ pasupati terhadap semua tapakan barong di Bali. Kahyangan ini berfungsi sebagai kahyangan umum, selain sebagai tempat nunas pasupati barong, juga untuk tempat memohon waranugraha demi keselamatan tanaman di sawah-sawah, sehingga menyebabkan segala apa yang engkau tanam akan tumbuh dengan subur”. Sehingga terdapat banyak tapakan dari desa-desa untuk datang tangkil ke Pura tersebut, untuk melakukan pasupati. Diantaranya tapakan di Desa Senganan, Selingsing, Bangah, Mayungan, Petiga Marga (Tabanan) hingga beberapa desa yang berada di kabupaten Badung seperti Blahkiuh, Nungnung, Tangeb, Sobangan, Dukuh Moncos, Kapal, Tegalnarungan, dan beberapa tapakan di daerah lainnya. Namun di-khususkan untuk Tapakan Ida Bhatara dari Bangah, Wayan Dana mengatakan, rutin setiap enam bulan sekali. Itu dikarenakan adanya keterkaitan Sejarah dan payogan Tapakan Ida Bhatara dari Desa Bangah tersebut berasal dari Pura Pucak Bukit Sari.
Di Pura Pucak Bukit Sari terdapat beberapa bangunan palinggih, mulai dari Utama Mandala yaitu seperti palinggih Padma karo (Stana Tri Murti), Padma Kurung (Stana Rsi), dan Padma Pesaji (Pasupati). Kemudian di Madya Mandala terdapat palinggih Bale Sumanggen, palinggih Bagus Muteran Jagat, Panglingsir Batu Karu, palinggih Bagus Mataram, Pucak Kembar (Bagus Rengreng), Pengaran (Ayu Mas Maketel Maleted), Bangbang Kula-kula, pangayengan Saka-saka, bale saka sanga dan Bangbang kula-kuli. Dimana beberapa palinggihnya sengaja dibiarkan tetap sesuai aslinya.
Pura ini diyakini memiliki ketertarikan dengan Pura Pucak Sangkur, Pura Jati Batur, Pura Purusada Kapal, Pura Alas Sari Sangeh, Pura Uluwatu yang ada di pesisir selatan Badung dan Pura Pucak Kembar yang posisinya di utara pura ini. Sementara piodalannya sendiri datang ketika enam bulan sekali yang bertempatan pada Tumpek Landep.
Berdasarkan paparan diatas, sangat jelas bahwa Pura Pucak Bukit Sari merupakan pura kahyangan jagat sebagai tempat memuja Ida Shanghyang Widhi Wasa dalam prabhwanya sebagai Shanghyang Siwa Pasupati, dan juga pura ini sebagai tempat suci untuk menunas pasupati tapakan barong yang berada di Bali.