Kala Rau dan Dewi Ratih: Cinta yang Ditolak dan Asal Usul Gerhana Bulan
Kisah tentang Kala Rau dari bumi Balidwipa, yang berambisi menaklukkan Wisnuloka setelah cintanya ditolak oleh Dewi Ratih. Kala Rau, dengan kesaktiannya, berusaha memaksakan kehendaknya, hingga sebuah peristiwa besar melibatkan Dewi Ratih dan mempengaruhi keseimbangan alam semesta
Alkisah, di suatu alam yang bernama Kerajaan Wisnuloka, berdirilah sebuah negeri yang megah dan penuh keajaiban. Negeri ini dipimpin oleh Dewa Wisnu, sang pelindung alam semesta, yang memerintah dengan kebijaksanaan dan kasih sayang. Kerajaan Wisnuloka dihuni oleh para dewa dan bidadari yang cantik jelita, yang hidup dalam harmoni dan keindahan.
Di antara para bidadari di Kerajaan Wisnuloka, terdapat seorang yang istimewa bernama Dewi Ratih, atau dikenal juga sebagai Dewi Bulan. Kecantikannya bagaikan sinar rembulan yang lembut, menyinari malam dengan keanggunannya. Dewi Ratih dikenal bukan hanya karena kecantikannya, tetapi juga karena kebijaksanaannya. Ia memiliki hati yang penuh cinta kasih, serta kehadirannya selalu memberikan kedamaian bagi siapa pun yang berada di sekitarnya.
Dewi Ratih (Sumber : Koleksi Pribadi)
Meskipun Kerajaan Wisnuloka adalah tempat penuh kedamaian dan keindahan, ancaman dari luar selalu ada. Para raksasa yang bermukim di Bumi Balidwipa sering kali mengincar Kerajaan Wisnuloka.
Diantara para raksasa itu, yang paling menakutkan adalah Kala Rau. Ia bertubuh besar dan kekar. Wajahnya sangat menyeramkan. Ia pun sangat sakti. Kesaktiannya melebihi kesaktian beberapa dewa. Kala Rau mengancam akan meyerang Kerajaan Wisnuloka karena cintanya ditolak oleh Dewi Ratih atau Dewi Bulan.
Kala Rau (Sumber : Koleksi Pribadi)
Dewa Wisnu merenung dalam-dalam. Salah satu solusi yang bisa diambil adalah membagikan tirta amerta, air kehidupan, kepada para dewa. Dengan meminum tirta amerta, para dewa akan terlindungi dari kematian jika Kala Rau menyerang Kerajaan Wisnuloka.
Satu demi satu dewa pun minum titrta amerta dari kendi tersebut. Mula-mula Dewa Iswara, kemudian Dewa Sambu, Brahma, Maha Dewa, dan Sasngkara. Ketika geliran tiba pada Dewa Kuwera, Dewa Wisnu mencium bau aneh. Dewa Wisnu merasakan sosok Dewa Kuera mencurigakan. Kecurigaan Dewa Wisnu semakin besar setelah melihat Dewa Kuera meneguk tirta amerta berkali-kali.
Tiba-tiba, Dewa Wisnu berteriak dengan lantang, "KAMU BUKANLAH KUERA YANG SEBENARNYA! KAMU ADALAH KALA RAU YANG MENYAMAR!" Suaranya menggema di seluruh penjuru Wisnuloka, mengguncang ketenangan kerajaan. Para dewa yang mendengar teriakan itu terkejut dan tak percaya. Mereka semua saling berpandangan, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi.
Dewa Wisnu memanah leher Dewa Kuera palsu itu. Perlahan-lahan Dewa Kuera berubah menjadi Kala Rau. Leher Kala Rau putus dan kepala terpisah dari badannya. Dengan segera, para dewa membuang badan Kala Rau ke bumi. Bangkai tubuh Kala Rau yang dibuang ke bumi berubah menjadi kentungan atau lesung.
Dewa Wisnu memanah leher Kala Rau (Sumber : Koleksi Pribadi)
Sedangkan kepala Kala Rau yang terpisah dari badanya melayang-layang. Kepala itu belum menjadi bangkai karena sempat meminum tirta amerta. Air yang diminumnya baru sampai kerongkongan. Oleh sebab itu, kepala Kala Rau masih tetap hidup.
Pada suatu malam ketika bulan purnama bersinar terang, kepala Kala Rau bertemu dengan Dewi Ratih. "Dewi Ratih!" teriaknya dengan suara yang menggema, "Kamu tidak bisa lagi menghindar dariku! Kamu tidak dapat menolak cintaku yang kuat ini. Sekarang, kamu adalah milikku!" Kala Rau mengungkapkan kata-katanya dengan penuh kepastian. Dewi Ratih merasakan ancaman yang nyata dari kata-kata Kala Rau.
Kepala Kala Rau bertemu dengan Dewi Ratih (Sumber : Koleksi Pribadi)
Mendengar kata-kata Kala Rau, tubuh Dewi Ratih bergetar ketakutan. Ia merasa tak berdaya dan tidak bisa menghindar ketika kepala Kala Rau semakin mendekat dan merengkuhnya. Ketika kepala Kala Rau semakin dekat, Dewi Ratih merasakan desakan yang kuat, seolah-olah seluruh tubuhnya terpaksa mendekat. Secara perlahan, tubuhnya yang anggun dan penuh keindahan mulai ditelan oleh Kala Rau. Dengan setiap detik yang berlalu, Dewi Ratih merasa dirinya semakin tenggelam dalam kekuatan menakutkan Kala Rau, hingga akhirnya seluruh keberadaannya tertelan oleh sosok yang mengerikan itu.
Kepala Kala Rau menelan Dewi Ratih (Sumber : Koleksi Pribadi)
Raksasa yang serakah itu percaya bahwa tubuh Dewi Ratih telah sepenuhnya masuk ke dalam perutnya. Kala Rau merasa puas dengan anggapannya bahwa ia telah berhasil menelan seluruh tubuh Dewi Ratih. Namun, kenyataannya sangat berbeda dari yang ia bayangkan. Tak lama kemudian, sedikit demi sedikit, tubuh Dewi Ratih mulai muncul kembali
Saat tubuh Dewi Ratih tertelan oleh kepala Kala Rau, suasana di Bumi Balidwipa berubah menjadi gelap. Langit yang biasanya terang tiba-tiba tertutup oleh bayangan, menciptakan kegelapan yang menyelimuti seluruh daerah. Fenomena ini membuat penduduk Bumi Balidwipa percaya bahwa peristiwa penyerapan tubuh Dewi Ratih oleh Kala Rau adalah penyebab terjadinya Gerhana Bulan.
Ilustrasi Gerhana Bulan di Bumi Balidwipa (Sumber : Koleksi Pribadi)