Mpu Nala: Arsitek Agung di Zaman Majapahit
Kerajaan Majapahit memiliki banyak bangunan-bangunan bersejarah yang masih berdiri kokoh hingga saat ini. Orang yang berhasil membangun banyak bangunan bersejarah tersebut bernama Mpu Nala. Bagaimanakah kisahnya hingga bisa berperan besar dalam pembangunan di Majapahit?
Pada zaman keemasan Majapahit, sebuah kerajaan yang dikenal sebagai pusat kebudayaan dan kemajuan arsitektur, lahirlah seorang tokoh bernama Mpu Nala. Dikenal sebagai arsitek agung, Mpu Nala memiliki peran penting dalam merancang bangunan-bangunan megah yang menghiasi ibu kota kerajaan Trowulan. Namun, di balik karyanya yang monumental, tersimpan kisah yang penuh kebijaksanaan, kerja keras, dan pengabdian tanpa henti kepada kerajaan dan budaya Majapahit.
Mpu Nala berdiri didepan mahakaryanya (Sumber: Koleksi Pribadi)
Mpu Nala lahir dalam keluarga seniman yang sederhana. Sejak kecil, bakatnya dalam seni ukir dan arsitektur sudah tampak. Sang ayah, seorang pengukir kayu terkenal, sering membawa Nala kecil ke tempat-tempat suci, memperlihatkan keindahan candi-candi yang telah dibangun oleh leluhur mereka. Tertarik dengan keagungan arsitektur tersebut, Nala kecil selalu mempelajari setiap detail ukiran dan simbol yang terpatri di tembok candi.
Ketika menginjak usia remaja, Mpu Nala mulai diperkenalkan kepada lingkungan kerajaan. Ia menunjukkan kecakapannya dalam desain dan seni arsitektur melalui karya-karya kecil yang ia buat di berbagai sudut istana. Raja Hayam Wuruk, penguasa Majapahit pada masa itu, menyadari bakat luar biasa dari pemuda ini dan memutuskan untuk memberikan kesempatan yang lebih besar kepada Mpu Nala.
Mpu Nala pertama kali diuji ketika ia dipercaya untuk memimpin pembangunan Candi Penataran, salah satu candi terbesar dan terpenting pada masa Majapahit. Candi ini bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga simbol kekuatan dan kejayaan Majapahit. Dalam proses pembangunannya, Mpu Nala menerapkan segala ilmu yang ia pelajari, mulai dari teknik konstruksi, penggunaan material, hingga simbolisme yang terkandung dalam setiap relief yang terpahat di dinding candi.
Mpu Nala melihat hasil pembangunan Candi Penataran (Sumber: Koleksi Pribadi)
Mpu Nala menciptakan desain yang harmonis antara bangunan candi dan alam sekitarnya, memanfaatkan prinsip-prinsip arsitektur berkelanjutan. Ia juga memastikan bahwa setiap sudut candi mewakili nilai-nilai spiritual kerajaan. Setiap relief yang terukir di dinding candi menyampaikan pesan tersembunyi, menggambarkan ajaran-ajaran kebijaksanaan, kekuatan dewa-dewa, serta sejarah besar Majapahit. Sebagai arsitek, Mpu Nala tidak hanya menciptakan karya-karya berdasarkan tradisi lokal, tetapi juga berhasil menggabungkan elemen-elemen arsitektur dari berbagai kebudayaan. Saat ia belajar dari para arsitek Tiongkok, ia mengadopsi beberapa prinsip Feng Shui, khususnya tentang bagaimana aliran energi mempengaruhi bangunan. Prinsip-prinsip ini kemudian ia terapkan pada tata letak candi dan istana, menciptakan keseimbangan antara bangunan, alam, dan spiritualitas
Puncak kejayaan Mpu Nala sebagai arsitek kerajaan adalah ketika Raja Hayam Wuruk mempercayainya untuk merancang dan membangun istana kerajaan yang megah di Trowulan, ibu kota Majapahit. Ini adalah proyek terbesar yang pernah diemban oleh Mpu Nala. Istana tersebut tidak hanya menjadi pusat pemerintahan, tetapi juga menjadi lambang kekuasaan dan kejayaan Majapahit yang menguasai Nusantara.
Pembangunan Istana di Trowulan (Sumber: Koleksi Pribadi)
Dengan perpaduan gaya arsitektur tradisional Jawa dan pengaruh dari luar, Mpu Nala menciptakan sebuah istana yang megah, lengkap dengan taman-taman luas, kolam teratai, dan patung-patung dewa yang menghiasi setiap sudutnya. Istana itu didesain dengan teliti, memperhatikan setiap detail mulai dari tata letak ruang hingga estetika bangunan, menciptakan sebuah karya yang abadi dan mengesankan.
Seiring bertambahnya usia, Mpu Nala tetap aktif berkontribusi sebagai arsitek dan seniman kerajaan. Meskipun rambutnya mulai memutih, semangatnya untuk menciptakan karya seni yang agung tidak pernah padam. Ia masih sering terlihat di lokasi pembangunan, memberi arahan kepada para pekerja, dan memastikan bahwa setiap proyek yang dikerjakannya memenuhi standar tinggi yang selalu ia pegang.
Mpu Nala yang sudah mulai menua (Sumber: Koleksi Pribadi)
Mpu Nala juga mulai mengajarkan ilmu-ilmu arsitektur kepada generasi muda, dengan harapan bahwa tradisi dan kebijaksanaan arsitektur Majapahit akan terus hidup. Ia tak hanya mengajarkan tentang teknik bangunan, tetapi juga filosofi di balik setiap struktur yang ia buat—bahwa bangunan bukan hanya sekadar tempat fisik, tetapi juga memiliki makna spiritual yang mendalam.
Setelah wafat, nama Mpu Nala tetap dikenang sebagai salah satu arsitek terbesar dalam sejarah Majapahit. Bangunan-bangunan yang ia dirikan, seperti Candi Penataran dan istana di Trowulan, masih berdiri kokoh hingga kini, menjadi saksi bisu kejayaan Majapahit. Mpu Nala tidak hanya meninggalkan warisan dalam bentuk bangunan, tetapi juga warisan dalam bentuk filosofi arsitektur yang menggabungkan nilai-nilai spiritual, estetika, dan teknik konstruksi yang unggul.
Arsitek menerapkan filosofi pembangunan khas Mpu Nala (Sumber: Koleksi Pribadi)
Kisah Mpu Nala adalah kisah tentang dedikasi, kebijaksanaan, dan kreativitas tanpa batas. Sebagai arsitek dan seniman, Mpu Nala tidak hanya membangun bangunan fisik, tetapi juga membangun jembatan antara dunia fisik dan dunia spiritual, menciptakan karya yang tak lekang oleh waktu dan tetap menginspirasi generasi-generasi setelahnya.