Lubdaka : Seorang Pemburu di Malam Dewa Siwa Bertapa

Kisah Lubdaka adalah sebuah kisah yang kaitannya tidak lepas dari salah satu hari raya suci umat Hindu yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali pada purwaning tilem sasih kepitu, yaitu Hari Siwaratri. Siwaratri dalam bahasa Sansekerta berarti malam Siwa yang dimana kisah ini menceritakan tentang seorang pemburu yang berburu binatang di Tengah hutan pada malam Dewa Siwa melakukan tapa yoga semadhi.

Jan 9, 2024 - 00:36
Dec 27, 2023 - 21:05
Lubdaka : Seorang Pemburu di Malam Dewa Siwa Bertapa
Lubdaka di Atas Pohon Bila (Sumber : Koleksi Penulis)

Dikisahkan seorang laki – laki yang memiliki profesi sebagai pemburu bernama Lubdaka. Hari – harinya dia jalani dengan berburu binatang di tengah hutan guna untuk menghidupi keluarganya. Hasil dari pemburuannya itu sebagian ditukarkan dengan barang – barang kebutuhan keluarganya setiap hari dan sebagiannya lagi dia makan bersama keluarganya.

 

Lubdaka (Sumber : Koleksi Penulis)

 

Lubdaka adalah orang yang sangat rajin dalam bekerja dan cukup ahli dalam bidangnya, sehingga tidak heran jika dia selalu pulang dengan membawa banyak hasil buruan. Diceritakan pada suatu hari nasibnya tidak beruntung karena hingga hari menjelang sore tidak ada satu ekor binatang pun yang berhasil dia dapatkan. Namun hal itu tidak membuatnya menyerah begitu saja, Lubdaka pun terus melangkah cepat dengan pandangan yang terus mencari binatang buruan hingga tanpa sadar hari sudah berubah menjadi gelap.

 

Dalam kegelapan tersebut dengan posisinya yang berada di tengah – tengah hutan, membuatnya tidak bisa menemukan jalan pulang sehingga Lubdaka memutuskan untuk bermalam disana dan mencari sebuah pohon besar untuk tempatnya beristirahat. Dan di temukanlah sebuah Pohon Bila yang cukup tua, tapi masih berdiri kokoh di pinggiran telaga. Telaga ini memiliki air yang tenang dengan sebuah pelinggih berupa lingga yang berada tengah telaga tersebut.

 

Lubdaka di Atas Pohon Bila (Sumber : Koleksi Penulis)

 

Lubdaka pun memanjat pohon itu dan langsung mencari posisi yang nyaman untuk bersandarnya disana. Namun setelah dia bersandar di pohon itu, Lubdaka berusaha untuk menjaga kesadarannya walaupun dia sudah merasa mengantuk karena dia takut terjatuh saat dia tertidur dan bisa saja menjadi makanan binatang buas dibawah sana. Oleh karena itu, untuk menghilangkan rasa kantuknya, Lubdaka memetik satu per satu daun Pohon Bila itu dan menjatuhkannya ke bawah sehingga daun – daun itu mengenai lingga yang ada di bawahnya.

 

Lubdaka melakukan itu tanpa dia sadar bahwa pada malam itu adalah malam Siwaratri yang dimana Dewa Siwa tengah melakukan tapa yoga semadhi. Dan sambil memetik setiap helai daun pohon Bila itu agar tetap terjaga hingga pagi hari, selama itu juga Lubdaka mulai menyesali segala perbuatan yang dilakukannya selama ini dan bertekad untuk berhenti menjadi pemburu. Lamanya Lubdaka merenungkan dosa – dosanya, tanpa disadari pula hari telah berganti menjadi pagi dan dengan cepat dia berkemas – kemas untuk pulang ke rumahnya.

 

Sejak hari itu, Lubdaka beralih profesi menjadi petani sesuai tekadnya pada malam itu untuk berhenti menjadi pemburu. Namun, profesinya sebagai petani membuatnya tidak banyak bergerak sehingga membuat tubuhnya menjadi kaku dan sakit dan pada akhirnya Lubdaka meninggal dunia di usia tuanya.

 

Pasukan Cikrabala (Sumber : Koleksi Penulis)

 

Dikisahkan selanjutnya setelah roh Lubdaka terlepas dari jasadnya, para Cikrabala yang adalah pasukan Neraka datang untuk membawa roh Lubdaka ke Neraka. Hal itu dikarenakan para Cikrabala menganggap roh Lubdaka pantas dibawa ke Neraka karena semasa hidupnya Lubdaka selalu membunuh Binatang. Namun, di saat bersamaan Dewa Siwa datang mencegah para Cikrabala untuk membawa roh Lubdaka ke Neraka. Beliau mengatakan bahwa walaupun Lubdaka selalu membunuh Binatang semasa hidupnya, tapi pada suatu saat di malam Siwaratri Lubdaka melakukan perenungan dosa semalaman suntuk dan menyesali segala dosa – dosanya di masa lalu. Selain itu, Lubdaka juga tanpa sadar telah melakukan tiga brata Siwaratri, yaitu :

  1. Monabrata yang adalah tidak berbicara yang dimana Lubdaka lakukan untuk tidak mengundang Binatang bua mendekat kearahnya.
  2. Jagra yang adalah tidak tidur yang dimana Lubdaka lakukan karena takut terjatuh saat dia terlelap dan bisa saja menjadi makanan Binatang buas disana.
  3. Upavasa yang adalah pengendalian makan dan minum yang dimana Lubdaka lakukan karena selama seharian penuh dia hanya fokus berburu di tengah hutan itu.

 

Dewa Siwa (Sumber : Koleksi Penulis)

 

Sehingga, roh Lubdaka berhak mendapatkan pengampunan karena melakukan brata Siwaratri. Walaupun hal itu tidak sengaja dilakukan, akan tetapi brata itulah yang utama yang dimana dapat membersihkan segala dosa. Berapapun banyaknya dosa yang diperbuat akan dilebur oleh keutamaan brata itu sendiri. Oleh karena itu, sudah sepantasnya roh Lubdaka untuk menikmati kebahagiaan di Siwaloka dan pada akhirnya roh Lubdaka pun dibawa ke Siwaloka.

 

 

Perebutan Roh Lubdaka (Sumber : Koleksi Penulis)

 

Nah, berdasarkan cerita Lubdaka di atas kita dapat simpulkan bahwa sesungguhnya Hari Raya Siwaratri merupakan Malam Perenungan Dosa bukan Malam Peleburan Dosa. Hal ini dimaksudkan untuk tujuan tercapainya kesadaran diri yang dimana secara Tattwa, Siwaratri merupakan Simbolisasi dan Aktualisasi diri dalam melakukan pendakian spiritual guna tercapainya penyetuan Siwa, yaitu bersatunya Atman dengan Parama Atman.