Jejak Raja Udayana: Pengaruh dan Warisan Sang Penguasa Bali

Dalam perjalanan singkat ke masa keemasan Bali Kuno, di mana seorang Raja bijaksana bernama Udayana memimpin dengan kearifan dan mengukir sejarah yang mempesona. Dari hubungan akrabnya dengan Kerajaan Medang di Jawa Timur hingga perannya dalam membentuk Dinasti Warmadewa, Raja Udayana tidak hanya dikenal sebagai penguasa yang bijaksana, tetapi juga sebagai bapak dari tokoh besar, Airlangga. Mari kita jelajahi warisan luar biasa yang ditinggalkan oleh Raja Udayana, sosok yang begitu dihormati hingga namanya tetap bergaung di universitas dan bahkan di komando pertahanan TNI Angkatan Darat di wilayah yang mencakup Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Jul 26, 2024 - 12:18
Jul 26, 2024 - 14:26
Jejak Raja Udayana: Pengaruh dan Warisan Sang Penguasa Bali
Patung Raja Airlangga (Sumber : Koleksi Sendiri)

Raja Udayana atau Sri Dharmmodayana Warmmadewa adalah raja keemasan Bali Kuno dari dinasti Wangsa Warmmadewa. Raja ini memperistri putri Sri Makutawang-Sawarddhana (Kerajaan Mataram) yang bernama Gunapriya Dharmmapatni / Mahendradatta. Nama raja ini dan permaisurinya tertulis pada beberapa prasasti yang ditemukan di Bali serta pada Prasasti Pucangan yang ditemukan di Jawa (peninggalan Airlangga, putra sulung mereka). 

Raja Udayana bersama istrinya memerintah Bali sejak 911 -933 Saka (989 - 1011 Masehi). Dalam prasasti-prasasti tercatat, Udayana adalah raja yang memerintah secara arif dan bijaksana. Azas musyawarah mufakat senantiasa melandasi pemerintahanya dan kesejaterahan rakyat adalah tujuan terpenting yang harus dicapai.

Sang Ratu Luhur Sri Gunapriya Dharmapatni (Sumber : Koleksi pribadi AI)

Raja Udayana memerintah di Kerajaan Bali antara 989 hingga 1011 didampingi permaisurinya Mahendradatta atau Gunapriya Dharmaptani. Mahendradatta adalah adik kandung Dharmawangsa Teguh, raja Kerajaan Medang periode 991–1007 yang berpusat di Jawa Timur. Selain dikenal sebagai Raja Bali yang berjasa besar dan sangat dihormati rakyatnya, Udayana juga merupakan penguasa yang menurunkan raja-raja Kerajaan Kediri di Jawa Timur.

 

Raja Udayana dari Dinasti Warmadewa adalah Sang Ratu Maruhani Sri Dharmodayana Warmadewa. Ia merupakan putra Janashadu Warmadewa yang memerintah Kerajaan Bali antara 975-983. Udayana naik takhta pada 989, menggantikan penguasa perempuan pertama di Bali, Sri Wijaya Mahadewi (983-989). Raja Udayana memiliki kedekatan dengan salah satu erajaan yang ada di Pulau Jawa, yaitu Kerajaan Medang di Jawa Timur. Berkat kedekatannya tersebut, ia memiliki permaisuri dari Jawa, yaitu Mahendradatta, yang merupakan adik Raja Dharmawangsa Teguh dari Kerajaan Medang. Setelah menjadi permaisuri Raja Udayana, Mahendradatta bergelar Sang Ratu Luhur Sri Gunapriya Dharmapatni.

Raja Udayana adalah salah satu raja atau penguasa Bali yang berasal dari Wangsa Warmadewa, pendiri Kerajaan Bedulu. Raja Udayana juga memiliki peran penting dalam sejarah nusantara. Apalagi, beliau dikenal sebgai ayah kandung dari Airlangga, yang merupakan pendiri dari Kerajaan Kahuripan yang kemudian terpecah menjadi Kerjaaan Janggala dan kerajaan Kediri. 

Dinasti Warmadewa yang merupakan penguasa Pulau Bali pada abad X. Prasasti Blanjong yang ada di kawasan Sanur menyebutkan kalau Wangsa Warmadewa didirikan oleh Sri Kesari Warmadewa. Kerajaan ini menganut agama Buddha Mahayana dan dikenal memiliki kedekatan dengan Kerajaan Medaeng yang ada di Jawa Timur. Hubungan dekat tersebut terjadi pada rentang antara abad ke 10 sampai 11 Masehi. 

Dalam tampuk kepemimpinannya, Raja Udayana memiliki peran besar dalam memajukan masyarakat Bali. Dalam menjalankan pemerintahannya, Raja Udayana didampingi oleh seorang mpu agung yang dikenal dengan nama Mpu Kuturan. Selain itu, melalui pemerintahannya pula, saat ini masyarakat Hindu Bali mengenal sistem pura yang dikenal dengan kahyangan tiga. Tidak hanya itu, Raja Udayana dari Bali juga memperkenalkan sistem perekonomian yang maju pada zamannya. Umumnya, sistem perdagangan kuno dilakukan dengan sistem barter. Namun, Raja Udayana memperkenalkan sistem dengan memakai uang kartal. Penggunaan sistem ini memberi kemudahan dalam proses penarikan pajak yang dilakukan oleh petinggi kerajaan kepada masyarakat Bali kala itu.

Karena jasa besarnya itu, tidak heran kalau masyarakat Bali begitu menghormati peran serta sosok dari Raja Udayana. Namanya tidak hanya disematkan pada Universitas Udayana yang merupakan perguruan tinggi tertua sekaligus terbaik di Bali. Nama Udayana juga digunakan oleh TNI Angkatan Darat.

Penggunaan Udayana oleh TNI Angkatan Darat sebagai Komando Kewilayahan Pertahanan. Wilayah komando yang ada di bawahnya meliputi kawasan Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, serta Nusa Tenggara Timur. Markas pusat dari komando kewilayahan ini terletak di Kota Denpasar, dan dikenal sebagai Komando Daerah Militer IX/Udayana.