Legenda Dewi Shashthi: Sang Penyelamat Keturunan Raja Priyavtara

Mengisahkan Dewi Shashthi, dewi kesuburan dan pelindung anak-anak, yang turun ke bumi untuk menghidupkan kembali bayi Raja Priyavrata dan Ratu Malini yang lahir tanpa kehidupan. Sebagai syarat, mereka harus memujanya pada hari keenam setiap bulan, menjadikan pemujaan ini tradisi untuk melindungi dan memberkati anak-anak.

Jun 5, 2025 - 06:00
Jun 4, 2025 - 09:22
Legenda Dewi Shashthi: Sang Penyelamat Keturunan Raja Priyavtara
Dewi Shashthi (Sumber : Koleksi Pribadi)

Tersebutlah Raja Priyavrata, seorang penguasa bijak dan pemberani, yang merupakan putra Svayambhuva Manu, leluhur umat manusia. Priyavrata dikenal di seluruh penjuru dunia karena keberaniannya di medan perang, kebaikan hatinya terhadap rakyatnya, dan kebijaksanaannya yang luas dalam memerintah kerajaannya. Namun, terlepas dari semua kekayaan dan kehormatan yang ia miliki, ada satu hal yang selalu meresahkan hatinya, ia belum dikaruniai seorang anak yang akan menjadi penerus takhta dan melanjutkan garis keturunannya.

Istrinya, Ratu Malini, adalah wanita penuh cinta dan pengabdian. Bersama, mereka menjalani hidup dalam keselarasan, memerintah kerajaan dengan adil dan bijaksana. Namun, keinginan mereka untuk memiliki seorang putra tetap tidak terpenuhi. Setelah bertahun-tahun berdoa dan melaksanakan ritual, rasa kesedihan dan putus asa perlahan mulai merayapi hati mereka. Para penasihat kerajaan, ahli Brahmana, dan bahkan orang-orang biasa sering mengingatkan mereka tentang pentingnya memiliki penerus untuk menjaga stabilitas dan kesejahteraan kerajaan.

Ilustrasi Raja Priyavtara dan Malini Melaksanakan Putrakamesti Yajna (Sumber: Koleksi Pribadi)

Dalam keputusasaan, Priyavrata dan Malini memutuskan untuk melaksanakan putrakamesti yajna, sebuah ritual pengorbanan api yang diperuntukkan bagi mereka yang ingin memohon kepada para dewa agar diberkahi keturunan. Mereka mengundang para Brahmana paling terpelajar di seluruh kerajaan untuk membimbing mereka dalam melaksanakan upacara yang sakral ini. Dengan hati yang penuh harapan dan kesungguhan, Priyavrata dan Malini melaksanakan ritual tersebut dengan disiplin yang ketat dan penuh pengabdian, bersujud di hadapan api suci setiap hari, memohon kepada para dewa agar memberkahi mereka dengan seorang putra.

Tahun-tahun berlalu. Setiap kali api yajna dinyalakan, doa-doa mereka yang penuh pengharapan bergema di udara, naik ke langit, mengharapkan belas kasih para dewa. Selama dua belas tahun yang panjang, pasangan kerajaan ini menunggu dengan penuh keyakinan, menahan diri dari segala kenikmatan duniawi dan hidup dalam kebaktian murni. Mereka percaya bahwa pengorbanan mereka akan didengar oleh para dewa, dan pada akhirnya mereka akan dikaruniai seorang putra yang diidamkan.

Ilustrasi Kelahiran Anak Raja Priyavtara (Sumber: Koleksi Pribadi)

Pada akhir tahun ke-12, kebahagiaan yang mereka tunggu-tunggu tampaknya akhirnya datang. Ratu Malini hamil. Berita kehamilannya menyebar dengan cepat ke seluruh kerajaan, dan rakyat menyambut kabar itu dengan sukacita. Seluruh istana dipenuhi dengan kegembiraan, dan persiapan untuk menyambut sang pewaris dimulai. Namun, takdir seolah mempermainkan mereka. Saat waktu kelahiran tiba, Malini melahirkan seorang putra, tetapi bayi itu lahir tanpa kehidupan. Ketika para tabib istana mengumumkan bahwa bayi tersebut telah lahir mati, suasana kegembiraan berubah menjadi kesedihan yang mendalam.

Priyavrata dan Malini hancur, impian mereka tentang penerus yang akan melanjutkan garis keturunan mereka seketika musnah. Sang raja, yang sebelumnya dikenal kuat dan tak tergoyahkan, merasakan keputusasaan yang mendalam, sesuatu yang bahkan tidak pernah ia rasakan dalam pertempuran paling sengit sekalipun. Kesedihan Malini juga tak terperi, ia tak mampu menahan air mata, hatinya hancur melihat tubuh kecil bayinya yang tak bernyawa.

Ilustrasi Raja Priyavtara Menggendong Putranya yang Tak Bernyawa (Sumber: Koleksi Pribadi)

Meski patah hati, Priyavrata tetap bertekad untuk menjalankan tugas terakhirnya sebagai seorang ayah. Ia memutuskan untuk melakukan kremasi atas tubuh putranya. Dengan hati yang berat, ia menggendong bayi itu dalam pelukannya dan berjalan menuju tempat kremasi, diiringi oleh suasana yang sunyi dan sedih. Angin sepoi-sepoi yang biasanya membawa kedamaian kini terasa berat dengan beban kesedihan.

Namun, di tengah perjalanan menuju tempat kremasi, tiba-tiba langit di atasnya tampak berubah. Awan-awan yang menggantung di langit memisah, dan dari balik celah di langit, muncullah sinar ilahi yang memancar dengan terang. Dari sinar itu, sebuah kereta surgawi yang berkilauan turun dari langit, dikendarai oleh seorang wanita yang begitu anggun dan bercahaya. Wanita tersebut berpakaian sutra putih yang bersinar, dihiasi oleh permata yang memantulkan cahaya matahari. Dia duduk di atas kereta dengan kemuliaan yang mempesona, dan auranya memancarkan kedamaian serta ketenangan yang dalam.

Ilustrasi Raja Priyavtara Bertemu Dengan Dewi Shashthi (Sumber: Koleksi Pribadi)

Raja Priyavrata berhenti sejenak, terperangah oleh pemandangan tersebut. Wanita itu turun dari keretanya dan memperkenalkan dirinya sebagai Devasena, putri Brahma dan istri Skanda, sang dewa perang. Namun, ia juga menampakkan aspek ilahi lainnya, yaitu sebagai Shashthi, yang dikenal sebagai dewi kesuburan dan pelindung anak-anak. Shashthi adalah salah satu dari Matrikas, ibu-ibu ilahi yang memiliki kekuatan besar dalam melindungi kehidupan dan memberikan keturunan kepada mereka yang memohon dengan tulus.

Shashthi, dengan senyum penuh kelembutan dan belas kasih, menghampiri Priyavrata. Ia memandang bayi yang tak bernyawa itu dan, dengan penuh kasih sayang, mengulurkan tangannya. Dengan sentuhan lembut dari tangan ilahinya, keajaiban terjadi. Bayi yang tadinya tak bernyawa itu mulai menghirup udara. Dalam hitungan detik, tubuhnya yang sebelumnya dingin menjadi hangat kembali, dan napas kehidupan kembali mengalir dalam dirinya. Mata bayi itu perlahan terbuka, mengeluarkan tangisan pertama yang menggetarkan hati sang raja.

Ilustrasi Sang Anak Hidup Kembali (Sumber: Koleksi Pribadi)

Priyavrata, yang menyaksikan momen ajaib itu, tak bisa menahan air mata kebahagiaannya. Ia bersujud di hadapan Shashthi, mengucapkan terima kasih yang tak terhingga. Ia memohon agar sang dewi mengembalikan putranya kepadanya, dengan janji bahwa ia akan melakukan pemujaan Shashthi di ketiga dunia, bumi, dan akhirat, sebagai bentuk penghormatan dan terima kasih atas belas kasih yang telah diberikan kepadanya.

Dengan senyum penuh pengertian, Shashthi menggendong bayi itu untuk terakhir kalinya. Ia menyatakan bahwa anak ini akan tumbuh menjadi seorang raja besar, seorang pemimpin yang bijaksana dan adil, yang dikenal dengan nama Suvrata. Nama tersebut memiliki makna yang mendalam, karena Suvrata akan menjalani hidupnya dengan kebajikan, mengikuti aturan dharma, dan membawa kejayaan bagi kerajaannya.

Setelah memberikan nama dan berkat, Shashthi mengembalikan bayi tersebut kepada Priyavrata. Sebelum kembali ke alam surganya, Shashthi juga memberikan dekrit kepada Raja Priyavrata untuk menghormatinya pada hari keenam setiap bulan, serta pada hari-hari khusus setelah kelahiran seorang anak, yaitu hari keenam dan kedua puluh satu. Ia juga menetapkan bahwa dewi ini dapat disembah dalam berbagai wujud, baik melalui batu Shaligrama, simbol kehadiran ilahinya, maupun melalui Purna Ghata, pot berisi air suci yang diletakkan di bawah pohon beringin, simbol kehidupan abadi dan kemakmuran.

Ilustrasi Raja Priyavtara Melakukan Pemujaan Untuk Dewi Shashthi (Sumber: Koleksi Pribadi)

Setelah Shashthi kembali ke surga, Raja Priyavrata mengadakan upacara besar untuk merayakan kelahiran kembali putranya, Suvrata. Ia menyebarkan berita tentang mukjizat tersebut ke seluruh penjuru kerajaannya, dan masyarakat mulai menghormati Shashthi sebagai pelindung anak-anak dan pemberi kehidupan. Pemujaan kepada Shashthi menjadi tradisi yang diwariskan turun-temurun, memastikan bahwa rahmat ilahi tetap mengalir dalam kehidupan mereka.

Suvrata, seperti yang telah diramalkan, tumbuh menjadi seorang raja yang bijaksana dan pemimpin yang adil, memerintah dengan kebajikan dan kehormatan. Priyavrata dan Malini, yang pernah dihantui oleh keputusasaan, kini menjalani sisa hidup mereka dalam kedamaian, bersyukur atas karunia dewi yang telah memberikan mereka seorang putra yang tidak hanya akan melanjutkan garis keturunan mereka, tetapi juga menjadi harapan dan kebanggaan bagi seluruh kerajaan.

Files