Pura Tirtha Harum: Anak Tangga Sejarah Kelahiran Sang Raja Taman Bali
Pura merupakan tempat suci bagi umat hindu dengan sejarah khasnya masing-masing. Salah satu Pura Kawitan di Bangli, yang cukup terkenal ialah Pura Tirta Harum. Pura ini menjadi cikal bakal berdirinya kerajaan di Bangli sekaligus terciptanya Satria Taman Bali dan Mahagotra Tirta Harum.
Pulau Bali terkenal sebagai Pulau Seribu Pura, yang selalu memiliki ciri khas tersendiri sehingga memikat para wisantara domestik hingga mancanegara. Mayoritas penduduk Bali beragama Hindu, hal tersebut yang menjadi alasan banyaknya jumlah pura di Bali. Pura sebagai tempat suci umat Hindu, seringkali menghadirkan ritual-ritual keagamaan yang khas. Tidak jarang, kegiatan ritual tersebut menarik perhatian wisatawan dan menimbulkan decak kagum. Berdasarkan fungsi dan karakteristiknya, pura dikelompokkan menjadi 4 jenis yakni Pura Dang Kahyangan Jagat, Pura Kahyangan Tiga, Pura Swagina, dan Pura Kawitan. Salah satu pura kawitan yang kental akan sejarah dan lingkungan asrinya ialah Pura Tirtha Harum.
Pura Tirta Harum merupakan Pura Kawitan Satria Taman Bali dan Mahagotra Tirta Harum, terletak di desa Tegalwangi, Nyalian, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung. Pura ini berjarak sekitar 34,9 KM dari Kota Denpasar yang dapat ditempuh selama 1 jam 8 menit. Pura ini mudah untuk dikunjungi baik menggunakan roda dua maupun roda empat. Namun, kendaraan tersebut dapat mengantarkan kita sampai ke gerbang awal perjuangan untuk menuju ke lokasi pura. Hal itu dikarenakan Pura Tirta Harum berada di kawasan hutan yang hanya dapat diakses dengan berjalan kaki dengan dua pilihan rute yakni rute dari Desa Tamanbali dan rute dari Desa Nyalian. Jika dimulai dari Desa Tamanbali, Anda akan menemukan pura lain bernama Pura Jro Puri.
Perjalanan Menuju Pura Tirta Harum (Sumber Photo: Koleksi Redaksi)
Undakan tangga yang diselimuti oleh hijaunya pemandangan sekitar dapat menghilangkan rasa lelah. Selama perjalanan, Anda juga akan terhibur oleh kicauan burung yang silih berganti. Selain itu, terdapat pula suara gemuruh dari air jernih sungai melangit yang menjadi pemisah Kabupaten Bangli dan Klungkung. Ketika akan sampai di Pura Tirta Harum, Anda harus melewati jembatan yang terhubung di atas sungai melangit. Struktur tata letak dan ruang Pura Tirta Harum menggunakan konsep Tri Mandala, yakni Nista Mandala, Madya Mandala, dan Utamaning Mandala.
Nista Mandala atau Jaba Sisi merupakan area terluar Pura Tirta Harum yang terdapat beberapa pelinggih. Pelinggih pertama yakni Pelinggih Pengulun Tukad, yang memiliki fungsi untuk memohon keselamatan dan meminta izin untuk memasuki area Pura Tirta Harum. Pelinggih tersebut dapat dijumpai tepat setelah Anda melewati jembatan. Selanjutnya, Pelinggih Melanting, yang berfungsi sebagai tempat untuk memohon kesuburan, kemakmuran, dan keselamatan dalam berusaha. Terakhir, terdapat Pelinggih Penglukatan yang dipercayai sebagai tempat untuk memohon keturunan dan pekerjaan, agar dimudahkan dan dilancarkan. Selain pelinggih, pada area Jaba Sisi terdapat pula beberapa sumber mata air yang berasal dari celah-celah pada dinding bebatuan. Bangunan suci yang terdapat pada Jaba Sisi adalah Bale Bengong sebagai tempat beristirahat atau berkumpul krama kawitan.
Area Nista Mandala atau Jaba Sisi (Sumber Photo: Koleksi Redaksi)
Area selanjutnya ialah Madya Mandala atau yang dikenal sebagai Jaba Tengah, terdapat beberapa bangunan suci dengan fungsinya masing-masing. Diantaranya, Pelinggih Lebuh merupakan Pelinggih untuk memuja Ida Bhatara Baruna sebagai penguasa lautan. Kemudian, ada Bale Gendongan atau Bale Kulkul sebagai tempat untuk membunyikan kulkul sebagai tanda pelaksanaan upacara piodalan di Pura Tirta Harum. Selain itu, terdapat pula beberapa bangunan suci untuk tempat pertemuan atau berkumpul pengempon pura, pemangku, beserta krama kawitan yakni Gedong Pesamuan dan Bale Pesantian. Disisi lain, adanya Bale Wastra pada area ini digunakan sebagai tempat untuk menyimopan segala perlengkapan upacara Piodalan. Tak lupa, terdapat Pelinggih Apit Lawang dan Candi Bentar sebagai penanda untuk masuk ke area Utamaning Mandala.
Pada area Utamaning Mandala atau Jeroan, Anda akan menjumpai banyak Pelinggih, karena area ini merupakan pusat dari Pura Tirta Harum. Pelinggih utama yang terdapat pada Utamaning Mandala adalah Gedong Tirta, yang merupakan Pelinggih Piteken atau tempat asal mula munculnya mata air suci di Pura Tirta Harum, sekaligus menjadi tempat berstananya Bhatara Wisnu. Gedong tersebut juga memiliki gungsi sebagai tempat pesineban Ida Bhatara-Bhatari Pura Tirta Harum sehingga tidak sembarang orang dapat memasukinya. Selanjutnya, ada Pelinggih Pepelik Panca Rsi merupakan tempat bersamu atau rapat para Dewata. Berikutnya, terdapat Pelinggih Taman Tirta sebagai tempat Mesucian (Pembersihan) semua Pralingga Ida Bhatara sebelum dilaksanakannya piodalan. Ada yang unik dari Pelinggih Taman Tirta, yang mana pada pinggiran atau dindingnya terdapat relief yang menceritakan kisah sejarah dari berdirinya Pura Tirta Harum sekaligus cikal bakal terciptanya kerajaan-kerajaan di Kabupaten Bangli.
Area Utamaning Mandala Pura Tirta Harum (Sumber Photo: Koleksi Redaksi)
Pelinggih lainnya hampir serupa dengan pura umumnya yakni, terdapat Padmasana yang dijadikan sebagai wujud sradha bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kemudian, Pelinggih Meru Tumpang Tiga merupakan Pelinggih Ida Bhatara-Bhatari Kawitan atau tempat pemujaan leluhur dari Kawitan Satria Taman Bali beserta Mahagotra Tirta Harum. Selanjutnya, Pelinggih Ngelurah berfungsi sebagai penjaga para dewa dan penyampai sembah bakti manusia kepada para Dewata. Berikutnya, Pelinggih Panggungan sebagai tempat penyajian banten upakara. Dan yang terakhir, Pelinggih Dasar sebagai tempat pemujaan kepada Ida Bhatara Ananthaboga sebagai penguasa bumi. Disisi lain, terdapat pula beberapa Pelinggih pesimpangan seperti Pelinggih Pesimpangan Ulun Danu (tempat pemujaan ke Pura Ulun Danu), Pelinggih Mundar-Mandir (Pelinggih Pesimpangan Semeru). Selain pelinggih terdapat juga beberapa bangunan suci di area Utamaning Mandala, yakni Bale Pepelik (Pelinggih Pengaruman), Bale Peselang, Bale Piyasan, dan Bale Pawedan Alit.
Pura Tirta Harum sudah berdiri sejak enam setengah abad lalu, tepatnya sekitar tahun 1350 Masehi, yang mana pada masa kedatangan Bhagawanta seperti Danghyang Subali dan Dangyang Jaya Rembat. Sejarah Pura Tirta Harum dimulai dari permohonan Ida Danghyang Subali berupa meminta keturunan yang akan menjadi raja di Bali Tengah. Maka dari itu, Ida melakukan semedi di tengah-tengah Pura Narmada Taman Bali, agar permohonannya tercapai. Setelah semedi tersebut, akhirnya dikabulkan, Ida mendapatkan seorang anak perempuan bernama Ida Dewi Njung Asti yang lahir di Tirta Harum. Kemudian, Ida meminta bantuan saudaranya, Ida Danghyang Jaya Rembat, yang sudah lama bertapa di sekitar area pura, tepatnya Goa Puri, untuk mengasuh dan merawat putrinya tersebut.
Disisi lain, Kerajaan Gelgel mengalami kemunduran di masa pemerintahan Ida Dalem Botoh Dalem Ketut Nglusir. Oleh karenanya, Kerajaan Majapahit mengutus Ida Sri Wijaya Rajasa untuk mengembalikan kejayaan kerajaan di wilayah Bali. Pada suatu kesempatan, Ida Sri Wijaya bepergian ke Tirta Harum untuk melakukan pemandian. Kemudian dia bertemu dengan Ida Dewi Njung Asti yang telah dewasa. Berawal dari pertemuan tersebut, komunikasi pun tercipta hingga ke jenjang pernikahan. Setelah menikah, mereka memiliki keturunan seorang putra bernama Sang Angga Tirta. Sesudah kurang lebih tinggal 10 tahun di Bali, Ida Sri Wijaya dipanggil kembali ke Jawa oleh penguasa Majapahit.
Pelinggih Penglukatan di Pura Tirta Harum (Sumber Photo: Koleksi Redaksi)
Anak Ida Sri Wijaya, Sang Angga Tirta sejak dini sudah dilatih oleh murid kesayangan saudara kakeknya, Ida Danghyang Jaya Rambat, yang bernama Ki Dukuh Suladri. Ketika dewasa, Sang Angga Tirta atau dikenal dengan Sang Anom menikah dengan Dewa Ayu Mas Dalem dari kerajaan Gelgel. Kemudian, sang kakek, memberi petuah jika nanti Sang Angga Tirta sudah memiliki rumah dan keturunannya sendiri, dia harus memberi nama Satria Taman Bali. Selain petuah, Danghyang Subali juga memberikan keris bernama Ki Lobar.
Sang mertua, meminta Sang Angga Tirta untuk menjadi raja di daerah Bangli, namun dia menolak dan lebih memilih untuk bertapa di Batu Madeg. Sedangkan istri dan anaknya yang bernama I Dewa Garba Jata tinggal di Tirta Harum. Ketika anaknya dewasa, dia mencari Sang Angga Tirtha ke tempat pertapaannya untuk mengajaknya pulang. Tetapi ia tidak berkenan pulang, putranya pun disuruh kembali untuk menjadi raja di Kerajaan Taman Bali, dan memberikan petuah untuk tetap nyawi ke Tirta Harum serta menjaga keris Ki Lobar. Akhirnya, I Dewa Garba Jata berhasil membawa kejayaan Kerajaan Taman Bali sekaligus melanjutkan keturunannya bernama Satria Taman Bali, serta mengukuhkan Pura Tirta Harum. Piodalan Tirta Harum dilaksanakan pada Anggarkasih Juluwangi.