Pura Er Jeruk Sukawati: Oase Keagungan Bali, Simbol Kesuburan dalam Harmoni Keheningan dan Sejarah

Pura Er Jeruk merupakan salah satu pura Kahyangan Jagat yang terletak di Desa Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali. Pura ini dikelilingi oleh areal persawahan dan terletak persis di pinggir Pantai Purnama. Pura Er Jeruk bukan hanya sekadar tempat ibadah melainkan simbol kesuburan dan harapan bagi masyarakat Bali. Keberadaannya mencerminkan kekayaan budaya Bali yang kaya akan sejarah dan tradisi. Sebagai bagian dari Subak Gede Sukawati, pura ini berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem pertanian di sekitarnya

Oct 21, 2024 - 10:00
Oct 19, 2024 - 20:33
Pura Er Jeruk Sukawati: Oase Keagungan Bali, Simbol Kesuburan dalam Harmoni Keheningan dan Sejarah
Pura Er Jeruk (Sumber: Koleksi Pribadi)
Pura Er Jeruk Sukawati: Oase Keagungan Bali, Simbol Kesuburan dalam Harmoni Keheningan dan Sejarah

Pura Er Jeruk diperkirakan berdiri sejak abad ke-10 Masehi, pada masa pemerintahan Sri Wira Dalem Kesari Warmadewa. Beliau dikatakan membangun pura ini bersama dengan beberapa pura lainnya seperti Pura Penataran Agung, Pura Bukit Lempuyang, dan Pura Uluwatu. Pura ini juga dikaitkan dengan kehadiran Empu Kuturan pada abad ke-11 Masehi dan Dang Hyang Nirartha pada abad ke-15/16 Masehi. Dang Hyang Nirartha sendiri dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah Pura Er Jeruk.

Pura Erjeruk dikenal sebagai Pura Dang Kahyangan karena memiliki hubungan erat dengan dua tokoh spiritual besar, yakni Mpu Kuturan dan Dang Hyang Nirartha. Salah satu simbol yang memperkuat status Pura Erjeruk sebagai Pura Dang Kahyangan adalah keberadaan patung pendeta suami-istri dengan sikap Tri Kona. Patung pria digambarkan duduk dalam posisi padmasana, sementara patung wanita duduk dalam sikap bajrasana. Sikap Tri Kona ini melambangkan peran pendeta sebagai Adi Guru Loka, yang menanamkan nilai-nilai Tri Kona kepada masyarakat. Tri Kona mengajarkan keseimbangan dalam hidup melalui tiga prinsip utama, Utpati (mencipta), Stithi (melindungi), dan Pralina (mengakhiri atau meluruhkan sesuatu yang sudah tidak bermanfaat). Ajaran ini bertujuan untuk mendorong masyarakat agar hidup seimbang dan bijaksana, menciptakan dan melindungi yang baik, serta mengakhiri yang sudah usang atau tidak lagi bermanfaat.

Palinggih Ratu Penganten dan Ratu Brayut di Pura Er Jeruk (Sumber : Koleksi Pribadi)

Pura Er Jeruk memiliki fungsi yang penting bagi masyarakat Hindu di Bali, khususnya bagi para petani di sekitar Sukawati. Pura ini diyakini sebagai sumber kesuburan bagi tanah dan tanaman, sehingga para petani sering memohon keselamatan dan hasil panen yang melimpah di sini. Pura ini diempon oleh sekitar 1.500 krama subak, yang merupakan kelompok petani di wilayah tersebut, menunjukkan betapa pentingnya peran pura ini dalam kehidupan sehari-hari masyarakat lokal. Selain itu, Pura Er Jeruk juga dikenal sebagai tempat untuk memohon keturunan. Banyak pasangan suami istri yang datang ke pura ini untuk berdoa agar dikaruniai anak.

Palinggih Ratu Brayut secara khusus digunakan untuk memohon kesuburan. Letaknya berada di sebelah kanan Kori Agung  dan menghadap ke arah barat. Bentuk bangunan palinggih ini berupa gedong yang terbuka di bagian depan, sedangkan sisi-sisi lainnya tertutup. Ada cerita tradisional yang berkembang di masyarakat bahwa arca-arca yang tersimpan di palinggih ini memiliki hubungan erat dengan kekuasaan Dalem Waturenggong, seorang raja yang memiliki pengaruh besar di Bali pada masa pemerintahannya. Selain itu, terdapat juga Palinggih Ratu Penganten yang posisinya berada di sebelah kanan palinggih Ratu Brayut. Bangunan ini menyerupai padmasari dan diyakini memiliki kaitan erat dengan Palinggih Ratu Brayut.

Areal Utama Mandala Pura Er Jeruk (Sumber: Koleksi Pribadi)

Secara struktur, Pura Er Jeruk terbagi menjadi tiga halaman atau tri mandala, jaba sisi (halaman luar), jaba tengah (halaman tengah), dan jeroan (halaman dalam). Masing-masing halaman dibatasi oleh tembok pembatas yang terbuat dari batu hitam (andesit). Di halaman tengah (jaba tengah) terdapat Palinggih Gedong yang diyakini sebagai stana Ratu Gede atau orang besar yang pernah berkuasa di Bali, yaitu Dalem Waturenggong. Sementara di halaman dalam (jeroan) terdapat tidak kurang dari 26 palinggih (tempat suci).

Pura Er Jeruk, sebagai salah satu Pura Kahyangan Jagat di Bali, memiliki berbagai upacara dan ritual yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat. Salah satu upacara penting adalah Nyenuk, di mana ribuan krama (masyarakat) berpartisipasi dalam prosesi dari Pura Er Jeruk menuju Pura Desa Sukawati. Ritual ini bertujuan untuk mempersembahkan rasa terima kasih atas proses karya yang telah berlangsung dengan baik di pura tersebut. Sebagai ungkapan syukur, masyarakat mempersembahkan pala bungkah dan pala gantung kepada Bhatara, sebagai bentuk penghormatan dan ucapan terima kasih.Upacara lainnya adalah Nanggluk Merana, yang biasanya dilaksanakan saat Sasih Keenem (bulan keenam dalam kalender Bali). Ritual ini berfungsi untuk memohon keselamatan dan kesuburan bagi masyarakat serta lahan pertanian mereka. Dalam upacara ini, masyarakat melakukan persembahan dan doa untuk mendapatkan berkah dari para dewa. Tawur Agung adalah upacara besar yang dilakukan untuk membersihkan lingkungan dan memohon keselamatan bagi seluruh umat. Upacara ini melibatkan berbagai elemen masyarakat dan biasanya diadakan menjelang hari raya besar, seperti Hari Raya Nyepi.

Pura Er Jeruk tidak hanya menjadi tempat beribadah, tetapi juga simbol kesatuan dan keseimbangan dalam kehidupan masyarakat Bali. Dengan berbagai ritual dan upacara yang dilaksanakan, pura ini memperkuat ikatan spiritual dan sosial antarwarga, serta menjadi pusat harapan bagi kesuburan dan keselamatan. Melalui keberadaan dan fungsinya, Pura Er Jeruk mencerminkan nilai-nilai budaya dan tradisi yang masih dijunjung tinggi oleh masyarakat hingga saat ini.