Sang Brahmana Suci yang Membelah Pulau Bali dan Jawa

Ida Danghyang Sidhi Mantra, atau Mpu Sidhi Mantra, adalah sosok legendaris Bali yang memancarkan aura misteri dan kekuatan luar biasa. Sebagai Brahmana agung, ia bukan hanya bijak, tetapi juga memiliki kemampuan mistis yang jarang dimiliki manusia biasa. Dengan tekad untuk menyebarkan dharma (kebenaran), ia menjelajahi dunia spiritual dan meninggalkan jejak abadi. Salah satu kisah paling menakjubkan tentangnya adalah kemampuannya membelah Pulau Bali dan Jawa

Jul 30, 2025 - 20:42
Nov 13, 2024 - 18:45
Sang Brahmana Suci yang Membelah Pulau Bali dan Jawa
Ida Dang Hyang Sidhi Mantra (sumber: koleksi pribadi)

Ida Dang Hyang Sidhi Mantra berasal dari keluarga brahmana yang sangat terhormat. Ayahnya adalah seorang brahmana yang dihormati tidak hanya karena pengetahuan agamanya yang mendalam, tetapi juga karena kebijaksanaannya dalam menasihati raja-raja serta masyarakat. Sejak kecil, Ida Dang Hyang Sidhi Mantra dididik dalam lingkungan yang kental dengan ajaran spiritual. Kehidupan sehari-harinya dipenuhi dengan pelajaran tentang Weda, mantra-mantra suci, dan filsafat Hindu. Ia belajar tidak hanya melalui teks-teks kuno, tetapi juga dari pengalaman langsung dalam ritual dan meditasi. Sejak usia muda, ia menunjukkan bakat luar biasa dalam memahami ajaran agama, sehingga para gurunya percaya bahwa ia akan menjadi seorang tokoh spiritual yang besar di masa depan. 

Ida Danghyang Sidhi Mantra sebagai seorang Brahmana (sumber: Koleksi Pribadi)

Sebagai seorang brahmana, Danghyang Sidhi Mantra dikenal sebagai orang yang selalu membantu sesama tanpa pamrih. Keberadaannya menjadi simbol kebijaksanaan dan spiritualitas. Banyak raja dan bangsawan yang datang meminta nasihatnya, tetapi ia tidak pernah terikat pada kekuasaan duniawi. Ia hidup sederhana dan mengabdikan hidupnya untuk kebenaran.

Suatu hari, Sidhi Mantra menerima wahyu dari para dewa bahwa ia harus melakukan perjalanan mengelilingi Pulau Bali. Pada masa itu, Pulau Bali adalah tempat yang penuh dengan energi gelap dan kekuatan negatif akibat pemerintahan raja-raja yang sewenang-wenang. Rakyat Bali menderita karena tekanan pajak yang berat, ketidakadilan, dan kekuasaan yang tiran. Para dewa meminta Danghyang Sidhi Mantra untuk membawa cahaya spiritual dan kedamaian ke pulau itu.  Danghyang Sidhi Mantra mulai berkeliling desa-desa, mengajarkan ajaran kebijaksanaan dan nilai-nilai agama Hindu. Ia selalu menekankan pentingnya kehidupan yang harmonis, hubungan dengan alam, dan kebajikan. Keberadaan Danghyang Sidhi Mantra di Bali segera menarik perhatian banyak orang, karena setiap kali ia berdoa atau melakukan upacara, tempat tersebut dipenuhi dengan aura ketenangan dan kesejahteraan.

Naga Basuki seekor naga yang sangat kuat yang melindungi harta karun Bali (sumber: Koleksi Pribadi)

Namun, Danghyang Sidhi Mantra tahu bahwa ada tantangan besar yang menantinya. Kekuatan negatif terbesar yang harus ia hadapi adalah Naga Basuki, seekor naga raksasa sakti yang menjaga harta karun alam Bali. Naga Basuki adalah simbol kekayaan alam, tetapi kekuatannya telah disalahgunakan oleh Raja Bali. Raja menggunakan kekuatan Naga Basuki untuk menindas rakyat, memeras kekayaan alam Bali, dan memperkuat kekuasaannya. Rakyat hidup dalam ketakutan akan kekuatan raja dan naga yang memerintah pulau itu. Danghyang Sidhi Mantra menyadari bahwa ia harus menenangkan Naga Basuki dan mengembalikan keseimbangan. 

Dengan penuh keyakinan, Sidhi Mantra pergi ke tempat suci di Gunung Agung, di mana Naga Basuki tinggal di dalam sebuah gua yang dalam. Dalam perjalanan ini, Siddhi Mantra berdoa dan bermeditasi selama berhari-hari, memohon kekuatan dan petunjuk dari para dewa. Ia tahu bahwa ia tidak bisa melawan Naga Basuki dengan kekerasan, karena naga itu memiliki kekuatan yang luar biasa. Sebaliknya, ia memutuskan untuk menggunakan kebijaksanaan dan pendekatan spiritual.Dalam meditasinya, ia memohon kepada para dewa untuk memberikan hujan agar tanaman bisa tumbuh kembali dan masyarakat bisa terbebas dari kelaparan. Setelah melakukan ritual suci, hujan deras pun turun, membawa kesuburan kembali ke tanah Bali.

Ida Danghyang Sidhi Mantra bertemu dengan Sang Naga Basuki (sumber: Koleksi Pribadi)

Setelah persiapan panjang, Danghyang Sidhi Mantra akhirnya bertemu dengan Naga Basuki. Naga raksasa itu muncul dari dalam gua dengan tubuh bersisik yang besar, matanya berkilauan dengan cahaya api, dan napasnya berbau belerang. Naga Basuki bertanya dengan suara gemuruh,

“Siapakah yang berani datang ke hadapanku? Apa yang kau inginkan, manusia?”

Sidhi Mantra dengan tenang menjawab, “Aku datang bukan untuk menantangmu, wahai Basuki. Aku datang untuk mengingatkanmu akan tugas sejati yang telah diberikan oleh para dewa. Kau adalah pelindung, bukan penghancur. Kau adalah penjaga keseimbangan alam, bukan alat penindas.”

Mendengar kata-kata Sidhi Mantra, Naga Basuki terdiam. Ia belum pernah mendengar seseorang berbicara kepadanya dengan ketenangan dan kebijaksanaan seperti itu. Biasanya, semua orang yang datang kepadanya hanya dipenuhi ketakutan atau keinginan kekuasaan. Namun, kata-kata Siddhi Mantra mengingatkannya akan tugas sucinya. Setelah perdebatan yang panjang, Naga Basuki setuju untuk membantu Sidhi Mantra. Bersama-sama, mereka menentang kekuasaan raja. Dengan kesaktiannya, Siddhi Mantra mengeluarkan kekuatan spiritual yang sangat kuat, dan bersama dengan Naga Basuki, mereka menghancurkan kekuatan negatif yang telah mendominasi Bali. Raja yang tiran itu kehilangan kekuasaannya, dan rakyat Bali akhirnya terbebas dari penindasan. Setelah berhasil membawa kedamaian ke Bali, Danghyang Sidhi Mantra hidup di pulau itu selama beberapa tahun. Ia terus mengajarkan ajaran-ajaran spiritual kepada masyarakat dan memperkuat hubungan antara manusia, alam, dan para dewa. Selama waktu ini, ia menjadi sosok yang sangat dihormati di seluruh Bali. Ia memiliki seorang putra melalui ritual api yang dilaksanakannya dan diberi nama nama Manik Angkeran. Meskipun Sidhi Mantra adalah seorang brahmana yang bijaksana, Manik Angkeran tumbuh menjadi pemuda yang rakus dan serakah. Ia selalu tergoda oleh harta benda dan kekuasaan duniawi.

Ida Danghyang Sidhi Mantra menghidupkan kembali Manik Angkeran (sumber: Koleksi Pribadi)

Suatu hari, Manik Angkeran mengetahui tentang kekayaan yang dijaga oleh Naga Basuki. Dengan keinginan yang besar untuk memiliki kekayaan itu, ia diam-diam pergi ke Gunung Agung dan mencoba mencuri harta karun yang dijaga oleh Naga Basuki. Ketika Naga Basuki menyadari hal ini, ia menjadi sangat marah. Dalam kemarahannya, Naga Basuki membakar Manik Angkeran dengan semburan api sakti. Manik Angkeran pun tewas seketika. 

Danghyang Sidhi Mantra yang mengetahui apa yang terjadi sangat sedih. Ia merasa terpukul oleh kematian putranya, tetapi ia juga paham bahwa keadilan harus ditegakkan. Meski begitu, ia tidak tega melihat putranya mati dalam keadaan seperti itu. Dengan kekuatan spiritual yang dimilikinya, Sidhi Mantra memohon kepada Naga Basuki untuk menghidupkan kembali Manik Angkeran. Naga Basuki, yang telah menyaksikan kebijaksanaan Sidhi Mantra selama ini, setuju dengan satu syarat: Manik Angkeran harus meninggalkan kehidupan duniawi yang rakus dan menjalani hidup dengan penuh kebajikan. Sidhi Mantra pun setuju dengan syarat tersebut

Manik Angkeran kemudian dihidupkan kembali. Setelah mengalami kematian dan hidup kembali, ia merasa sangat menyesal atas perbuatannya. Ia berjanji kepada ayahnya dan Naga Basuki untuk menjalani hidup yang lurus dan penuh kebajikan. Kemudian Sidhi Mantra Membelah Pulau Bali dan Pulau Jawa agar Manik Angkeran mengabdikan hidupnya untuk membantu sesama, menjalankan ajaran ayahnya, dan membawa kedamaian bagi dirinya sendiri serta orang lain

Ida Danghyang Sidhi Mantra memutuskan untuk kembali ke alam spiritual (sumber: Koleksi Pribadi)

Setelah menyelesaikan tugas spiritualnya di Bali, Danghyang Siddhi Mantra merasa bahwa waktunya di dunia ini sudah selesai. Ia memutuskan untuk kembali ke alam spiritual dan mengakhiri kehidupannya sebagai manusia. Namun, sebelum ia pergi, ia meninggalkan ajaran-ajaran suci dan petunjuk spiritual yang hingga kini masih diwariskan dalam tradisi dan upacara keagamaan Hindu di Bali.

Files