Bhairava Avatara: Sang Pemenggal Kepala Dewa Brahma
Dewa Siwa menciptakan Bhairava untuk menghukum Brahma yang berbohong dalam ujian pilar api, mengklaim dapat menemukan ujungnya. Sebagai konsekuensi, Bhairava memenggal salah satu kepala Brahma, yang kemudian berubah menjadi Chaturmukha, memiliki empat wajah yang mewakili empat Veda. Tindakan ini mengajarkan pentingnya kebenaran dan kerendahan hati. Bhairava pun menjadi simbol perlindungan dan pengingat akan konsekuensi dari keangkuhan.

Di awal penciptaan alam semesta, Trimurti—Brahma, Wisnu, dan Siwa—memiliki peran penting. Brahma menciptakan alam, Wisnu menjaga, dan Siwa menghancurkan untuk regenerasi. Brahma, dengan lima wajahnya, mengamati dan menciptakan makhluk untuk mengisi dunia. Kisah ini menceritakan perdebatan antara Dewa Mahavishnu dan Dewa Brahma, yang masing-masing merasa memiliki peran paling penting dalam alam semesta. Mahavishnu, sang pelindung, mengklaim dirinya sebagai yang tertinggi, sementara Brahma, sang pencipta, juga merasa layak mendapat kedudukan tertinggi.
Ilustrasi Trimurti—Brahma, Wisnu, dan Siwa (Sumber : Koleksi Pribadi)
Perselisihan antara Mahavishnu dan Brahma memanas hingga muncul pilar api besar yang memancarkan cahaya luar biasa. Suara dari langit berkata bahwa siapa pun yang menemukan ujung atau pangkal pilar itu akan menjadi penguasa tertinggi. Mahavishnu dan Brahma menerima tantangan itu. Mahavishnu berubah menjadi babi hutan (Varaha) dan mulai menggali ke dalam bumi untuk mencari dasar pilar api. Brahma, penuh kesombongan, mengabaikan bagian bawah pilar dan fokus mencari puncaknya. Bersama seekor angsa, ia terbang menuju langit, yakin bisa mencapai puncak lebih cepat daripada Mahavishnu yang menggali di bumi. Mahavishnu, setelah gagal menemukan dasar pilar, mengakui ketidakmampuannya dan kembali. Sementara itu, Brahma berbohong, mengklaim telah mencapai puncak pilar meskipun tidak menemukannya.
Ilustrasi Bhairava memenggal kepala Dewa Brahma (Sumber : Koleksi Pribadi)
Dewa Siwa, marah atas kebohongan Brahma, menciptakan Bhairava sebagai manifestasi kemarahannya. Bhairava muncul dalam bentuk menakutkan, Ugramurti, untuk menghukum Brahma. Bhairava mencabut salah satu dari lima kepala Brahma, mengubahnya dari Panchamukha (berkepala lima) menjadi Chaturmukha (berkepala empat). Tindakan ini membuat Bhairava terkena dosa besar, yaitu Brahmahatya, yang merupakan salah satu dosa paling berat dalam ajaran Hindu.
Setelah mencabut kepala Brahma, Bhairava merasa bersalah dan mencari pengampunan dari Siwa. Siwa memberi kesempatan untuk menebus dosa dengan mengembara, membawa mangkuk dari tengkorak Brahma, dan berendam di tempat-tempat suci untuk membersihkan dosa tersebut. Untuk menemani Bhairava, Siwa menciptakan Bhairavi, wanita dengan kekuatan ilahi yang setara. Bersama, mereka mengembara dan berziarah ke tempat suci, mengemis dengan mangkuk tengkorak Brahma untuk menebus dosa. Meski telah mengunjungi banyak tempat suci, Bhairava merasa dosanya belum terhapus. Siwa menyarankan agar Bhairava pergi ke Varanasi dan berendam di Sungai Gangga, yang diyakini dapat menghapus segala dosa. Bhairava mengikuti nasihat Siwa, pergi ke Varanasi, dan berendam di Sungai Gangga bersama Bhairavi. Mangkuk tengkorak Brahma ikut terhanyut, menghapus dosa-dosanya. Tempat tersebut dikenal sebagai Kapalamochana Thirtha, yang dipercaya menghapus dosa Brahmahatya.
Ilustrasi Pertarungan Bhairava dengan Dewa Indra (Sumber : Koleksi Pribadi)
Meskipun Bhairava telah menebus dosa dan merasakan pembersihan spiritual, sifat ganasnya tetap ada. Ia bertempur melawan para dewa di surga dan bahkan berhasil mengalahkan Indra tanpa izin dari Siwa, menciptakan kekacauan yang memicu ketegangan di antara para dewa. Indra melaporkan tindakan ini kepada Siwa, yang kemudian mengutuk Bhairava menjadi pohon Damanaka, yang berarti “penghenti kesombongan para dewa.” Setelah menjalani hukuman, Bhairava memohon ampun kepada Siwa, dan Siwa mengampuninya dengan menetapkan bahwa setiap penyembah para dewa juga harus menyembah Bhairava.
Ilustrasi umat Hindu menyembah Bhairava (Sumber : Koleksi Pribadi)
Dengan pengampunan tersebut, Bhairava dihormati sebagai pelindung keseimbangan kosmik dan penjaga dari kejahatan dalam agama Hindu. Kehadirannya menjadi simbol penting dalam menjaga tatanan alam semesta dan mengingatkan para penyembah akan pentingnya kerendahan hati. Sebagai entitas yang memiliki kekuatan dan karakter ganda, Bhairava mengajarkan bahwa bahkan dalam sifat yang ganas, ada ruang untuk pencerahan dan pengabdian. Maka, ia menjadi sosok yang dihormati dan dipuja dalam banyak ritual dan tradisi Hindu.