Kisah Nandi: Rekan Abadi Dewa Siwa
Di India Kuno, Rsi Shilada memohon kepada para Dewa untuk diberkati seorang putra. Setelah melakukan pertapaan yang dahsyat, Dewa Siwa mengabulkan permintaan itu dan lahirlah Nandi. Nandi tumbuh menjadi anak pintar dan berhati mulia. Namun, hidup Nandi diramal akan berlangsung pendek, bagaimana kisah Nandi selanjutnya?

Pada zaman dahulu, di era India kuno, hiduplah seorang Rsi bernama Shilada. Meski telah lanjut usia, Shilada masih belum memiliki keturunan, yang membuatnya sangat khawatir. Ia merasa takut bahwa hingga akhir hayatnya, ia tidak akan mendapatkan seorang anak yang dapat melanjutkan garis keturunannya. Berdasarkan saran dari para leluhurnya, Shilada memutuskan untuk melakukan pertapaan, doa, dan penebusan dosa yang keras demi memohon anugerah dari para Dewa untuk diberikan seorang putra.
Rsi Shilada sedang Melakukan Pertapaan (Sumber: Koleksi Pribadi)
Melihat dedikasi dan ketulusan Shilada, Dewa Siwa merasa senang dan memutuskan untuk menampakkan diri di hadapan Rsi tersebut. Dengan penuh kasih, Dewa Siwa menanyakan kepada Shilada apa yang diinginkannya sebagai anugerah. Rsi Shilada, dengan penuh hormat, memohon agar Dewa Siwa memberikan seorang putra yang kuat seperti Dewa Siwa dan diberkahi umur panjang.
Dewa Siwa muncul di Hadapan Rsi Shilada (Sumber: Koleksi Pribadi)
Beberapa waktu berlalu, saat Rsi Shilada sedang melakukan Yajna untuk Dewa Siwa, sebuah kejadian ajaib terjadi. Dari api Yajna yang suci, muncul seorang anak laki-laki yang bersinar terang, secerah matahari. Cahaya anak itu memancarkan aura yang berbeda daripada anak pada umumnya, seperti yang dijanjikan oleh Dewa Siwa. Rsi Shilada sangat bahagia melihat anak tersebut dan langsung memuji kebesaran Dewa Siwa atas anugerah yang telah diberikan.
Lahirnya Nandi dari Api Yajna (Sumber: Koleksi Pribadi)
Dengan penuh kebahagiaan, Rsi Shilada membawa anak yang lahir dari api Yajna tersebut ke rumahnya. Anak itu diberinya nama Nandi. Shilada yakin bahwa Nandi akan menjadi anak yang istimewa, sesuai dengan harapannya selama ini. Ia merasakan kebahagiaan yang mendalam dan bersyukur atas keajaiban yang telah terjadi.
Tujuh tahun setelah kelahiran Nandi, dua Brahmana bernama Mitra dan Varuna datang ke gubuk sederhana tempat tinggal Rsi Shilada. Shilada menyambut kedua tamu tersebut dengan penuh hormat. Ia segera menyediakan makanan dan minuman untuk kedua Brahmana, memastikan mereka merasa nyaman selama di rumahnya. Mitra dan Varuna merasa dihormati dan berterima kasih atas sambutan hangat dari Shilada .
Rsi Shilada menyambut kedatangan Mitra dan Varuna (Sumber: Koleksi Pribadi)
Rsi Shilada dan Nandi Meminta Berkat kepada Mitra dan Varuna (Sumber: Koleksi Pribadi)
Mitra dan Varuna pertama-tama memberikan berkat kepada Shilada. Mereka memberinya doa panjang umur dan kebahagiaan, sebagai ungkapan terima kasih atas kebaikan dan pelayanan yang telah diberikan kepada mereka. “Semoga hidupmu penuh dengan kedamaian dan kesejahteraan, Shilada,” kata mereka, memberinya semangat dan doa.
Setelah kepergian Mitra dan Varuna, Shilada merasakan ada sesuatu yang sangat aneh. Ekspresi kesedihan yang ditunjukkan oleh kedua Brahmana itu membekas dalam pikirannya. Merasa tidak tenang, ia segera berlari keluar rumah, mengejar Mitra dan Varuna untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.
Rsi Shilada berbicara dengan Mitra dan Varuna (Sumber: Koleksi Pribadi)
Dengan hati yang berat, Shilada kembali ke rumah, tak sanggup menahan kesedihannya. Setibanya di rumah, ia terjatuh di tanah, tak mampu berdiri karena beban emosional yang terlalu besar. Nandi, yang melihat ayahnya dalam kondisi tersebut, segera mendekat dan bertanya apa yang telah terjadi. Dengan suara bergetar, Shilada mengungkapkan kabar buruk yang disampaikan oleh Mitra dan Varuna, bahwa Nandi akan segera tiada di usia yang sangat muda.
Nandi Menghampiri Ayahnya yang Terjatuh (Sumber: Koleksi Pribadi)
Mendengar kabar tersebut, Nandi malah tertawa dan menenangkan ayahnya. Dengan penuh keyakinan, ia berkata kepada Shilada, “Ayah, jangan khawatir. Aku adalah anugerah dari Dewa Siwa, dan aku percaya bahwa Dewa Siwa tidak akan meninggalkanku.” Kepercayaan Nandi kepada Dewa Siwa begitu besar sehingga ia tidak merasa takut akan kematian. Kata-kata Nandi memberikan sedikit ketenangan kepada Shilada, meskipun hati Shilada masih penuh kecemasan.
Atas izin dari ayahnya, Nandi memutuskan untuk pergi ke tepi sungai Bhuvan untuk melakukan pertapaan. Ia bertekad untuk bertapa dan melakukan penebusan dosa kepada Dewa Siwa, dengan harapan agar ia diberikan umur yang panjang. Meskipun masih muda, Nandi menunjukkan keteguhan hati yang luar biasa, dengan keyakinan bahwa Dewa Siwa akan mendengar doanya. Pertapaan ini menjadi langkah awalnya dalam mencari keselamatan dari nasib yang telah diramalkan.
Nandi sedang melakukan pertapaan (Sumber: Koleksi Pribadi)
Nandi Bertemu dengan Dewa Siwa (Sumber: Koleksi Pribadi)
Ketika melihat Dewa Siwa di hadapannya, Nandi seketika melupakan bahwa ia bertapa untuk meminta umur yang panjang. Nandi justru meminta agar ia bisa selalu berada di sisi Dewa Siwa, menjadi pelayan-Nya sepanjang waktu. Dewa Siwa terharu oleh kesetiaan dan ketulusan Nandi, dan berkata, “Kau bertapa untuk meminta umur panjang, tetapi setelah melihatku, kau melupakan keinginanmu itu. Karena itu, kau akan selalu setia di sisiku. Kelahiran dan kematian tidak akan lagi mempengaruhimu, dan kau akan menjadi tungganganku selamanya.”
Dewa Siwa dan Nandi dalam wujud barunya (Sumber: Koleksi Pribadi)
Sebagai bentuk penghargaan atas dedikasi dan kesetiaan Nandi, Dewa Siwa pertama-tama memeluk Nandi dengan penuh kasih sayang. Kemudian, Dewa Siwa memberikan Nandi wujud banteng yang kuat, simbol kekuatan dan keteguhan. Dengan wujud tersebut, Nandi diterima sebagai kendaraan utama Dewa Siwa, yang akan selalu berada di sisi-Nya dalam segala perjalanan. Hubungan mereka kini menjadi abadi, dengan Nandi yang setia melayani Dewa Siwa sepanjang masa. Apapun yang Nandi dengar dan rasakan, Dewa Siwa juga akan mendengar dan merasakannya.