Mahaprasthanika Parwa: Perjalanan Terakhir Pandawa

Salah satu bagian dari epik Mahabharata, khususnya dari kitab ke-17. Diceritakan perjalanan terakhir Pandawa setelah perang besar di Kurukshetra dan berakhirnya pemerintahan mereka di Hastinapura. Yudistira dan saudara-saudaranya Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa, serta Draupadi, memulai perjalanan terakhir menuju Gunung Himalaya untuk mencapai surga.

Nov 4, 2024 - 11:56
Oct 24, 2024 - 19:34
Mahaprasthanika Parwa: Perjalanan Terakhir Pandawa
Mahaprasthanika Parwa (Sumber : Koleksi Pribadi)

Raja Yudhistira menerima berita tentang pembantaian massal di kalangan bangsa Wrishni dan bahwa Krishna telah pergi ke surga. Menghadapi kenyataan bahwa saat akhir telah tiba, Yudhistira dan adik-adiknya memutuskan untuk meninggalkan dunia ini. Mereka menyerahkan pemerintahan kepada Yuyutsu, putra pamannya, yang ditugaskan untuk mengawasi kerajaan Kaurawa, sementara Parikshit diangkat sebagai raja.

Setelah mengatur segalanya, Yudhistira melakukan upacara Sraddha untuk menghormati arwah keluarga yang telah meninggal dan memberikan berbagai hadiah kepada para Brahmana. Dia juga mengumumkan bahwa Kripa akan menjadi guru negara dan Parikshit sebagai muridnya, serta niat mereka untuk mengundurkan diri ke alam kekal. Meskipun rakyat sangat menyesal dan tidak setuju, Yudhistira dan saudara-saudaranya tetap melanjutkan keputusan mereka.

Pandawa Memulai Perjalanan (Sumber : Koleksi Pribadi)

Mereka menanggalkan pakaian kebesaran dan mengenakan penutup tubuh dari kulit kayu, lalu memulai perjalanan mereka menuju alam kekal dengan disertai seekor anjing setia. Rombongan itu melewati berbagai negara, sungai, lautan, dan hutan, hingga tiba di laut berwarna merah. Di tengah laut, mereka melihat api yang menjulang tinggi. Api tersebut ternyata adalah Dewa Agni. Dewa Api meminta agar Arjuna melemparkan senjata sakti Gandiwa ke laut dan menyebutkan bahwa senjata-senjata tersebut akan kembali ke tempatnya saat waktunya tiba. Arjuna mengikuti permintaan tersebut dan melemparkan senjatanya ke laut, setelah itu Dewa Agni menghilang.

Arjuna Membuang Senjata Sakti Gandiwa ke Laut (Sumber : Koleksi Pribadi)

Perjalanan dilanjutkan menuju arah selatan dan barat, hingga mereka mencapai tepi pantai selatan dan melihat kota Dwaraka telah tenggelam akibat air pasang. Meskipun kota itu hancur, mereka terus melanjutkan perjalanan mereka ke utara, meninggalkan Dwaraka yang telah tenggelam, dengan tekad untuk berjalan mengelilingi dunia sampai nafas terakhir.

Di utara, Yudhistira dan saudara-saudaranya mencapai gunung Himalaya, kemudian melintasi gurun pasir luas hingga melihat puncak Gunung Meru. Mereka melanjutkan perjalanan dengan penuh konsentrasi yoga, tetapi Draupadi jatuh dan meninggal. Bhima bertanya mengapa Draupadi, yang tidak berdosa, gugur, dan Yudhistira menjelaskan bahwa dia menerima pahala dari cintaannya pada Arjuna.

Perjalanan berlanjut dan Sahadewa juga jatuh dan meninggal. Yudhistira menyebutkan bahwa Sahadewa terlalu menonjolkan kecerdasannya sendiri, sehingga harus menebus kesalahan sikapnya.

Nakula, yang juga gugur karena terlalu membanggakan penampilannya, meninggal di tempat itu. Yudhistira menjelaskan bahwa Nakula harus membayar akibat dari kebanggaan diri.

Arjuna, setelah melihat saudara-saudaranya gugur tidak lagi kuat melakukakn perjalanannya, ia akhirnya juga jatuh. Yudhistira menjelaskan bahwa Arjuna gagal memenuhi janjinya untuk menghancurkan musuh dalam satu hari, dan karena itu harus menanggung konsekuensi dari sikapnya yang meremehkan pemanah lainnya.

Tidak lama kemudian Bhima akhirnya jatuh, untuk terakhir kalinya Bhima bertanya kepada Yudhistira tentang nasibnya. Yudhistira menjelaskan bahwa Bhima terlalu fokus pada makan dan kekuatan fisik, yang menyebabkan dia hanya dapat bertahan sampai titik itu. Akhirnya, Yudhistira melanjutkan perjalanan sendirian, diiringi hanya oleh seekor anjing setia.

Munculnya Dewa Indra dan Dewa Dharma (Sumber : Koleksi Pribadi)

Tidak lama setelah perjalanan, Dewa Indra muncul dan mengundang Yudhistira naik ke kereta surga. Namun, Yudhistira menolak karena semua saudaranya dan Draupadi telah gugur. Ia bersikeras agar Draupadi dan anjing setianya turut dibawa ke surga. Indra menjelaskan bahwa saudara-saudaranya dan Krishna telah berada di surga lebih dahulu, dan bahwa tempat di surga tidak tersedia untuk mereka yang bersama anjing. Yudhistira tetap menolak untuk meninggalkan anjingnya, karena ia berpegang pada prinsip kesetiaan dan perlindungan terhadap yang membutuhkan. Tiba-tiba, anjing itu berubah menjadi Dewa Dharma, yang mengakui kebajikan Yudhistira dan memberikan pujian atas kesetiaan dan keadilan yang ditunjukkannya. Dewa Dharma menyatakan bahwa Yudhistira layak memperoleh kemuliaan dan kesenangan tertinggi.

Yudisthira berada di Surga (Sumber : Koleksi Pribadi)

Bersama para dewa dan rishi, Yudhistira naik ke kereta surga dan melesat ke angkasa dengan cahaya yang gemerlap. Narada dan para dewa memuji Yudhistira sebagai yang terbaik dari semua raja dan pandita. Yudhistira, meski sangat dihargai di surga, tetap menegaskan kehendaknya untuk bersama saudara-saudaranya dan Draupadi. Dia menyatakan bahwa dia tidak ingin tempat lain kecuali di mana mereka berada. Indra menegaskan bahwa Yudhistira telah mencapai tingkat tertinggi dan seharusnya merasa puas dengan pencapaiannya. Namun, Yudhistira tetap pada keputusannya untuk bergabung dengan saudaranya dan Draupadi, yang menjadi tujuannya.

Files