Garuda Purana : Perjalanan Sang Roh Setelah Meninggal
Percakapan Dewa Wisnu dengan Garuda yang membahas tentang kerajaan Dewa Yama serta bagaimana perjalanan para Roh setelah meninggal
Dalam percakapan antara Garuda dan Dewa Wisnu, Garuda menanyakan tentang Kerajaan Dewa Yama. Dewa Wisnu tidak hanya menjelaskan Kerajaan Yama, tetapi juga menjelaskan tentang yang harus diikuti setelah kematian. Saat kematian, utusan Dewa Yama tiba di tempat kejadian. Jiwa dapat melihat utusan Dewa Yama dan pelayan Dewa Wisnu. Jiwa harus menjalani perjalanan yang jauh untuk mencapai dunia Yama. Jalan menjadi sulit bagi orang berdosa, sementara orang berbuat baik menemui jalan yang nyaman.
Dewa Wisnu kemudian menggambarkan Dewa Yama dengan empat lengan, memegang keong, cakram, busur, dan tongkat. Dewa Yama memperlakukan orang baik dengan hormat, sementara orang berdosa diperlakukan dengan keras. Dewa Yama menggunakan tongkat besi dan pentung untuk menghukum mereka, sambil duduk di atas seekor kerbau. Penampilannya menakutkan bagi orang berdosa dan bersinar bagi orang baik.
Kemudian Dewa Wisnu menjelaskan bahwa tubuh orang berdosa disiksa oleh utusan Dewa Yama pada hari ke-18 setelah kematian. Jiwa ditarik ke Kerajaan Yama, tempat banyak jiwa beristirahat sebelum mencapai tujuan akhir. Sambil beristirahat, tubuh halus merefleksikan tindakan masa lalu dan mampu melihat kembali perjalanan hidupnya.
Ketika jiwa mencapai Kerajaan Dewa Yama, ia dihadapkan pada keindahan dan keagungan kerajaan itu. Para jiwa harus melewati semua kota yang dijaga ketat oleh utusan Dewa Yama. Hanya pada bulan keenam, jiwa diizinkan beristirahat. Saat menjalani penyiksaan, jiwa menyadari kesalahan dan menyebrangi sungai Vaitrarani sebagai salah satu ujian.
Utusan Dewa Yama memperlakukan tubuh halus dengan amarah dan memukuli karena perbuatan buruknya semasa hidup. Mereka menyampaikan bahwa hanya perbuatan baik sendiri yang dapat menyelamatkan jiwa. Setelah setahun, jiwa mencapai tempat tinggal Dewa Yama yang dikenal sebagai Raja Dharma. Di sana, jiwa melihat Musisi Langit dan nimfa surgawi. Tempat itu dihuni oleh tubuh halus yang hidup dalam bentuk manusia atau Ilahi.
Di dalam tempat tinggal Dewa Yama, tinggal delapan Sravana, dan putra-putra Dewa Brahma, yang memiliki kemampuan untuk bergerak sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Mereka melakukan perjalanan dari surga, bumi, dan neraka. Mereka memiliki kemampuan untuk mengetahui detail kehidupan dan pikiran seseorang kemudian melaporkannya kepada Citragupta, mereka mengingatkan bahwa setiap tindakan baik dan buruk tercatat dalam siklus karma.
Orang yang berdosa dikirim ke neraka, menghadapi berbagai jenis penderitaan sesuai dengan perbuatannya. Dewa Yama memutuskan kemana tubuh halus harus pergi. Jika seseorang telah melakukan banyak dharma, ia harus dilahirlan Kembali sebagai manusia. Orang-orang berdosa dibuat dilahirkan kembali sebagai cacing, serangga, binatang, tumbuhan atau mereka dibuat kembali lagi ke neraka untuk menjalani penderitaan lebih lanjut. Semua ini tergantung pada jumlah Tindakan mulia yang dilakukan oleh seseorang ketika dia masih hidup. Beberapa orang berdosa dilahirkan kembali sebagai hantu, dan mereka akan menyiksa saudara mereka karena tidak melakukan ritual sraddha dan tidak mempersembahkan pinda kepada mereka.
Tidak ada gunanya melakukan upacara dalam jumlah berapa pun atau memberikan hadiah dalam jumlah berapa pun jika seseorang mengabaikan orang tua di usia tua mereka. Mengabaikan orang tua dianggap sebagai bentuk dosa terburuk.