Brahmachari: Brahmana tua Jelmaan Siwa dan Ujian Cinta Parwati
Kisah inspiratif tentang penebusan dosa Dewi Parwati untuk bersatu kembali dengan Dewa Siwa. Dalam upaya tanpa kenal lelah untuk melalui berbagai ujian dan penipuan, iman yang tak tergoyahkan. Pembuktikan bahwa cinta mampu mengatasi segala rintangan. Sebuah kesaksian kuat tentang keteguhan hati dan kesetiaan abadi.
Dalam Shiva Purana, Dewa Siwa memiliki berbagai inkarnasi untuk membantu para penyembah-Nya atau untuk melaksanakan misi ilahi. Salah satu inkarnasi-Nya yang penuh makna adalah Brahmachari, di mana Siwa mengambil bentuk seorang pertapa tua sebagai bagian dari ujian cinta dan pengabdian Dewi Parwati.
Para Inkarnasi Dewa Siwa (Sumber: Koleksi Pribadi)
Alasan Penebusan Dosa Dewi Parwati
Kisah ini bermula saat Dewi Parwati, istri Siwa dalam kelahiran sebelumnya sebagai Sati, ingin bersatu kembali dengan suaminya, Siwa. Namun karena dosa masa lalu yang besar, Parwati harus melakukan penebusan dosa yang berat untuk membersihkan dirinya. Dia menghabiskan ribuan tahun bertapa di dalam hutan, menantang segala macam kesulitan alam.
Dewi parwati bertapa di dalam hutan (Sumber: Koleksi Pribadi)
Selama musim panas, ia melakukan tapa di dekat api yang menyala-nyala. Di musim hujan, ia tidak terpengaruh oleh hujan lebat. Di musim dingin, ia membenamkan dirinya di air tanpa mempedulikan dingin. Ia berpuasa sambil bermeditasi kepada Dewa Siwa dan melantunkan "Namah Shivaay" sambil melakukan penebusan dosa.
Kemudian dia melakukan penebusan dosa besar dengan berdiri di atas satu kaki dan mengingat Dewa Siwa.
Ujian dari Para Saptarishi dan Siwa
Dewa Siwa yang mengawasi perjuangan dan keteguhan hati Parwati, memanggil para Saptarishi, tujuh orang bijak, untuk mengujinya.
Dewa Siwa berubah menjadi seorang brahmana tua (Sumber: Koleksi Pribadi)
Kemudian, Dewa Siwa sendiri menyamar sebagai seorang Brahmana tua dan mengunjungi Dewi Parwati untuk menguji kesungguhannya. Dalam penyamarannya, ia memberi tahu Dewi Parwati tentang segala kekurangan Dewa Siwa yaitu betapa buruknya penampilan-Nya, betapa kotor dan tidak terhormatnya Dewa Siwa, dan bagaimana Dia hidup dalam keterasingan. Meskipun mendengar semua celaan ini, Dewi Parwati tidak mengubah pendapatnya dan malah mulai menggambarkan keagungan Dewa Siwa.
Dialog Agung Tentang Siwa
Setelah mengatakan hal ini, Parvati, putri gunung, berhenti dan bermeditasi kepada Siwa dengan pikiran yang tenang. Mendengar kata-kata sang dewi, ketika petapa brahmana itu mulai mengatakan sesuatu, Parvati yang pikirannya tertuju kepada Siwa dan yang tidak suka mendengar komentar yang merendahkan Siwa segera berbicara kepada Vijaya, pembantunya.
Dewi Parwati kesal dengan perkataan brahmana, segera memanggil pelayannya (Sumber: Koleksi Pribadi)
Parvati berkata:
“Brahmana rendahan ini harus dicegah dengan keras. Dia cenderung mengatakan sesuatu lagi. Dia pasti akan mencela Siwa. Bukan saja dia yang merendahkan Siwa akan berdosa tetapi juga, dia yang mendengarnya. Seseorang yang meremehkan Siwa layak dibunuh oleh para pelayan Siwa. Jika itu seorang brahmana, dia harus dipecat, atau pendengarnya harus segera pergi dari tempat itu. Mari kita tinggalkan tempat ini sekarang juga dan pergi ke tempat lain. Jangan ada lagi pembicaraan dengan orang bodoh ini.”
Mengatakan hal ini, bahkan ketika Parvati hendak melangkah maju, brahmana yang menjelma sebagai Siwa itu memeluk kekasihnya. Setelah mengambil wujud rupawan seperti yang direnungkan Parvati dan memperlihatkannya kepada Parvati, Siwa menyapanya sementara Parvati berdiri dengan kepala tertunduk.
Penyatuan Ilahi
Setelah melewati berbagai ujian Dewi parwati bersatu kembali dengan Dewa siwa (Sumber: Koleksi Pribadi)
Setelah mendengar penjelasan penuh pengabdian dari Parwati dan melihat kesungguhannya dalam menebus dosa, Siwa menampakkan wujud asli-Nya yang rupawan dan agung. Dia memeluk Parwati dan menyatakan bahwa ujian yang diberikan kepadanya telah selesai. Siwa mengakui pengabdian dan keteguhan hati Parwati, dan akhirnya menyetujui untuk menikahinya. Kebahagiaan Parwati tak terukur, dan segala kesusahannya selama penebusan dosa akhirnya terbayar.
Kisah ini bukan hanya tentang ujian dan penyatuan kembali antara Parwati dan Siwa, tetapi juga menyampaikan pesan mendalam tentang sifat sejati Dewa Siwa yang melampaui segala bentuk dan atribut fisik. Kesetiaan dan keteguhan hati Parwati mengajarkan pentingnya pengabdian yang tulus, serta bagaimana cinta dan pengabdian dapat melampaui segala rintangan duniawi.