Beji Waringin Pitu: Pemandian Sakral Simbol Kesucian Tujuh Anggota Tubuh
Bali selalu meyuguhkan segudang pesona yang memukau dan tak pernah surut. Tak hanya terkenal dengan pantainya yang menakjubkan, tetapi juga dengan keindahan alam dan tempat-tempat eksotis yang tersimpan jauh di dalam Pulau Dewata. Beji, atau pemandian suci yang berada di dekat sumber mata air, dapat menjadi sebuah destinasi wisata yang mampu menawarkan kombinasi antara keindahan alam, spiritualitas, dan budaya. Salah satu tempat yang tidak boleh dilewatkan yaitu berlokasi di Desa Adat Kapal, yang bernama Beji Waringin Pitu.
Beji Waringin Pitu merupakan sebuah pemandian yang diyakini oleh Masyarakat Desa Adat Kapal setempat sebagai tempat yang sakral. Tempat ini biasa diperuntukkan dalam kegiatan melukat pada hari-hari tertentu, seperti Purnama, Tilem, Kajeng Kliwon, Banyupinaruh, atau pada hari Otonan. Beji Waringin Pitu berlokasi di Jl. Sandat No. 15, Banjar Celuk, Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali.
Untuk menuju Beji Waringin Pitu ini cukup mudah, yaitu dengan menelusuri jalan yang berada tepat di seberang Bale Banjar Celuk. Pemandian suci ini terletak pada jarak sekitar 200 meter dari Pura Kahyangan Dalem Dukuh. Akses parkir gratis dan juga cukup luas, sehingga pengunjung tidak perlu ragu untuk membawa mobil ketika ingin berkunjung ke tempat ini.
Memasuki area Beji Waringin Pitu, pengunjung perlu menuruni beberapa anak tangga yang menjadikan perjalanan menuju pemandian ini sebagai petualangan tersendiri. Keindahan alam oleh hijaunya pepohonan di sekitar, serta suara gemercik air Sungai Yeh Penet yang mengalir di bawah Beji Waringin Pitu, akan memberikan nuansa kenyamanan dan ketenangan, sehingga memudahkan pengunjung untuk menemukan kedamaian rohani. Selain itu, pengunjung juga dapat merasakan keagungan dari pohon beringin yang berada di sebelah selatan beji.
Pura Waringin Pitu (Sumber: Koleksi Redaksi)
Dikarenakan posisinya yang terletak pada lembah sungai, membuat pondasi arsitektur Beji Waringin Pitu terbagi menjadi tiga tingkatan. Areal pertama merupakan tempat berdirinya Pura Waringin Pitu, yang merupakan tempat pemujaan Dewa Wisnu dan Batari Gangga. Di dalam pura berdiri dua pelinggih, yaitu pelinggih Padma dan pelinggih Ida Ratu Manik Galih.
Selanjutnya yaitu areal kedua, yang merupakan tempat menyatunya tiga sumber mata air, yanyang berasal dari arah timur, selatan, dan utara. Pada areal ini, terdapat sebuah arca Dewi sebagai simbol Dewi Gangga. Tidak hanya itu, disana juga terlihat dua buah arca resi dan ara berbentuk raksasa, melambangkan wujud dari Prabhu Sukrasena.
Sumber air pada areal kedua tersebut terbagi menjadi tujuh pancuran yang mengalir menuju areal ketiga, yang merupakan beji itu sendiri. Areal beji cukup luas, yaitu sekitar 4x2 meter, dengan tinggi pancuran air sekitar 3 meter. Airnya jernih dan menyegarkan, sangat sempurna untuk membersihkan tubuh atau sekedar merendam kaki setelah perjalanan yang panjang.
Pancoran Air Beji Waringin Pitu (Sumber: Koleksi Redaksi)
Pada setiap pancuran air Beji Waringin Pitu, terukir relief yang membentuk simbol-simbol aksara suci yang berbeda. Aksara suci pada tujuh pancuran ini melambangkan tujuh lubang pada tubuh manusia. Keberadaan simbol-simbol ini akan digunakan pada saat pelaksanaan penglukatan, dimana dalam membersihkan ketujuh lubang tubuh akan disesuaikan dengan relief pada pancoran air. Adapun aksara suci yang terukir pada setiap pancoran, dimulai dari paling kiri yaitu
- Aksara Ang-Ung, yang melambangkan lubang pada pori-pori kulit
- Aksara Mang, sebagai simbol untuk lubang mata
- Aksara Ongkara, sebagai simbol untuk mulut
- Aksara Mangkara, sebagai simbol untuk lubang hidung
- Aksara Ungkara, sebagai simbol untuk lubang telinga
- Aksara Akara Ang/ah, sebagai simbol untuk lubang kemaluan
- Aksara Akara Ang/ah, sebagai simbol untuk lubang dubur
Masyarakat setempat meyakini, melalui lubang-lubang pada tubuh manusia tersebut, energi suci dan bening air akan mampu merasuki tubuh manusia, mensucikan jiwa, dan membersihkan raga yang dikotori oleh segala bentuk negativitas dalam kehidupan di dunia.
Menurut pernyataan masyarakat setempat, Beji Waringin Pitu dibuka sebagai pemandian umum untuk semua kalangan. Namun, perlu diingatkan bahwa meskipun dibuka secara umum, masih ada aturan yang harus ditaati untuk menjaga kebersihan dan kesucian sekitar lokasi. Seperti dengan adanya larangan untuk mencuci baju, larangan bagi perempuan datang bulan untuk masuk, serta wajib untuk mengenakan pakaian yang layak saat memasuki kolam.
Selain diperuntukkan untuk kegiatan melukat ataupun sebagai pemandian umum, air dari Beji Waringin Pitu juga dipercaya mampu menyembuhkan penyakit. Hal ini dikarenakan masyarakat di Pura Waringin Pitu melakukan persembahyangan dan pemujaan untuk Dewi Gangga, atau yang juga dikenal sebagai Batari Manik Galih, yang mana beliau telah menunjukkan kekuasaannya dalam bidang pengobatan atau metambaan.
Beji Waringin Pitu adalah salah satu tempat tersembunyi yang indah di Bali yang menawarkan kombinasi luar biasa antara keindahan alam, spiritualitas, dan budaya Bali yang kaya. Dengan kolam air yang segar, sumber mata air yang suci, dan pura yang indah, tempat ini adalah tempat yang sempurna untuk merasakan keajaiban pulau Dewata.