Perjalanan Spiritual dan Keajaiban Mata Air Suci Pura Beji Pakendungan
Pura Beji Pakendungan adalah salah satu mata air suci tertua di Bali yang menjadi simbol kekayaan spiritual dan kesejahteraan. Berdiri sejak tahun 1408 Masehi, tempat ini bermula dari meditasi Danghyang Nirartha di Hutan Kendung. Lokasi pura yang terletak tepat di pesisir Sungai Pakendungan, menjadikan tempat suci ini amat dihargai oleh para petani setempat. Pura ini juga menawarkan sebuah mata air suci yang merupakan perwujudan dari anugerah Dewi Sri.
Pura Beji Pakendungan, salah satu mata air suci tertua dan bersejarah di Bali yang telah menyaksikan berabad-abad keindahan budaya dan spiritualitas pulai ini. Berlokasi di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, pura yang agung ini hanya berjarak 300 meter dari arah barat dari ikon suci, Pura Tanah Lot. Bangunan ini dengan megah berdiri sejak zaman kuno, tepatnya pada tahun 1408 Masehi atau ketika tahun Çaka 1330 menurut kalender Bali.
Pura Beji Pakendungan (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)
Cikal bakal berdirinya pura ini sangat erat kaitannya dengan perjalanan Danghyang Nirartha. Saat Dang Hyang Nirartha terus mengejar Cahaya Suci di laut Tanah Lot, dia melakukan meditasi (yoga semadi) mendalamnya kepada Dewi Sri di tengah hutan lebat di sebelah barat Laut Tanah Lot. Dalam momen ini, ia berusaha memperoleh penglihatan tentang Tuhan dan Cahaya Suci yang terpancar darinya. Hutan yang menjadi tempat meditasi ini dikenal dengan sebutan Hutan Kendung, tempat di mana batas antara alam dan spiritualitas begitu samar dan memikat.
Di Hutang Kendung tersebut, sekarang berdiri Pura Beji Pakendungan, sebuah tempat yang tidak hanya memiliki nilai spiritual mendalam, tetapi juga mengandung rahasia-rahasia luar biasa. Pura Pakendungan menyimpan harta suci yang mengagumkan, yakni Keris "KI BARU GAJAH" yang merupakan senjata yang memiliki kekuatan ajaib untuk menyembuhkan semua penyakit yang melanda Pulau Bali. Keris ini adalah hadiah yang diberikan langsung oleh Dang Hyang Nirartha kepada Bendesa Beraban sebelum Beliau meninggalkan desa tersebut. Keris ini diupacarai tepat pada hari odalan Pura Beji Pakendungan yaitu setiap 210 hari sekali pada hari Sabtu Kliwon, Wuku Kuningan, atau tepatnya pada hari raya Kuningan menurut penanggalan Bali.
Pura Beji Pakendungan dihormati sebagai tempat suci berkat letaknya di sebelah pesisir Sungai Pakendungan yang dianggap sebagai sumber kesuburan. Sungai ini juga dipandang sebagai sumber kekayaan yang tak pernah surut. Airnya yang jernih dan terus mengalir sepanjang musim, dianggap sebagai anugerah alam yang membawa kelimpahan dan kemakmuran. Ini adalah tempat di mana keyakinan dan alam bersatu, di mana air suci sungai dianggap sebagai penjaga kesejahteraan dan kesuburan bagi pengikut agama Hindu di Bali.
Mata Air Suci Pura Beji Pakendungan (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)
Tak hanya itu, Pura Beji Pakendungan juga menawarkan sebuah mata air suci yang terletak di dalam pura. Karena ketekunan Dang Hyang Nirartha dalam memuja Dewi Sri, dipercayai bahwa mata air di dalam pura ini merupakan hadiah dari Dewi Sri, sang dewi kesuburan dalam kepercayaan Hindu Bali. Dalam agama Hindu Bali, Dewi Sri adalah dewi yang bertanggung jawab atas kesuburan tanah dan tanaman. Air yang dianggap berasal dari Dewi Sri dipercaya memiliki kekuatan yang lebih besar untuk memberikan kesuburan dan kesejahteraan bagi para pemujanya.
Pura ini menjadi pusat kemakmuran dan kesuburan yang amat dihargai oleh para petani Bali yang tergabung dalam subak di daerah Tabanan. Dipercayai secara kuat bahwa air suci (tirta) yang berasal dari pura ini dianggap sebagai penangkal efektif terhadap serangan hama dan penyakit yang mengancam pertanian. Ketika pertanian di Kabupaten Tabanan terancam oleh meranan atau hama yang merusak, penduduk setempat mengadakan upacara Nangluk Merana di Pura Beji Pakendungan. Mereka melakukan ritual ini dengan harap agar ladang pertanian mereka diselamatkan dan terhindar dari segala ancaman yang dapat menghancurkan hasil panen.
Pura Beji Pakendungan dijadikan sebagai pemandian yang terbuka untuk semua lapisan masyarakat, menjadikan tempat ini sebagai tujuan yang ramai dikunjungi oleh umat Hindu. Umat Hindu Bali yakin akan kekuatan spiritual yang terkandung dalam air yang mengalir dari sumber mata air di pura ini. Air tersebut diyakini memiliki kemampuan untuk memberikan berkah dan perlindungan bagi mereka yang memanfaatkannya. Mata air ini dianggap sebagai sumber air suci (tirtha pangelukatan) yang digunakan untuk membersihkan segala dosa dan ketidakbaikan. Mereka bisa meminum air tersebut atau hanya sekadar mencuci tangan dan wajah untuk membersihkan diri dari semua kejelekan dan penyakit yang ada.
Gapura Pura Beji Pakendungan (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)
Dengan sejarah yang kaya dan nilai spiritual yang mendalam, Pura Beji Pakendungan di Bali merupakan suatu tempat yang memadukan alam, kepercayaan, dan budaya dalam harmoni yang luar biasa. Di sini, sungai yang tak pernah surut dianggap sebagai sumber kesuburan, air suci dari mata air Dewi Sri dianggap sebagai anugerah, dan Keris "KI BARU GAJAH" menjadi simbol penyembuhan. Pura Beji Pakendungan adalah suatu peringatan akan kekayaan budaya dan keberagaman spiritual yang mendefinisikan Bali, serta betapa eratnya kesejahteraan dan alam terkait dalam kehidupan masyarakatnya. Tempat ini terus memancarkan keajaiban dan makna yang mendalam bagi mereka yang mencari kebijaksanaan dan keselamatan dalam keyakinan Hindu Bali.