Tipu Daya Cerdik Nang Cubling : Akhir Dari Kawanan Monyet
Nang Cubling dan istrinya menghadapi masalah dengan sekawanan monyet yang merusak kebun mereka, Nang Cubling pun memutuskan untuk membuat perangkap. Setelah berhasil menangkap salah satu monyet dan menyembelihnya, mereka harus menghadapi kemarahan kawanan monyet karena telah menyembelih kawan mereka, namun Nang Cubling memiliki ide yang cerdik.
Nang Cubling dan istrinya, Men Cubling, adalah pasangan sederhana yang hidup di sebuah desa kecil. Sehari-hari, mereka bekerja keras di kebun buah-buahan yang menjadi sumber penghidupan utama mereka. Kebun itu ditanami dengan beragam jenis tanaman, seperti pisang yang mereka rawat dengan penuh kesabaran dan cinta. Mereka mencabut gulma, menyirami tanaman, dan memupuk tanah dengan hati-hati. Kebun ini merupakan harta yang paling berharga bagi mereka, karena hasil panen akan menjadi bekal kehidupan di bulan-bulan mendatang. Namun, kebahagiaan bekerja di kebun tak selalu mulus, karena mereka sering dihantui oleh masalah besar yang datang dari segerombolan monyet usil. Monyet-monyet tersebut kerap merusak tanaman dan mencuri buah-buahan yang hampir matang. Keresahan ini membuat mereka memikirkan berbagai cara untuk mengatasi masalah yang terus berulang itu.
Nang Cubling Berhasil Menangkap Seekor Monyet Bernama I Lutung (Sumber:Koleksi Pribadi)
Setelah sekian lama kebun mereka dirusak oleh kawanan monyet, Nang Cubling akhirnya memutuskan untuk bertindak tegas. Dia tak lagi sanggup melihat tanaman yang ia rawat dengan susah payah dihancurkan begitu saja. Maka, dengan tekad bulat, Nang Cubling memutuskan untuk membuat sebuah perangkap. Perangkap ini dibuat dari kayu yang ia kumpulkan dari hutan sekitar. Setelah perangkap selesai, Nang Cubling memasang umpan berupa buah-buahan yang sangat disukai oleh monyet-monyet itu. Keesokan harinya, dia kembali ke kebun dengan harapan besar bahwa perangkap itu akan berhasil. Betapa terkejutnya Nang Cubling ketika melihat bahwa perangkap yang ia buat telah berhasil menangkap seekor monyet bernama I Lutung. Tanpa menunggu lebih lama, ia membawa I Lutung ke sungai dekat kebun untuk menyembelihnya.
Nang Cubling Membersihkan Daging I Lutung di Tepi Sungai (Sumber:Kolesi Pribadi)
Di tepi sungai yang tenang, Nang Cubling mulai membersihkan I Lutung yang sudah disembelihnya. Dengan teliti, dia menguliti dan memisahkan daging dari tulang. Ketika sedang asik membersihkan daging itu, tiba-tiba datang seekor monyet besar menghampirinya. Monyet tersebut melihat apa yang dilakukan oleh Nang Cubling dan bertanya, "Nang Cubling, apa yang sedang kau bersihkan itu?" dengan tenang, Nang Cubling menjawab, "Oh, ini daging ilut,"tanpa menyebut bahwa itu sebenarnya adalah daging I Lutung. Monyet besar itu pun pergi tanpa kecurigaan. Tak lama kemudian, monyet lain datang, kali ini monyet yang lebih kecil. Sama seperti yang sebelumnya, monyet kecil itu juga bertanya apa yang sedang dilakukan oleh Nang Cubling, dan sekali lagi Nang Cubling menjawab dengan jawaban yang sama, "Ini daging ilut." Kedua monyet ini pun pergi tanpa mencurigai bahwa yang mereka tanyakan sebenarnya adalah daging salah satu kawanan mereka sendiri.
Monyet Kurus Memberitahu Kawanannya Tentang I Lutung (Sumber:Koleksi Pribadi)
Setelah beberapa waktu berlalu dan Nang Cubling hampir selesai membersihkan daging, seekor monyet lain datang menghampirinya. Monyet ini kurus, kemudian ia bertanya pada Nang Cubling dengan nada yang penuh rasa ingin tahu, "Daging apa yang sedang kau bersihkan, Nang Cubling?" Awalnya, Nang Cubling tetap menjawab seperti sebelumnya, "Ini daging ilut." Namun, monyet kurus itu terus meneruh bertanya membuat Nang Cubling keceplosan “hah daging apa?” tanyanya lagi “daging ilut” jawab Nang Cubling “Oh daging ilut, apakah daging ilut sama dengan daging babi?” tanyanya lagi “Daging ilut itu daging I Lutung, bukan daging babi!” Mendengar pernyataan Nang Cubling monyet kurus itu terkejut dan lari terbirit-birit sambil berbicara “Aku akan beritahu teman-teman ku yang lain untuk menyerbu rumah mu, karena kau sudah membunuh saudara kami”
Men Cubling Berpura-pura Menangis (Sumber:Koleksi Pribadi)
Tak lama kemudian, kawanan monyet yang marah tiba di depan rumah Nang Cubling dengan nada yang marah mereka menyuruh Nang Cubling untuk keluar. Men cubling pun keluar dengan air mata yang mengalir di pipinya. Dengan suara terisak, ia berkata, "Suamiku telah meninggal dunia akibat serangan jantung." Monyet-monyet itu, yang awalnya tak percaya, memaksa masuk ke dalam rumah untuk memastikan. Di dalam, mereka melihat tubuh Nang Cubling yang terbaring kaku di atas dipan, tertutup kain kafan. Rasa marah mereka mulai mereda, berganti dengan rasa iba melihat apa yang mereka anggap sebagai tubuh tak bernyawa Nang Cubling. Men Cubling pun memanfaatkan momen ini dan meminta bantuan kepada monyet-monyet tersebut. "Tolong, aku tidak bisa mengubur suamiku sendirian. Maukah kalian membantuku menggali liang lahat untuknya?" katanya sambil tersedu. Tanpa curiga, kawanan monyet setuju untuk membantu dan mulai menggali liang lahat untuk Nang Cubling
Kawanan Monyet Terperangkap di Lubang Yang Mereka Gali (Sumber:Koleksi Pribadi)
Setelah kawanan monyet selesai menggali lubang yang dalam, Men Cubling secara diam-diam membangunkan suaminya. Nang Cubling, yang selama ini berpura-pura mati, segera bangkit dari tempat tidurnya kemudian Nang Cubling mengambil tikar bambu yang sudah disiapkan dan menutup lubang yang telah digali oleh para monyet itu. Sementara itu, Men Cubling dengan sigap mengambil air mendidih yang sudah ia persiapkan sebelumnya di dapur. Tanpa ragu, Men Cubling mulai menyiramkan air panas tersebut ke dalam lubang tempat para monyet terperangkap. Suara jeritan dan teriakan kesakitan terdengar dari dalam lubang, ketika air panas membakar tubuh para monyet yang terperangkap di dalamnya. Monyet-monyet itu berusaha melarikan diri, tetapi tikar bambu yang menutupi lubang membuat mereka tidak bisa keluar. Pada akhirnya, kawanan monyet yang selama ini menjadi pengganggu bagi Nang Cubling dan istrinya pun tewas di dalam lubang yang mereka gali sendiri.