Sureshvar Avatara: Kisah Pengabdian Sejati kepada Dewa Shiva

Kisah Upamanyu, seorang pemuda sederhana yang melakukan Tapasya berat untuk mendapatkan berkah Dewa Shiva. Saat diuji oleh Shiva dan Parvati yang menyamar sebagai Dewa Indra dan Dewi Indrani, Upamanyu tetap teguh dalam pengabdiannya. Karena kesetiaannya, Shiva memberinya nama Sureshvar, kekuatan spiritual, kekayaan, dan keabadian. Cerita ini mengajarkan bahwa cinta dan dedikasi tulus kepada Tuhan dapat mendatangkan berkah yang tak terhingga.

Nov 2, 2024 - 11:46
Oct 24, 2024 - 19:33
Sureshvar Avatara: Kisah Pengabdian Sejati kepada Dewa Shiva
Sureshvar Avatara (Sumber: Koleksi Pribadi)

Di suatu masa yang telah lama berlalu, di kaki pegunungan Himalaya yang suci, hiduplah seorang Maharsi bernama Vyaghrapada. Beliau adalah seorang pertapa yang termasyhur karena kebijaksanaannya yang mendalam dan pengabdiannya yang tak tergoyahkan kepada Tuhan. Dengan ketenangan hati dan keteguhan jiwa, Vyaghrapada menjalani hidupnya dalam kesederhanaan, membawa cahaya kebijaksanaan di tengah keheningan Himalaya yang agung.

Maharsi Vyaghrapada memiliki dua putra, Upamanyu dan Dhaumya, yang dibesarkan dalam suasana yang dipenuhi dengan kesucian, pengetahuan, dan disiplin spiritual. Di bawah bimbingan ayah mereka yang bijaksana, kedua pemuda ini tumbuh dengan kekuatan rohani yang luar biasa, dipenuhi ketekunan dan kesalehan mendalam. Sejak kecil, mereka tak hanya mempelajari ajaran-ajaran suci, tetapi juga menjalani kehidupan yang dipenuhi dengan pengabdian murni dan kebijaksanaan.

Upamanyu, seorang anak dengan jiwa penuh rasa ingin tahu dan kepolosan, sejak dini menunjukkan ketertarikan mendalam pada dunia spiritual. Rasa ingin tahunya yang tak terpuaskan sering membawanya mendekati ayahnya, menyimak dengan penuh perhatian setiap pelajaran yang diberikan. Sejak kecil, ia telah dibimbing oleh Maharsi Vyaghrapada dalam berbagai upacara suci dan ritual di ashram, di mana ia menyerap setiap momen dengan penuh ketekunan.

Meskipun tinggal di tengah lingkungan suci yang dipenuhi dengan ajaran spiritual, keluarga Vyaghrapada menjalani kehidupan dalam kesederhanaan yang mendalam. Mereka tidak memiliki harta kekayaan, dan setiap harinya dihabiskan dengan kerja keras yang penuh kerendahan hati serta pengabdian yang tulus. Jauh dari kemewahan duniawi, keseharian mereka dipenuhi dengan kesucian, meditasi, dan pelayanan kepada Tuhan, menjadikan kekayaan spiritual sebagai satu-satunya harta yang mereka anggap berharga.

Ilustrasi Ashram Pavitratma Muni (Sumber: Koleksi Pribadi)

Suatu hari, ketika bermain di hutan bersama saudaranya, Upamanyu tanpa sengaja menemukan ashram Pavitratma Muni. Di sana, ia melihat pemandangan yang begitu menyentuh hatinya, sebuah ashram yang dipenuhi dengan aura keagungan. Pepohonan di sekitarnya tampak seolah bersujud dalam kedamaian, dan suasana penuh ketenangan itu membuat hati Upamanyu tergerak. Cahaya matahari yang menyelinap di antara dedaunan seakan menyinari tempat itu dengan kehangatan spiritual, meninggalkan kesan mendalam di dalam jiwa Upamanyu yang polos, seolah-olah ia telah menemukan tempat yang penuh berkah dan misteri ilahi. Dia juga melihat seekor sapi sedang menyusui anaknya ditengah padang yang hijau dan subur. Di bawah langit biru yang cerah, sinar matahari menciptakan cahaya lembut yang menyelimuti keduanya. Susu putih yang murni mengalir deras dari ambing sang induk sapi, memberikan kehidupan dan kekuatan kepada anaknya yang masih kecil. Momen ini dipenuhi dengan kasih sayang dan kehangatan.

Upamanyu yang belum pernah melihat susu sebelumnya, terkesima dengan pemandangan ini. Ia merasa bahwa susu tersebut lebih berharga daripada amrita, minuman abadi para dewa, yang sering ia dengar dalam cerita-cerita dari ayahnya. Dengan hati yang penuh dengan keinginan untuk memberikan yang terbaik bagi ibunya, Upamanyu segera berlari pulang. Sesampainya di rumah, dengan semangat yang berkobar, ia meminta kepada ibunya agar mereka bisa mendapatkan susu seperti yang dilihatnya tadi.

Sang ibu menatap Upamanyu dengan mata penuh kasih, namun ada sedikit kesedihan yang tak bisa ia sembunyikan. Dengan lembut ia berkata, "Nak, bukan karena Ibu tidak ingin memenuhi permintaanmu, tapi hidup kita sederhana, dan kita harus belajar menghargai apa yang sudah kita miliki." Ia tersenyum, meski hatinya berat, lalu melanjutkan, "Kita mungkin tidak punya banyak, tapi cinta dan kebersamaan kita jauh lebih berharga daripada hal-hal yang bisa dibeli. Kebahagiaan sejati datang dari hati yang bersyukur, bukan dari apa yang kita miliki." Kata-kata itu menyentuh hati Upamanyu, membuatnya merenung dalam diam.

Mereka menggantungkan hidup sepenuhnya pada hasil hutan, mencari buah-buahan dan bunga-bunga yang tumbuh liar sebagai sumber makanan mereka sehari-hari. Sapi-sapi yang mereka pelihara pun hanya bisa bertahan dengan dedaunan hutan yang keras dan kering, jauh dari pakan yang layak. Karena itulah, sapi-sapi tersebut tidak mampu menghasilkan susu segar seperti yang diharapkan Upamanyu. Harapan untuk merasakan manisnya susu segar seakan pupus.

Dalam kesedihannya, sang ibu hanya bisa menatap anaknya dengan lembut dan berkata, "Nak, hanya Dewa Shiva yang bisa mengubah nasib kita." Mendengar nama itu, mata Upamanyu yang polos dan penuh rasa ingin tahu bersinar. "Siapakah Dewa Shiva itu, Ibu?" tanyanya dengan lugu. Sang ibu tersenyum tipis, matanya menerawang seolah mengingat cerita lama.

Dewa Siwa (Sumber: Koleksi Pribadi)Ilustrasi Dewa Shiva (Sumber: Koleksi Pribadi)

Dengan penuh rasa hormat, ibunya menjelaskan, "Dewa Shiva adalah penguasa alam semesta, pemberi segala berkah, dan pelindung bagi setiap makhluk. Beliau bukan hanya maha kuasa, tetapi juga penuh kasih bagi mereka yang berdoa dengan tulus." Suara ibunya bergetar, seolah membawa kisah-kisah kuno yang begitu hidup. "Dia bisa memberikan apa saja kepada para pemujanya yang setia." lanjut sang ibu, matanya penuh harapan. Mendengar penjelasan itu, hati Upamanyu mulai bergetar. Dalam benaknya, terbayang sosok agung yang mampu mengubah nasib mereka. Sejak saat itu, tumbuh rasa kagum dan keinginan mendalam di hati Upamanyu untuk mengenal lebih dekat Dewa Shiva yang penuh misteri dan kebijaksanaan.

Beberapa hari berlalu, namun pikiran tentang Dewa Shiva terus memenuhi benak Upamanyu. Keinginan untuk mendapatkan berkah dari Dewa Shiva semakin kuat, hingga akhirnya ia memutuskan untuk melakukan penebusan dosa dan memohon anugerah langsung dari Dewa Shiva. Upamanyu memutuskan untuk pergi ke Himalaya, tempat yang diyakini sebagai tempat kediaman para dewa, untuk melakukan Tapasya, suatu bentuk pengabdian yang sangat berat dan memerlukan ketahanan fisik serta mental yang luar biasa.

Dengan tekad yang bulat, Upamanyu meninggalkan rumahnya dan menuju ke pegunungan Himalaya yang dingin dan terjal. Di sana, ia memilih sebuah tempat yang sunyi dan mulai melakukan Tapasya. Hari demi hari, bulan demi bulan berlalu, namun Upamanyu tidak goyah dalam pengabdiannya. Ia berdiri hanya dengan ujung jari kaki kirinya, menahan lapar, dahaga, serta segala cobaan alam yang datang silih berganti. Ia terus memohon kepada Dewa Shiva, berharap agar dewa yang maha pengasih itu memberikan berkah yang ia dambakan.

Kesetiaan dan ketekunan Upamanyu tidak luput dari perhatian Dewa Shiva. Dari tempat tinggal-Nya di Kailash, Dewa Shiva mengamati pengabdian pemuda tersebut dengan penuh kekaguman. Namun, sebelum memberikan anugerah, Dewa Shiva memutuskan untuk menguji keteguhan hati Upamanyu. Maka, bersama dengan istrinya, Dewi Parvati, Dewa Shiva mengambil wujud sebagai Dewa Indra dan Dewi Parvati mengambil wujud Dewi Indrani, Raja dan Ratu dari Surga. Dalam wujud sebagai Dewa Indra dan Dewi Indrani, Dewa Shiva dan Dewi Parvati turun ke bumi dan mendekati Upamanyu yang sedang dalam kondisi meditasi yang dalam. Mereka tampil dengan pakaian yang berkilauan, memancarkan kemuliaan dan keagungan yang biasanya hanya dimiliki oleh para Dewa.

Dengan senyum yang licik dan penuh tipu muslihat, mereka mendekati Upamanyu, mencoba merusak keteguhan hatinya. "Mengapa kau terus memuja Dewa Shiva?" bisik mereka, suaranya manis namun beracun. Mereka menggoda Upamanyu dengan janji-janji manis, menawarkan kekayaan yang melimpah dan kekuasaan tanpa batas. "Tinggalkan pengabdianmu kepada Shiva," bujuk mereka, "dan semua yang kau impikan akan menjadi milikmu. Harta, kekuasaan, dan kemewahan akan datang dengan mudah kepadamu." Namun di balik kata-kata mereka, tersimpan niat untuk menyesatkan hati Upamanyu yang suci.

Ilustrasi Upamanyu hampir melepaskan Aghorastra (Sumber: Koleksi Pribadi)

Namun, meskipun segala kemewahan duniawi ditawarkan kepadanya, hati Upamanyu tetap kokoh bagai batu karang. Dengan tenang dan penuh hormat, ia menolak godaan mereka. "Kalian salah," katanya, suaranya lembut namun tegas. "Hatiku telah sepenuhnya didedikasikan kepada Dewa Shiva. Tidak ada harta, kekuasaan, atau kenikmatan duniawi yang bisa menggantikan anugerah dan kedamaian yang Dia berikan." Bagi Upamanyu, pengabdian kepada Dewa Shiva adalah harta yang tak ternilai, sesuatu yang tak akan pernah ia tukarkan dengan apa pun di dunia ini.

Bahkan ketika "Dewa Indra" dengan amarah dan kesombongannya mulai menghina Shiva, mencerca namanya, dan menantang kesetiaan Upamanyu, ia tetap berdiri teguh. Hatinya tidak goyah sedikit pun. Kata-kata pedas dan ancaman dari Indra bagaikan angin lalu baginya. Dengan tekad membara, Upamanyu bersiap menghadapi sang Dewa, memperlihatkan keteguhan luar biasa yang ada di dalam dirinya. Hingga pada puncak kemarahannya, ia hampir saja melepaskan Aghorastra, senjata pamungkas yang kekuatannya tiada tara, untuk membela kehormatan Shiva. Dalam tatapan matanya, tersirat keberanian seorang pemuja yang siap melawan bahkan dewa demi menjaga kesetiaannya.

Ilustrasi Upamanyu yang diberkati oleh Dewa Shiva (Sumber: Koleksi Pribadi)

Melihat keberanian dan keteguhan hati Upamanyu, Dewa Shiva dan Dewi Parvati, dalam wujud Dewa Indra dan Dewi Indrani, akhirnya menghentikan sandiwara mereka. Mereka mengungkapkan wujud asli mereka sebagai Dewa Shiva dan Dewi Parvati, dan memberikan berkah yang luar biasa kepada Upamanyu. Dewa Shiva berkata, "Upamanyu, engkau telah membuktikan kesetiaanmu kepada-Ku. Tidak ada yang lebih mulia daripada pengabdianmu. Sebagai tanda penghormatan, Aku akan memberimu nama Sureshwar, untuk mengenang pengabdianmu yang luar biasa ini."

Sebagai balasannya, Dewa Shiva memberikan Upamanyu anugerah yang luar biasa. Dewa Shiva juga memberikan berkah keabadian kepada Upamanyu, membuatnya menjadi makhluk yang abadi yang akan selalu berada di sisi-Nya. Selain itu, Dewa Shiva memberikan Upamanyu ribuan samudra susu, dadih, dan madu, sebagai simbol dari kekayaan spiritual dan material yang tiada tanding. Dengan anugerah ini, Upamanyu juga diberikan kekuatan spiritual yang luar biasa, termasuk Pashupat Gyan, kekuatan yogic, dan kemampuan untuk memberikan wejangan kepada para dewa dan manusia.

Dengan segala berkah yang diterimanya, Upamanyu kembali ke rumahnya dengan hati yang penuh dengan kebahagiaan dan rasa syukur yang mendalam. Ia tidak hanya mendapatkan apa yang ia inginkan, susu untuk ibunya, tetapi juga menerima kekayaan spiritual yang tidak ternilai harganya. Upamanyu, yang awalnya hanya seorang anak sederhana yang menginginkan setetes susu, kini telah menjadi sosok yang dihormati oleh seluruh dunia berkat anugerah dari Mahadev, Sang Penghancur yang Maha Pengasih. Upamanyu, dengan segala kesederhanaannya, telah menunjukkan kepada dunia bahwa dengan cinta dan dedikasi yang tulus kepada Tuhan, segala rintangan dapat diatasi, dan anugerah Ilahi yang tak terhingga dapat dicapai.

Files

I Putu Raditya Dharma Yoga Nothing last forever, we can change the future