Museum Pustaka Lontar dari Desa Wisata Dukuh Penaban: Membawa Tradisi Sastra Bali ke Mata Dunia
Museum Pustaka Lontar, sebuah harta budaya di Bali yang tersembunyi. Di sini, ribuan lontar kuno disimpan dengan cermat, menyimpan kisah-kisah kuno yang masih relevan hingga hari ini. Selain itu, pengunjung berkesempatan langka untuk belajar langsung dari para penjaga lontar yang penuh pengetahuan. Suasana alami dan kegiatan unik membuat Museum ini menjadi destinasi yang tak boleh terlewatkan bagi pencinta sastra dan budaya Bali.
Bali, dengan segala kekayaan budayanya, merupakan tempat di mana tradisi sastra dan literasi terus berkembang dan dilestarikan. Masyarakat leluhur Bali telah menyusun berbagai sastra dan literasi yang beragam, ditulis di atas daun lontar kering, yang hingga kini masih dapat disimak, dipelajari, dan dilestarikan. Berbagai tradisi sastra dan literasi di Bali sejatinya telah dijaga dengan penuh dedikasi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Banyak warga Bali yang memiliki komitmen tinggi untuk meneruskan tradisi tersebut.
Prestasi Museum Pustaka Lontar (Sumber Photo: Koleksi Redaksi)
Pendirian museum ini lantas bukan hanya sekadar untuk tempat penyimpanan ribuan lontar kuno, tetapi juga sebagai bentuk komitmen untuk memelihara dan mempromosikan warisan sastra lontar yang tak ternilai ke mata dunia. Museum Pustaka Lontar pun ditunjukkan sebagai pusat pembelajaran atau studi mengenai pustaka lontar bagi masyarakat. Komitmen tersebut juga dibuktikan dengan pencapaian Desa Dukuh Penaban dalam meraih Juara 1 dari Gubernur Bali pada lomba Kelompok Sadar Wisata, menunjukkan keteguhan dan kerja keras mereka dalam melestarikan tradisi sastra Bali.
Lontar pada Museum Pustaka Lontar (Sumber Photo: Koleksi Redaksi)
Pengunjung yang berkeinginan untuk berlibur ke Bali sembari mempelajari tradisi sastra Bali akan tertarik untuk mengunjungi Museum Pustaka Lontar ini. Museum Pustaka Lontar menyimpan ribuan koleksi sastra dan literasi Bali pada lontar, khususnya di Desa Dukuh Penaban, mulai dari catatan mengenai tata cara kehidupan masyarakat Bali sehari-hari hingga catatan ritual Bali pada masanya. Ada pula catatan seperti weda atau mantra, jenis tanaman obat atau usadha, arsitektur, ilmu kanuragan, kekawin, serta catatan peristiwa lampau seperti peristiwa letusan Gunung Agung. Bahkan, beberapa catatan tersebut masih relevan karena ilmu atau tata cara yang tertulis masih diterapkan oleh masyarakat adat Bali saat ini.
Seluruh pustaka lontar dijaga oleh para Jero Mangku yang dipercaya untuk menjaga serta merawat lontar tersebut. Bila pengunjung tidak memahami aksara Bali yang digunakan pada lontar, mereka tidak perlu risau. Museum Pustaka Lontar telah menyediakan terjemahan lontar tersebut ke dalam Bahasa Indonesia sehingga dapat mudah untuk dimengerti.
Museum Pustaka Lontar yang Asri (Sumber Photo: Koleksi Redaksi)
Musem Pustaka Lontar sendiri dapat terbilang istimewa bila dibandingkan dengan museum lainnya. Dikarenakan terletak di pelosok Bali, keadaan tempat di Museum Pustaka Lontar ini masih sangat asri dan tenang. Bangunan seperti Bale Pasraman, Bale Daja sebagai ruang koleksi pustaka lontar, hingga Pawaregan atau dapur dibangun dengan konsep arsitektural bangunan yang telah dikenal sejak ratusan tahun lamanya dan hanya dapat dikerjakan oleh para Jero Mangku, yakni dengan cara menumpukkan batu dari gumpalan tanah dan lalu disusun dengan anyaman bambu dan jerami di bagian atap. Ada pula hal unik lainnya di mana setiap batu tersebut dibuat oleh masing-masing warga sebanyak 11 buah dari hasil sendiri, sehingga mereka bisa mengingat hasil jerih payah mereka sendiri yang telah terpasang baik di tembok bangunan dan penyeker. Bangunan dan lokasi Museum yang unik dan asri tentunya menambah ketenangan pengunjung saat berpergian ke sana.
Keunikan lainnya ada pada berbagai macam kegiatan yang dapat pengunjung lakukan di Museum Pustaka Lontar, yang tentunya akan menjadi salah satu pengalaman pengunjung yang paling berharga saat berkunjung ke Bali. Demi memperkenalkan tradisi sastra Bali, khususnya pada pustaka lontar, kegiatan yang disediakan di Museum Pustaka Lontar tentunya tidak hanya terbatas pada memajang lontar-lontar kuno tersebut untuk dilihat saja, tetapi juga memberikan pengunjung kesempatan untuk ikut terjun ke dalam dunia sastra Bali. Pengunjung bisa menyaksikan tata cara menulis di daun lontar secara langsung. Pengunjung juga bisa meminta untuk dibuatkan tulisan nama dalam bahasa Bali. Bahkan, bila beruntung, pengunjung juga bisa bertemu dengan Jero Mangku dan dapat bertanya kepada mereka mengenai berbagai tradisi sastra Bali, khususnya koleksi lontar pada Museum Pustaka Lontar tersebut. Jero Mangku akan dengan senang hari menceritakan segala kisah dan pengetahuan mereka kepada pengunjung. Tidak heran ada banyak wisatawan domestik atau pun asing yang mengunjungi Museum Pustaka Lontar ini.
Selain agenda harian yang dapat dilakukan tiap kali berkunjung, Museum Pustaka Lontar juga memiliki kegiatan yang tidak kalah menarik dan sukses menarik pengunjung. Salah satunya adalah setiap Purnama Kapitu, akan ada pementasan tarian sakral yakni Kupu-Kupu Kuning yang mana memiliki kisah mengenai Kerajaan Karangasem yang sedang terlibat perperangan di Lombok. Ada pun tarian Canglongleng yang mengisahkan wabah yang sempat terjadi di Desa Dukuh Penaban. Selain dua tarian tersebut, ada pun tarian Rehang Deha, tarian Alok-alok, dan tarian Papendetan. Ternyata tidak hanya lontar, tetapi pengunjung juga akan mendapatkan pengalaman langka dengan menonton tarian tersebut. Museum Pustaka Lontar juga memiliki kegiatan lain yakni klinik lontar, transkrip alih aksara, dan pembacaan prasasti.
Kios Souvernir pada Museum Pustaka Lontar (Sumber Photo: Koleksi Redaksi)
Walaupun memiliki suasana asri dan dapat membawa pengunjung seperti kembali pada zaman Bali kuno, Museum Pustaka Lontar dari Desa Wisata Dukuh Penaban tetap memiliki fasilitas yang lengkap untuk pengunjung yang ingin mengunjunginya. Ada area parkir, balai pertemuan, jungle tracking, toilet, kios souvernir, tempat ibadah seperti musholla, dan area Wi-Fi. Bahkan, untuk pengunjung yang suka selfie, pihak Museum Pustaka Lontar sudah menyediakan selfie area.
Bagaimana, menarik bukan? Bagi pengunjung yang tertarik ke tradisi sastra Bali sebaiknya segera menyimpan Museum Pustaka Lontar ini sebagai destinasi wisata kalian selanjutnya, ya. Museum Pustaka Lontar beroperasi setiap hari dan memiliki jam operasional yang cukup panjang, yakni mulai dari pukul 08.00 WITA hingga 17.00 WITA. Dengan rentang jam operasional yang panjang tersebut, pengunjung dapat dengan mudah memilih waktu untuk datang ke Museum Pustaka Lontar ini.
Oleh. Tim ILS Museum Pustaka Lontar