Samsara Living Museum: Perjalanan Jiwa Dalam Siklus Waktu, Menyatu Dengan Kesempurnaan Semesta

Di kaki megahnya Gunung Agung, tersembunyi di antara riak angin desa yang tenang, berdiri Samsara Living Museum oasis spiritual yang menghidupkan kembali jejak takdir manusia dalam lingkaran kehidupan abadi. Terletak di Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, museum ini mencerminkan keseharian masyarakat Bali, mengajak pengunjung mendalami filosofi "the circle of life," inti perjalanan spiritual umat Hindu di Bali.

Nov 13, 2024 - 21:57
Oct 22, 2024 - 21:37
Samsara Living Museum: Perjalanan Jiwa Dalam Siklus Waktu, Menyatu Dengan Kesempurnaan Semesta
Samsara Living Museum
Samsara Living Museum: Perjalanan Jiwa Dalam Siklus Waktu, Menyatu Dengan Kesempurnaan Semesta

Samsara, sebuah istilah yang bergema dari ajaran kuno, menggambarkan putaran kelahiran, kematian, dan kelahiran kembali sebuah siklus tanpa akhir, di mana jiwa manusia bergulir dari satu kehidupan ke kehidupan lain, terikat pada karma yang mutlak. Di balik konsep ini, tersimpan keyakinan bahwa kehidupan yang kita jalani hari ini adalah buah dari langkah-langkah yang telah kita pijak di masa silam.

Museum ini bukan hanya sekadar ruang pameran; ia adalah portal menuju dimensi spiritual. Setiap ritual, filosofi, dan tradisi umat Hindu di Bali terpahat dengan elok di galeri-galeri yang bernuansa tradisional, mengajarkan kita untuk menghargai perjalanan hidup yang sarat akan makna, mulai dari detik pertama jiwa memasuki dunia hingga saatnya kembali bersatu dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Memasuki Samsara Living Museum, kita disambut oleh salam yang tak hanya terdengar di telinga, tetapi juga meresap ke dalam jiwa "Om Swastyastu…" doa suci yang menggema di hati, mengingatkan kita bahwa setiap langkah yang diambil di tempat ini adalah bagian dari meditasi atas kehidupan itu sendiri. Museum ini lahir dari keprihatinan mendalam atas arus modernisasi yang mengancam warisan tradisi Bali, tradisi yang semakin pudar di mata generasi muda yang lebih terpesona oleh gemerlap zaman.

Prosesi Samsara Wellness (Sumber Foto: Koleksi Penulis)

Bangunan museum menyatu dengan alam sekitarnya, bukan dalam kemewahan, melainkan dalam kesederhanaan yang indah. Hamparan taman hijau yang dikelilingi hutan dan perbukitan seakan merangkul bangunan tradisional yang tersebar di atasnya. Ida Bagus Agung Gunarthawa, salah satu Co-Founder, menjelaskan bahwa kesederhanaan ini sengaja dirancang agar museum ini terasa seperti bagian organik dari alam, bukan sekadar tempat, tetapi awal dari sebuah perjalanan menuju kedalaman jiwa.

Samsara Living Museum adalah simbol dari filosofi "lingkaran kehidupan" yang menjiwai setiap aspek kepercayaan Hindu Bali. Dimulai dari momen suci di dalam kandungan, setiap fase kehidupan manusia ditelusuri dengan penuh penghormatan, hingga akhirnya menyatu kembali dengan Sang Pencipta dalam kesempurnaan yang abadi. Museum ini menyajikan 14 siklus kehidupan, yang dibingkai dalam ritual-ritual dan simbol-simbol penuh makna, mulai dari Ngrujak hingga Atma Wedana, setiap ritual membawa makna mendalam tentang perjalanan spiritual umat Hindu di Bali.

Galeri Siklus Kehidupan Umat Hindu Bali (Sumber Foto: Koleksi Penulis)

Pada tahap awal, Ngrujak adalah upacara yang penuh doa dan harapan, dilakukan untuk ibu hamil muda agar kehamilannya kuat dan sehat. Berbagai buah-buahan seperti pisang, delima, dan mangga diolah dalam ritual ini sebagai simbol kesuburan, kehidupan, dan keberlanjutan. Kemudian, setelah bayi lahir, upacara Nanem Ari-ari dilakukan, di mana plasenta yang dianggap saudara spiritual bayi dimurnikan dan dikubur di halaman rumah, seolah menjadi penjaga bagi kehidupan baru yang suci.

Setiap tahap kehidupan di Bali diwarnai dengan ritual yang sarat akan makna spiritual. Dari Magedong-gedongan, sebuah doa untuk ibu hamil, hingga Metatah, ritual potong gigi yang menjadi penanda seseorang memasuki masa dewasa. Begitu seseorang menempuh perjalanan hidupnya dan akhirnya meninggalkan dunia fana ini, upacara Pengabenan mengantarkan jiwa menuju kebebasan, dan akhirnya upacara Atma Wedana menyatukan Sang Atma kembali dengan yang Mahakuasa.

Paon Atau Dapur Tradisional (Sumber Foto: Koleksi Penulis)

Tidak berhenti disitu, Samsara Living Museum tidak hanya membawa kita pada renungan spiritual. Ketika pengalaman edukasi ritual kehidupan selesai dijalani, pengunjung diajak untuk masuk ke paon, dapur tradisional Bali yang hidup dengan setiap alatnya yang benar-benar digunakan. Di sini, kita tidak hanya menonton; kita diundang untuk mengalami. Aroma kopi Bali yang hangat menyusup di antara percikan api dari tungku kayu, sementara jajanan tradisional lak-lak disajikan sebagai simbol keramahan sederhana yang sarat akan kebijaksanaan kuno.

Menariknya, paon ini bukan hanya tempat memasak. Jongkok rendah saat memasak di dapur tradisional adalah bagian dari yoga sebuah gerakan yang melatih tubuh untuk persiapan melahirkan. Filosofi ini menenun antara kehidupan fisik dan spiritual dalam cara yang lembut namun mendalam, seakan setiap gerakan adalah doa yang diucapkan dalam diam.

Selain paon, museum ini juga menawarkan pengalaman untuk menyaksikan proses pembuatan arak Bali, mulai dari pengambilan nira kelapa, penyulingan, hingga akhirnya dikemas dengan penuh kearifan lokal. Karangasem, dengan segala kekayaan alaminya, memperlihatkan warisan budayanya dalam wujud arak, gula aren, garam, dan berbagai produk lokal yang dipajang di museum ini—sebagai pengingat bahwa kehidupan di Bali tidak terpisahkan dari alam yang memberinya kekayaan.

Berjalan menyusuri museum ini, kita akan menemukan bale-bale kecil yang tersebar di antara pekarangan hijau. Di salah satu bale, wanita-wanita tekun menyiapkan persembahan canang sari, simbol kesucian dan penghormatan kepada para dewa. Di bale lain, beberapa orang menulis aksara di atas daun lontar warisan literasi yang hidup di balik bayang-bayang modernitas. Disinilah, di bawah naungan pepohonan rindang, kita merasakan tenangnya kehidupan tradisional Bali yang masih terus bernafas hingga hari ini.

Lebih dari sekadar objek wisata, Samsara Living Museum adalah ruang edukasi hidup, tempat di mana budaya dan tradisi Bali dilestarikan untuk generasi mendatang. Setiap sudutnya mengajarkan kita untuk merenungkan kembali arti kehidupan, hubungan kita dengan alam, dan dengan Tuhan. Museum ini, meski sederhana, menawarkan pengalaman yang tak ternilai baik melalui lokakarya memasak, pembuatan arak, tarian tradisional, hingga Samsara Wellness, ritual penyucian dengan air suci yang dipercaya membawa keseimbangan bagi jiwa.

Pemangku Bersama Seorang Pengunjung (Sumber Foto: Koleksi Penulis)

Museum ini sudah terkenal hingga ke mancanegara, salah satunya menjadi kolaborator dari perhelatan G20, 4th Education Working Group and Education Ministers' Meeting, lokasi Studi Banding GM Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Candi Boko, salah satu lokasi shooting Wonderful Indonesia Outlook 2024/2025 dan banyak lainnya.

Akhirnya, Samsara Living Museum menjadi lebih dari sekadar tempat, ia adalah perjalanan sebuah perjalanan jiwa yang tak terlupakan, yang mengajak setiap pengunjung untuk merenungi makna kehidupan dalam setiap langkah. Terbuka setiap hari dari pukul 09.00 hingga 16.00 WITA, dengan biaya masuk Rp100.000,00 per orang, museum ini menanti siapa pun yang ingin merasakan kedalaman Bali, bukan hanya dengan mata, tetapi juga dengan hati. Kunjungan dapat direncanakan melalui situs resmi di samsarabali.com, untuk pengalaman yang benar-benar menyatu dengan semesta.