Pura Dhalem Bangun Sakti, Warisan Spiritual dan Tradisi Kebo Dongol di Desa Adat Kapal
Pura Dhalem Bangun Sakti di Desa Adat Kapal, Badung, Bali, merupakan pura bersejarah yang berdiri sejak abad ke-14, menjadi pusat spiritual dan pelestarian tradisi masyarakat setempat. Selain sebagai tempat persembahyangan, pura ini mencerminkan harmonisasi antara manusia, alam, dan nilai budaya melalui upacara seperti Kebo Dongol dan piodalan.

Pura Dhalem Bangun Sakti merupakan salah satu pura yang memiliki nilai historis dan spiritual tinggi di Desa Adat Kapal, Kabupaten Badung, Bali. Pura ini tidak hanya menjadi tempat persembahyangan, tetapi juga merepresentasikan kearifan lokal dan tradisi yang telah berlangsung selama berabad-abad. Desa Adat Kapal sendiri dikenal sebagai salah satu wilayah yang sarat akan nilai budaya dan sejarah di Bali, dan keberadaan Pura Dhalem Bangun Sakti menjadi bagian integral dari identitas tersebut.
Sejarah dan Asal-Usul
Menurut catatan sejarah, Desa Adat Kapal dahulu dikenal dengan nama “Jong Karem.” Nama ini konon merujuk pada bentuk geografis dan aktivitas masyarakat setempat yang erat kaitannya dengan pertanian dan perdagangan. Pada masa itu, masyarakat Desa Adat Kapal sudah memiliki sistem religi yang kuat, dengan berbagai ritual dan upacara adat yang melibatkan kepercayaan kepada para leluhur.
Pura Dhalem Bangun Sakti didirikan sebagai tempat pemujaan terhadap Ida Bhatara yang diyakini melindungi Desa Adat Kapal. Berdasarkan tradisi lisan dan beberapa sumber tertulis, pura ini telah berdiri sejak abad ke-14. Keberadaan pura ini mencerminkan keyakinan masyarakat Kapal terhadap keseimbangan antara alam sekala (nyata) dan niskala (tak kasat mata). Oleh karena itu, Pura Dhalem Bangun Sakti tidak hanya menjadi pusat spiritual tetapi juga tempat untuk memohon berkah, perlindungan, dan keharmonisan.
Struktur dan Arsitektur Pura
Gapura Candi Bentar Pura Dhalem Bangun Sakti (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Pura Dhalem Bangun Sakti terletak di Banjar Adat Basang Tamiang, Desa Adat Kapal. Secara fisik, pura ini memiliki struktur khas pura di Bali dengan pembagian Tri mandala: Nista Mandala, Madya Mandala, dan Utama Mandala. Setiap zona memiliki fungsi dan makna tersendiri dalam rangkaian ritual keagamaan.
Di bagian Utama Mandala, terdapat pelinggih utama yang menjadi tempat bersemayamnya Ida Bhatara. Pelinggih ini dirancang dengan arsitektur tradisional Bali yang kaya akan ornamen ukiran dan simbol-simbol spiritual. Di sekeliling pura, terdapat beberapa bangunan pendukung seperti bale kulkul dan bale gong yang digunakan dalam berbagai upacara.
Keunikan arsitektur Pura Dhalem Bangun Sakti tidak hanya terletak pada estetika bangunannya, tetapi juga pada tata letaknya yang harmonis dengan lingkungan sekitar. Pura ini dikelilingi oleh pepohonan rindang yang menciptakan suasana sakral dan tenang, sejalan dengan konsep “tri hita karana” yang mengajarkan keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan.
Ritual dan Tradisi
Sebagai pusat spiritual, Pura Dhalem Bangun Sakti menjadi tempat penyelenggaraan berbagai upacara adat dan keagamaan. Salah satu tradisi unik yang terkait erat dengan pura ini adalah ritual Kebo Dongol. Ritual ini telah dilakukan sejak abad ke-14 dan merupakan bagian dari upacara besar yang melibatkan seluruh masyarakat Desa Adat Kapal. Kebo Dongol sendiri merupakan simbol pengorbanan dan penghormatan kepada para leluhur serta permohonan perlindungan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Selain ritual Kebo Dongol, Pura Dhalem Bangun Sakti juga menjadi tempat penyelenggaraan upacara piodalan yang dilaksanakan setiap enam bulan sekali dalam kalender Bali. Pada hari piodalan, masyarakat desa berkumpul untuk menghaturkan banten (persembahan) dan mengikuti rangkaian doa bersama. Upacara ini mencerminkan kebersamaan dan rasa syukur masyarakat terhadap berkah yang telah diberikan oleh Tuhan.
Makna Spiritual
Area Dalam Pura Dhalem Bangun Sakti (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Pura Dhalem Bangun Sakti memiliki makna spiritual yang mendalam bagi masyarakat Desa Adat Kapal. Pura ini tidak hanya menjadi tempat untuk berdoa dan bersembahyang, tetapi juga menjadi pusat pelestarian nilai-nilai luhur agama Hindu dan tradisi Bali. Melalui berbagai upacara dan ritual yang dilaksanakan di pura ini, masyarakat diajarkan untuk selalu menjaga keseimbangan hidup, menghormati leluhur, dan menjunjung tinggi nilai kebersamaan.
Bagi masyarakat Kapal, Pura Dhalem Bangun Sakti juga menjadi pengingat akan pentingnya menjaga hubungan harmonis dengan alam. Setiap upacara yang dilakukan di pura ini selalu melibatkan elemen alam, seperti air, api, dan bunga, sebagai simbol keselarasan antara manusia dan lingkungan. Dengan demikian, Pura Dhalem Bangun Sakti tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah tetapi juga sebagai medium untuk mengajarkan kearifan lokal yang relevan hingga saat ini.
Pelestarian dan Tantangan
Pelinggih di Pura Dhalem Bangun Sakti (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Sebagai situs budaya dan spiritual, Pura Dhalem Bangun Sakti menghadapi tantangan dalam hal pelestarian. Modernisasi dan perkembangan pariwisata di Bali kerap membawa perubahan signifikan pada kehidupan masyarakat adat. Meski demikian, masyarakat Desa Adat Kapal tetap berupaya mempertahankan tradisi dan keunikan pura ini.
Upaya pelestarian dilakukan melalui berbagai cara, seperti menjaga keaslian bangunan pura, melibatkan generasi muda dalam ritual adat, dan mengadakan kegiatan edukasi tentang pentingnya pura bagi kehidupan masyarakat. Selain itu, keberadaan pura ini juga terus dipromosikan sebagai bagian dari destinasi spiritual di Bali, sehingga dapat menarik perhatian wisatawan yang menghargai nilai budaya dan religi.
Pura Dhalem Bangun Sakti adalah simbol kekayaan budaya dan spiritual Desa Adat Kapal. Keberadaan pura ini tidak hanya mencerminkan sejarah panjang masyarakat Kapal tetapi juga menjadi bukti nyata dari harmonisasi antara tradisi dan kehidupan modern. Melalui pelestarian dan penghormatan terhadap pura ini, masyarakat Bali menunjukkan komitmen untuk menjaga warisan leluhur yang tak ternilai harganya. Dengan demikian, Pura Dhalem Bangun Sakti akan terus menjadi mercusuar spiritual yang menerangi perjalanan hidup masyarakat Kapal dan generasi mendatang.