Legenda Dewi Matangi: Penjaga Keseimbangan dan Keharmonisan

Legenda Dewi Matangi menceritakan dewi yang lahir dari sisa makanan yang dianggap tidak layak oleh para dewa. Untuk mengajarkan kerendahan hati, Dewi Saraswati menciptakannya. Dengan kulit hijau zamrud, Dewi Matangi mengajarkan bahwa kebijaksanaan sejati berasal dari kesederhanaan, membawa harmoni, dan melindungi yang terpinggirkan serta seniman. Ia menjadi simbol kekuatan dalam hal-hal sederhana.

Apr 30, 2025 - 07:44
Nov 13, 2024 - 04:35
Legenda Dewi Matangi: Penjaga Keseimbangan dan Keharmonisan
Dewi Matangi (Sumber: Koleksi Pribadi)

Legenda munculnya Dewi Matangi dalam mitologi Hindu menyebutkan bahwa Dewi Matangi muncul dari sisa-sisa makanan (prasada) yang telah dipersembahkan kepada para dewa. Pada suatu ketika, Dewa Siwa dan Dewi Parwati mengadakan perjamuan makanan lezat. Dalam acara tersebut, hidangan mewah disajikan, dan setelah perjamuan selesai, tersisa makanan yang disebut sebagai prasada (makanan yang telah dipersembahkan kepada dewa). Setelah makanan tersebut dinikmati oleh para dewa, sisa prasada dianggap tidak murni untuk dikonsumsi oleh dewa-dewa lainnya, karena sudah menjadi sisa dari persembahan suci. Sisa makanan ini secara tradisional dianggap tidak layak untuk dikonsumsi oleh kalangan atas atau orang-orang dari kasta tinggi dalam masyarakat Hindu.

Selama bertahun-tahun, para dewa mulai menunjukkan tanda-tanda kesombongan dan keangkuhan. Mereka menganggap bahwa hanya bagian terbaik dari persembahan yang layak untuk mereka. Sisa-sisa makanan dari upacara suci ini yang dianggap penuh berkah ini dibiarkan terbuang dan tak lagi dihormati.

Keseimbangan Alam yang Terganggu Mengakibatkan Penderitaan (Sumber: Koleksi Pribadi) 

Keseimbangan alam semesta mulai terganggu. Dunia manusia dan alam para dewa dilanda kekacauan. Tanaman berhenti tumbuh subur, hewan-hewan mulai merasakan penderitaan, dan manusia kehilangan kedamaian. Dewa-dewa tertinggi, termasuk Dewa Siwa dan Dewi Parwati, mulai mencari tahu penyebab ketidakseimbangan ini.

Dewi Saraswati, yang dikenal sebagai Dewi kebijaksanaan, memahami bahwa ini adalah akibat dari ketidakhormatan terhadap prasada. Ia menyadari bahwa para dewa telah lupa akan pentingnya kerendahan hati dan penghargaan terhadap segala sesuatu, tidak hanya kepada apa yang terlihat indah atau utama, tetapi juga terhadap hal-hal yang sederhana, seperti sisa makanan.

Dalam sebuah tindakan yang penuh makna, Dewi Saraswati mengambil sisa-sisa makanan yang terabaikan oleh para dewa dan memusatkan energinya. Dengan kekuatan ilahinya, ia mulai membentuk sosok dari sisa-sisa prasada tersebut. Dari cahaya yang memancar dari Dewi Saraswati dan energi suci prasada, lahirlah Dewi Matangi. Maka dari itu Dewi Matangi disebut sebagai perwujudan dari Dewi Saraswati.

Dewi Matangi Yang Muncul Dari Prasada dan Pancaran Cahaya Dewi Saraswati (Sumber: Koleksi Pribadi)

Dewi Matangi muncul dalam wujud yang mempesona, dengan kulit berwarna hijau zamrud yang memancarkan aura alam dan kehidupan. Namun, kehadirannya bukan hanya untuk menakjubkan, melainkan untuk memberikan pelajaran penting kepada para dewa dan manusia. Dewi Matangi bukan dewi yang muncul dari kemurnian mutlak atau kekuatan yang tidak tersentuh oleh dunia material, melainkan ia adalah dewi yang terlahir dari apa yang dianggap remeh, yaitu sisa-sisa yang telah diabaikan. Ini memberikan pesan yang jelas bahwa kebijaksanaan sejati tidak selalu datang dari hal-hal yang megah dan mulia, tetapi juga dari kesederhanaan dan ketulusan hati. Sebagai Mahavidya kesembilan, Dewi Matangi menjadi simbol dari kekuatan yang tersembunyi dalam apa yang kita anggap tak berharga. Dewi Matangi memancarkan aura yang misterius namun penuh kebijaksanaan, membawa kedamaian kepada mereka yang berada di pinggiran masyarakat, mereka yang diabaikan dan direndahkan.

Para dewa, yang awalnya merasa terkejut oleh kemunculan Dewi Matangi, mulai memahami pelajaran yang mendalam. Mereka menyadari bahwa kesombongan mereka telah membawa ketidakseimbangan dalam alam semesta. Dalam keheningan, mereka mengakui kebesaran Dewi Matangi dan mulai memuja sisa-sisa prasada dengan penuh rasa hormat. Dunia kembali menemukan keseimbangannya.

Tanaman kembali tumbuh subur, hewan-hewan mendapatkan makanan mereka, dan manusia merasakan kedamaian kembali yang sebelumnya hilang. Namun, Dewi Matangi tidak hanya tinggal di alam para dewa saja. Ia memilih untuk hadir di dunia manusia sebagai pelindung bagi mereka yang hidup dalam kesederhanaan dan ketidakberdayaan. Ia menjadi dewi yang menaungi orang-orang yang terpinggirkan, mereka yang dianggap kotor, rendah, atau tidak penting oleh masyarakat. Ia adalah dewi para seniman, musisi, dan pencari kebijaksanaan, yang menemukan keindahan dalam ketidaksempurnaan dan harmoni dalam kekacauan.

Kehidupan Kembali Tentram dan Asri (Sumber: Koleksi Pribadi)
Hingga kini, Dewi Matangi dipuja sebagai simbol kekuatan dari kesederhanaan, dan sebagai dewi yang menyatukan spiritualitas dengan dunia material. Kehadirannya dalam jajaran Mahavidya adalah pengingat abadi bahwa kebijaksanaan dan kekuatan ilahi tidak hanya ditemukan dalam kemegahan, tetapi juga dalam hal-hal yang tampaknya sederhana dan tidak berharga—seperti sisa prasada yang melahirkan sosok dewi agung, Dewi Matangi.

Files