Pelinggih Batu Alam dan Pemelastian: Warisan Sakral Pura Luhur Pekiyisan
Pura Luhur Pekiyisan di Desa Babahan, Tabanan, adalah situs unik tempat pemelastian yang dilakukan setiap 20 tahun bagi Ida Betara di Pura Batukaru. Selain itu, terdapat Pura Ratu Malen dan Pura Taksu Pecalang yang memiliki fungsi khusus. Pura Ratu Malen menjadi tempat untuk memohon kebijaksanaan, sementara Pura Taksu Pecalang dikunjungi para pecalang dan seniman untuk memohon taksu atau karisma. Batu-batu di pura ini berasal dari zaman megalitikum, memperkaya nilai sejarahnya. Batu-batu di pura ini berasal dari zaman megalitikum, memperkaya nilai sejarahnya.

Pura Luhur Pekiyisan, dikenal sebagai Beji Agung Sad Kahyangan Jagad Bali, terletak di Desa Babahan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Keunikan pura ini terletak pada fungsinya sebagai salah satu tempat pemelastian (upacara penyucian) bagi Ida Betara di Pura Batukaru. Pura Beji ini memiliki posisi khusus, di mana pemelastian dilakukan setiap 20 tahun sekali.
Area Jeroan Pura Beji Pekiyisan (Sumber: Koleksi Pribadi)
Prosesi pemelastian di Pura Luhur Pekiyisan bergantian dengan Pura Luhur Tanah Lot setiap dua dekade. Selain itu, di area Pura Beji ini juga terdapat pura lain yang memiliki keunikan tersendiri, yaitu Pura Ratu Malen yang berada di sisi barat pura utama Beji Pekiyisan dan Pura Taksu Pecalang yang terletak di bagian selatan Pura Ratu Malen.
Kedua pura ini pun memiliki keistimewaan, terutama karena pelinggih utamanya terbentuk dari bongkahan batu alam yang besar dan berlokasi di sepanjang aliran sungai Tukad Yeh Ho. Berdasarkan sejarah, batu-batu tersebut sudah ada sejak era megalitikum, yang mengindikasikan bahwa keberadaan pura ini diperkirakan telah ada sejak abad ke-4.
Fungsi Pura Luhur Pekiyisan sebagai tempat pemelastian bagi Ida Betara di Batukaru menjadi daya tarik utama. Sedangkan dua pura lainnya, yakni Pura Ratu Malen dan Pura Taksu Pecalang, juga sering dikunjungi oleh pemedek (umat yang bersembahyang) untuk tujuan khusus.
Sumber Air (Sumber: Koleksi Pribadi)
Pura Ratu Malen merupakan salah satu pura yang memiliki daya tarik spiritual yang kuat di Bali. Pura ini dikenal sebagai tempat untuk memohon kebijaksanaan, terutama bagi mereka yang memiliki tanggung jawab besar di dalam masyarakat. Tidak hanya masyarakat umum yang datang untuk bersembahyang, namun pura ini juga sering dikunjungi oleh para pejabat dari berbagai tingkatan pemerintahan, mulai dari tingkat kabupaten, provinsi, hingga pejabat tinggi yang bekerja di pusat pemerintahan di Jakarta. Para pejabat ini datang dengan tujuan untuk mendapatkan pencerahan dan kebijaksanaan dalam mengemban tugasnya, serta memohon tuntunan dalam setiap kebijakan yang mereka buat. Tokoh Malen yang dipuja di pura ini diyakini memiliki sifat bijaksana yang sangat dalam, menjadi sumber inspirasi bagi umat yang datang untuk merasakan kedamaian batin dan kebijaksanaan spiritual.
Pada hari-hari istimewa, seperti Purnama, Tilem, dan Kajeng Kliwon, suasana di Pura Ratu Malen semakin semarak. Umat Hindu dari berbagai daerah berduyun-duyun datang, mengenakan pakaian adat yang khas, membawa sesajen dan berbagai persembahan sebagai tanda hormat. Mereka dengan khusyuk memohon agar diberi kebijaksanaan, terutama dalam menghadapi tantangan hidup yang semakin kompleks. Kehadiran umat yang membludak pada hari-hari tertentu ini membuat pura penuh dengan suasana magis yang sakral, memperkuat ikatan spiritual antara umat dan dewa yang dipuja.
Di sisi lain, Pura Taksu Pecalang adalah tempat di mana taksu atau karisma yang menjadi sumber wibawa spiritual seringkali dimohon oleh mereka yang memiliki peran penting di dalam masyarakat. Pura ini dikenal sebagai pusat spiritual bagi sekaha pementasan tradisional di Bali, seperti sekaha arja dan sekaha drama, serta para pecalang, yang berperan sebagai petugas keamanan adat di Bali. Taksu dipercaya sebagai energi khusus yang memberikan kewibawaan dan daya tarik, sangat diperlukan bagi para seniman agar mampu tampil dengan kekuatan penuh di atas panggung, maupun bagi para pecalang dalam menjalankan tugas menjaga keamanan dengan penuh percaya diri.
Di Pura Taksu Pecalang, para seniman tradisional dan pecalang melaksanakan upacara khusus untuk memohon taksu tersebut. Mereka mempersembahkan banten atau sesajen, berdoa dengan sungguh-sungguh agar diberkati dengan karisma yang tak ternilai. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya kepercayaan masyarakat Bali akan pentingnya keseimbangan spiritual dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam seni dan keamanan adat.
Pura Luhur Pekiyisan, yang terletak di dekat kedua pura tersebut, menjadi penyeimbang spiritual bagi Pura Ratu Malen dan Pura Taksu Pecalang. Ketiga pura ini saling melengkapi dan menjadi tempat pemujaan suci yang bukan hanya dipersembahkan kepada para leluhur, dewa, dan tokoh-tokoh spiritual, tetapi juga menjadi pusat spiritualitas yang memperkuat nilai-nilai kearifan, kewibawaan, dan kesakralan. Pura Luhur Pekiyisan berfungsi sebagai tempat perenungan, di mana umat Hindu dapat menguatkan keyakinannya dan memohon perlindungan serta kesejahteraan bagi keluarga dan masyarakat.
Bagi masyarakat Bali, keberadaan ketiga pura ini merupakan simbol penting yang mencerminkan harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas. Pura-pura ini tidak hanya berdiri sebagai bangunan suci, tetapi juga menjadi pusat budaya dan sumber inspirasi bagi generasi muda untuk memahami dan menghargai nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para leluhur. Dengan tetap mempertahankan tradisi dan memperkuat spiritualitas, ketiga pura ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Bali, menjembatani masa lalu, masa kini, dan masa depan dalam kesatuan yang harmonis.